Saturday, October 31, 2009

Ketika Hati Risau

Ibrani 13 : 6 a “Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ‘Tuhan adalah Penolongku. Aku Tidak akan takut.”






Kami bersyukur karena Tuhan memberikan berkat yang begitu banyak dalam kehidupan rumah tangga kami. Setelah kehadiran putra kami yang pertama, Tuhan kembali mempercayakan kami dengan seorang putra kedua. Melalui bulan pertama, sama seperti bayi yang baru, terkadang kesehatannya terganggu selama beberapa hari, setelah itu semua bisa teratasi. Tetapi tidak untuk kali ini. “Papa, sudah tiga hari si adek batuknya tidak sembuh juga. Sepertinya kita harus pergi lagi ke dokter. Mama lihat dia seperti kesulitan bernafas kalau batuk…”, kata istri saya khawatir. “Kita coba lihat hingga besok. Kalau semakin tidak baik kita pergi saja ke rumah sakit”, jawab saya menenangkan istri saya. Pagi hari ketika kami bangun, saya melihat si bungsung menderita sekali. Ketika batuk, terlihat nafasnya sesak. “Ayo ma…, kebetulan baru jam 7 pagi jalan belum macet. Kita segera berangkat saja ke rumah sakit!”, ajak saya kepada istri. Alangkah terkejutnya kami ketika keluar dari kompleks perumahan jalan sudah macet panjang sekali !

“Aduh bagaimana ini pa, kok adek semakin sesak nafasnya…’, suara istri saya terdengar ketakutan, “Mama tenang…, jangan menangis…nanti adek semakin sesak. Kita harus bisa menenangkan dia, kita berdoa agar Tuhan mengasihani keluarga kita.”, kata saya yang jadi gugup melihat keadaan ini. Saat itu saya dan istri berdoa sambil menangis, “Ya Tuhan, tolonglah kami, kami sangat takut sekali! Kasihanilah anak kami ya Tuhan…”, ucap kami kepada Tuhan. Saya dan istri bergantian bernyayi lagu rohani sambil terus mencucurkan air mata karena anak kami semakin lama semakin sulit utk bernafas. Sampai sekitar dua jam mobil-mobil tidak bergerak sama sekali, akhirnya perlahan-lahan mulai bergerak. Yang biasanya jarak dari rumah kami ke rumah sakit hanya 15-20 menit, kali ini kami capai selama 2 ½ jam ! Betul-betul hari yang menegangkan buat kami sekeluarga. ”Ibu mendaftar dulu saja!”, kata suster di rumah sakit ketika kami minta anak kami agar ditangani segera. “Suami saya sudah mendaftar, tetapi tolong agar anak saya diperiksa dulu suster. Dia sudah semakin sesak nafasnya”, jawab istri saya meminta perhatian suster. Dokter segera memeriksa putra kami. “Wahh.., obat pengencer dahak yang diminum anak ibu terlalu keras, tidak cocok untuk bayi. Saya ganti saja dengan yang lebih ringan”, kata dokter dengan tenang. “Baik dok, terima kasih untuk anjurannya.”, jawab saya sudah lebih tenang. Setelah diberikan obat dan dilakukan tindakan inhalasi anak kami sudah tidak sesak lagi dan kami diperbolehkan pulang.

Ayat renungan pagi ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah penolong kita, dan kita tidak perlu takut. Manusia memiliki keterbatasan dalam pikiran dan kemampuan. Di saat kita menghadapi situasi kritis, kita menjadi kalut dan gentar. Kita tahu bahwa kesanggupan kita amat terbatas, tapi terkadang kita menanggung beban itu sendirian. Kita mencoba mengatasi dengan pikiran dan kemampuan kita. Bila itu kita lakukan, maka kita akan semakin terperosok dalam kekalutan dan kecemasan. Kita memiliki Allah yang siap untuk menolong kita. Kita perlu meletakkan percaya kita sepenuhnya kepada Tuhan. Allah penuh dengan keajaiban, penuh dengan mujizat, penuh dengan hal-hal yang tidak bisa kita duga dan selami. Kuasa Allah sungguh tidak terbatas. Bila kerisauan melanda hati kita, bila kegentaran mengiringi langkah kehidupan kita, marilah kita datang kepada Tuhan. Kita jadikan Yesus sebagai penolong kita setiap saat.

Taste His wonderful blessings today !

Sang Perwira

Tepat jam 19:30, Ibu Dahlia Hutauruk sebagai pemimpin acara menyapa jemaat yang hadir pada Kebaktian Rabu Malam tanggal 28 Oktober 2009. Setelah doa dalam hati, jemaat diundang untuk menyanyikan lagu pembukaan dari Lagu Sion nomor 183, ”Inilah Jamku Berdoa”, dilanjutkan dengan doa pembukaan yang dilayangkan oleh Ibu Adeline Pandiangan. Lagu pujian istimewa dibawakan oleh kelompok UKSS Kemang Pratama 1,3 dan Rawalumbu dengan judul ”Kudengar Suara Gembala”. Renungan pada malam ini dibawakan oleh Ibu Yunita Wuisan yang diambil dari buku Kerinduan Segala Zaman pasal 32 berjudul ”Sang Perwira”. Dalam pembahasan pada pasal ini, ada kisah tentang seorang perwira yang hambanya disembuhkan oleh Yesus dan kisah seorang janda yang anaknya dibangkitkan oleh Yesus.

Yesus banyak mengadakan pelayanan di daerah Kapernaum. Daerah ini merupakan daerah nelayan, dekat dengan danau Galilea. Di daerah ini, Yesus banyak mengadakan mujizat dan ini terdengar oleh seorang perwira kerajaan Roma yang mempunyai seorang hamba yang sedang sakit keras dan hampir mati. Biasanya, seorang hamba merupakan seorang yang rendah, yang tidak dipandang mata oleh majikannya. Pada jaman itu, majikan dapat melakukan aja saja kepada hambanya. Seorang hamba, nasibnya tidak lebih dari seekor hewan. Diperlakukan kasar, kejam dan bengis. Tidak ada hubungan yang baik disana. Namun, pada cerita itu, kita dapati hubungan yang lain antara majikan dan hambanya. Sang Perwira, yang menurut salah satu referensi, membawahi paling sedikit 100 orang prajurit, mempunyai hubungan yang baik dengan hambanya. Dia mengasihi hambanya. Perwira ini merasa hambanya ini adalah seorang yang berharga, sehingga pada saat hambanya ini sakit, sang perwira mau untuk melakukan sesuatu agar sang hamba menjadi sembuh. Perwira ini pernah mendengar bahwa Yesus dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Oleh sebab itu, sang perwira itu yakin, bahwa Yesus tentu sanggup menyembuhkan hambanya. Oleh sebab itu, ia memohon kepada tua-tua masyarakat Yahudi untuk mengundang Yesus datang ke rumahnya dan menyembuhkan hambanya. Satu hal yang menarik, sang perwira yang nota bene adalah seorang yang dianggap kafir, dapat memohon kepada tua-tua orang Yahudi. Ternyata, sang perwira memang mempunyai hubungan yang baik dengan orang-orang Yahudi. Terbukti pada saat para tua-tua itu memohon kepada Yesus, mereka mengatakan: "Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami." (Lukas 7:4-5). Saat Yesus dalam perjalanan ke rumah perwira tersebut, di tengah jalan, sang perwira mengutus sahabatnya untuk mengatakan kepada Yesus, bahwa ia tidak layak menerima Yesus di rumahnya. Namun Yesus meneruskan perjalananNya ke rumah perwira itu. Akhirnya, sang perwira menyambut dan mengatakan: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.". Dan Yesus memuji iman sang perwira tersebut. Dari hal tersebut, kita dapati, bahwa perwira itu merasa tidak layak menerima Yesus. Hambanya seharusnya tidak layak menerima kesembuhan dari Yesus. Dia menganggap kesembuhan yang diberikan oleh Yesus adalah murni kasih karunia dari Yesus. Dia tidak pernah menganggap segala kebaikan yang dia berikan kepada orang-orang Yahudi (membantu membangun rumah ibadat) sebagai satu point kredit yang dapat ditukar dengan berkat dari Yesus. Dia melakukan segala kebaikan bukan untuk mengharapkan balasan, namun oleh sebab ia merasa, bahwa kebaikan yang dilakukannya itu adalah kewajibannya.

Pada kisah yang lain, diceritakan mengenai seorang janda di Nain, yang telah kehilangan harta miliknya yang paling berharga. Anaknya, yang merupakan harta satu-satunya yang paling berharga, telah mati. Dalam iring-iringan jenazah, ibu anak ini tidak mengetahui kedatangan Yesus. Saat itu, Yesus jatuh kasihan dan tergerak kepada ibu janda itu. Ia membangkitkan anak satu-satunya itu. Anak yang menjadi teman dan penghibur janda itu. Hati Yesus yang penuh kasih dan kasihan, adalah hati kelemah-lembutan yang tiada berubah. Kuasa dan kasihNya tidak akan berkurang dengan berlalunya waktu, karena pekerjaanNya tidak pernah berhanti sampai saat ini. KemurahNya terus mengalir kepada mereka yang percaya kepadaNya. Yesus masih tetap seorang Juru Selamat yang hidup. ”Dari kedua kisah ini, kita bisa belajar bagaimana besarnya kasih karunia Tuhan Yesus yang telah diberikan kepada kita. Ini semua bukan karena kebaikan kita, bukan karena pelayanan kita, bukan juga atas kesanggupan kita. Semua ini adalah karena Kasih Karunia.”, kata Ibu Yunita mengakhiri renungan di malam ini.

Memasuki jam kesaksian, Ibu Dahlia menyaksikan manfaat berhubungan baik dengan orang lain. Dengan hanya menawarkan doa bagi orang yang sakit, orang itu kini mau untuk belajar Alkitab. Bahkan, mereka sangat senang sekali dikunjungi dan menawarkan diri untuk ikut dalam pelayanan. Puji Tuhan. Kesaksian kedua disaksikan oleh bapak Dharlen Simanjuntak. Bapak Simanjuntak bersyukur kepada Tuhan atas pemeliharaan Tuhan kepada ibu di kampung. Saat sakit, bapak ini sudah pasrah dan siap untuk menghadapi segala kemungkinan, namun puji Tuhan, ompung kini telah sembuh. Kesaksian selanjutnya dibawakan oleh Pendeta R.Y> Hutauruk sehubungan dengan pendalaman Alkitab yang diadakan di daerah Kemang Pratama. Saat belajar, ternyata ada seorang pendeta lain yang melakukan perdebatan mengenai pelajaran Alkitab yang sedang diberikan. Namun, puji Tuhan, pada saat pembahasan masalah hari Sabat, salah seorang pelajar Alkitab, justru banyak memberikan penjelasan kepada pendeta yang memberikan perdebatan tersebut. Dan kesaksian terakhir dibawakan oleh ibu Syuul Sianturi. Ibu Syuul menyaksikan bahwa masih banyak orang yang belum mengenal kebenaran Advent. Ibu ini banyak bertanya mengenai Advent. Satu ketika, ibu Syuul mengajak ibu ini untuk bergereja, dan dia baru menyadari bahwa Advent itu menggunakan Alkitab yang sama, dan juga menyembah Yesus. Dia sangat suka kebaktian di gereja, khususnya Sekolah Sabat. Dan dia bertanya, ”Kapan ada KKR?”, karena ia rindu untuk mengikuti KKR dan belajar Firman Tuhan. Topik doa meliputi ompung Simanjuntak, dan orang-orang yang sakit lainnya. Keluarga Tarigan yang mau belajar Firman Tuhan, para pelajar alkitab di Kemang Pratama, Family of the Month Keluarga Mulana Simanjuntak, Ibu Dewi, Ibu Rebecca, Bapak Karim dan semua anggota KPA, rencana baptisan di hari Sabat dan lain-lain. Kebaktian ditutup dengan menyanyikan Lagu Sion nomor 172, ”Pada Jamku Berdoa”, kemudian ibu Yunita Wuisan melayangkan doa penutup. Setelah itu, jemaat keluar dengan teratur untuk bersalaman dengan pembawa acara dan pembicara. Puji Tuhan untuk malam persekutuan yang indah !

Friday, October 30, 2009

Tepat Pada Waktu-Nya

Mazmur 20 : 2 “Kiranya Tuhan menjawab engkau pada waktu kesesakan ! Kiranya nama Allah Yakub membentengi engkau !”







Hari sudah mulai gelap ketika saya dan istri tiba di rumah setelah seharian bekerja. Kami disambut dengan gembira oleh anak-anak yang sepanjang hari dijaga dengan setia oleh seorang mbak di rumah. Usai makan malam dan mengantar anak-anak tidur, tiba-tiba pintu kamar kami diketuk dari luar. Istri saya membuka pintu. Si mbak sudah menunggu di luar. “Maaf bu…, saya mau bicara sebentar. Eehh…, begini... saya mau…berhenti bekerja bu dari sini.”, kata si mbak yang membuat kaget kami berdua. “Ada apa mbak ? Kan belum lama si mbak bekerja di sini.”, tanya kami sambil berusaha untuk bicara panjang lebar membujuknya. “Sekali lagi maaf ya bu…, saya tetap akan pulang besok.”, katanya menegaskan keputusannya. Kami berdua sulit untuk tidur malam itu. “Wah…, bagaimana kita mengatasi masalah ini ya pa ? Siapa yang akan menjaga anak-anak kita di rumah ?”, tanya istri saya berusaha mencari jawaban. “Iya ma…, papa juga bingung. Kenapa ya…? Padahal papa baru saja diberi pekerjaan baru oleh Tuhan, sekarang kita sudah punya masalah lagi. Baru lepas dari satu masalah, kita sudah masuk ke masalah yang lain…”, jawab saya sambil merenung. Sepanjang malam kami berdua tidak bisa tidur, terus memikirkan cara bagaimana supaya kami berdua tetap bisa bekerja dan anak kami bisa dititipkan dengan aman. Akhirnya kami berdua berdoa, “Ya Tuhan, Engkau sudah memberikan kepadaku sebuah pekerjaan yang baru setelah lama hambamu menganggur. Sekarang ada masalah yang kembali muncul di hadapan kami… dan kami tidak tahu cara untuk keluar dari masalah ini. Tolong bantu kami ya Tuhan…Amin”. Kami berusaha untuk tidur kembali.

Matahari terbit di ufuk Timur, saatnya untuk pergi bekerja. Kami bangun dengan perasaan bingung tidak tahu mau berbuat apa. Sepertinya Tuhan belum memberi jawaban dan memberikan jalan keluarnya. “Ma…, biarlah hari ini papa tidak usah masuk ke kantor. Papa yang jaga anak-anak di rumah.”, kata saya mencoba menentramkan istri saya yang sudah mulai menangis. “Tapi papa kan baru saja masuk bekerja… Belum lagi lewat masa percobaan. Apa kata atasan papa di kantor nanti ?”, jawab istri saya khawatir dengan pilihan itu. “Kita berdoa saja ma…, nanti Tuhan akan tolong kita.”, ujar saya menenangkan. Hari itu saya menjaga anak-anak di rumah. Malam tiba, kami berdua kembali bingung apa yang mau kita buat keesokan hari. “Besok giliran mama saja yang di rumah. Papa masuklah ke kantor. Kita bergantian nanti setiap hari.”, ucap istri saya mencoba satu solusi. Hal itu kami jalankan selama satu minggu. Seorang tetangga kami menawarkan dirinya untuk menjaga anak-anak kami di satu pagi. Kami senang sekali mendapat jalan keluar. Tapi setiap kali kami pergi, anak kami selalu menangis tidak mau berpisah. Ini terus terjadi setiap hari. Hati saya hancur melihat kepedihan anak-anak kami ini. Kami rasa tidak mungkin hal ini dilakukan terus menerus. Harus ada yang kami putuskan ! “Ma…, kita harus mengambil keputusan. Bila kita belum dapat jalan keluar minggu ini, biarlah papa saja yang mengalah dan keluar dari pekerjaan saat ini.”, kata saya mempertimbangkan. "Mama kan sudah bekerja selama 10 tahun, sedangkan saya baru dua bulan bekerja. Sayang rasanya bila mama yang harus mengalah... ”, kata saya lagi dengan perasaan sedih karena harus mengambil keputusan ini. Kami terus berdoa dan berserah kepada Tuhan. Pada hari Minggu, seorang sahabat kami menawarkan seseorang yang bisa bekerja di rumah kami. Kami bersyukur kepada Tuhan yang begitu baik. Di saat yang paling genting, Tuhan menunjukkan jalan keluar untuk kami. Terima kasih Tuhan ! Saya dan istri kembali bekerja dengan tenang.

Ayat renungan kita pagi ini mengatakan Tuhan akan menjawab kita pada waktu kesesakan dan melindungi kita selalu. Banyak masalah dan problema yang kita hadapi di dalam kehidupan kita, terlebih dalam rumah tangga kita masing-masing. Satu masalah ke masalah lain, silih berganti datang. Tidak jarang kita harus meneteskan air mata, karena tidak menemukan jalan keluar yang kita harapkan. Kita bertanya-tanya kepada Tuhan, kenapa semua itu terjadi. Kenapa kita tidak juga lepas dari masalah. Di saat itu, kita perlu merendahkan hati datang kepada Tuhan, meminta janji Tuhan untuk menolong saat kesesakan datang. Tuhan Yesus tahu apa yang kita perlukan, apa yang kita butuhkan. Ia tidak pernah sedetikpun meninggalkan umat-Nya. Dia pasti akan memberikan jalan keluar bagi kita, jalan keluar yang terbaik buat kita semua. Terkadang kita mendapat jalan keluar yang cepat. Tapi banyak juga jalan keluar yang diberikan lama setelah kita memohon kepada-Nya. Tapi tidak pernah ada jawaban yang terlambat bagi kita. Tuhan memberikan semua jawaban tepat pada waktu-Nya, untuk kebaikan kita semua.

Be joyful, God watch and keep you always !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.

Kuis "Follow The Bible" - 11

Pembahasan Sekolah Sabat Pelajaran 5 - Oleh Pastor Doug Batchelor

Selamat mengikuti pembahasan Sekolah Sabat Pelajaran ke-5 berjudul "Dari Persungutan Kepada Kemurtadan" yang dibawakan oleh Pastor Doug Batchelor. Semoga pembahasan ini dapat menambah perspektif anda dalam mengaplikasikan pelajaran Sekolah Sabat di sepanjang minggu ini. Klik tombol 'Play' untuk mulai mengikuti pembahasan.

Kepedulian

Hari Sabat 24 Oktober 2009, jam menunjukkan pukul 10:45 dan jemaat tengah memasuki kebaktian khotbah. Ibu Janeth Siboro membawakan cerita anak-anak yang mengajak semua anak-anak menyerahkan segala pekara kepada Tuhan. Anak-anak mendengar dengan penuh minat. Usai cerita, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Staf departemen Sekolah Sabat menyanyikan sebuah lagu istimewa yang berjudul “In His Time”. Lagu yang mengingatkan semua yang hadir bahwa Tuhan akan membuat semua indah pada waktu yang Dia telah tentukan. Jemaat siap mendengarkan khotbah yang dibawakan oleh Bapak Christian Siboro yang berjudul “Kepedulian”.

Mengutip ayat dalam kitab Matius 24 : 7b, Bapak Christian menyebutkan bahwa banyak peristiwa gempa bumi yang terjadi di pelbagai tempat. Gempa bumi di Padang baru-baru ini telah menghancurkan banyak bangunan dan menelan korban manusia. Gempa bumi menimbulkan kesulitan bagi orang yang berada di sekitar lokasi gempa. Ketika kesulitan ini mereka dihadapi, banyak orang menunjukkan kepedulian bagi mereka yang menjadi korban. “Jenis kesulitan kedua yang telah dinubuatkan dalam Markus 13:8 adalah bencana kelaparan. Banyak tempat di dunia yang telah menderita kelaparan. Dan orang-orang yang beruntung menolong mereka, menunjukkan kepedulian bagi yang menderita kelaparan.”, kata Bapak Christian menyebut jenis kepedulian berikutnya yang biasa dibuat manusia. “Setelah itu, manusia menunjukkan kepedulian atas korban perang, korban banjir dan juga pengangguran yang banyak terjadi di dunia. Semua jenis kesulitan ini ada tertulis di alkitab. Manusia saling menunjukkan kepedulian bagi mereka yang terkena bencana dan kesulitan ini.”, lanjut Bapak Christian menyebutkan jenis kesulitan yang banyak terjadi dan bagaimana manusia saling menolong mereka yang kesulitan.

“Ada seorang ahli yang mencoba membuat formula untuk menghitung berapa besar satu kepedulian manusia terhadap sesamanya. Dalam formula itu disebutkan bahwa kepedulian terdiri atas dua faktor, yaitu pemahaman akan kondisi yang terjadi dan kedekatan hubungan dengan orang yang bersangkutan. Semakin kita mengerti akan kesulitan yang terjadi, maka tingkat kepedulian manusia itu akan semakin tinggi. Demikian juga kalau kesulitan itu terjadi pada orang yang memiliki hubungan dekat dengan kita, contohnya bila itu terjadi pada orang tua dan saudara kita, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepedulian kita”, papar Bapak Christian menjelaskan logika dalam formula ini. “Jadi menurut formula itu, kalau kita tidak terlalu paham tentang kondisi kesulitan orang lain atau orang yang terkena kesulitan hubungannya jauh secara garis keluarga dari kita, maka cenderung kepedulian itu semakin rendah. Itu adalah prinsip duniawi. Tapi kepedulian yang Yesus ajarkan berbeda sekali. Di dalam Galatia 6 : 10 Yesus mengajak kita untuk berbuat baik kepada semua orang, tanpa membeda-bedakan jenis kesulitan atau apakah ada hubungan langsung dengan kita atau tidak. Yesus mengasihi semua orang. Yesus ingin agar semua pengikut-Nya mengikuti teladan yang Ia berikan.”, ujar Bapak Christian lagi. Mengakhiri khotbah Sabat siang ini, Bapak Christian mengajak kita semua untuk menunjukkan kepedulian pada sesama manusia, seperti yang Yesus ajarkan untuk kita lakukan.

Baby Shower - Finley Mark

Hari Sabat 24 Oktober 2009, anggota jemaat baru saja selesai latihan koor. Jam menunjukkan hampir pukul 14 : 50. Sebagian besar segera menuju kediaman keluarga Sulasta untuk mengikuti acara baby shower, sementara yang lain mengikuti kelas Pathfinder dan Adventurer di gereja. Sekitar 35 orang anggota jemaat memenuhi kediaman keluarga Sulasta yang letaknya tidak jauh dari gereja. Acara baby shower dilakukan oleh karena sukacita jemaat Kemang Pratama atas kelahiran putra yang kedua dari keluarga Sulasta, yaitu Finley Mark. Acara yang dipimpin oleh ibu Gladys Maringka diawali dengan menyampaikan rasa sukacita seluruh anggota jemaat oleh karena bertambahnya anggota kelas beginner sekaligus bertambahnya anggota klub futsal jemaat Kemang Pratama yang disambut oleh tawa dari yang hadir. Lagu “Sedap Harap Pada Yesus” dinyanyikan dan Bapak Sontani Purnama melayangkan doa buka.

“Karna Surga Sudahlah Hampir” dipilih oleh bapak-bapak sebagai lagu special sambil diiringi permainan gitar dari bapak Ramlan Sormin. Dalam kesaksian yang disampaikan oleh Bapak Sulasta, diceritakan bahwa pada masa kehamilan dan proses melahirkan ibu Ellin harus menjalani situasi yang lebih berat dibandingkan pada masa kehamilan dan kelahiran anak pertama mereka Sammy. Pada hari itu sebenarnya Bapak Sulasta hendak pergi main bola, tetapi oleh karena ibu Ellin sudah kesakitan Bapak Sulasta segera membawa ibu Ellin kerumah sakit. Setelah diperiksa dokter, dokterpun berpikir bahwa proses kelahiran masih lama sehingga dokter meninggalkan ibu Ellin untuk menghadiri acara ulang tahun anaknya disebuah mal yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Namun tak berapa lama Ibu Ellin kembali menjerit kesakitan, para perawat melihat bahwa ibu Ellin akan segera melahirkan segera menghubungi dokter yang mengalami kemacetan sewaktu hendak keluar dari mal.

Tetapi Tuhan senantiasa melindungi umatNya. Sesaat setelah dokter tiba, anak kedua mereka yang berjenis kelamin laki-laki ini lahir dengan selamat pada tanggal 6 September 2009 dengan berat 2,6 kg. Nama Finley Mark diberikan pada putra kedua ini, oleh karena lahir pada waktu KKR akbar yang dibawakan oleh Pdt. Mark Finley sedang berlangsung di Jakarta. Berbeda dengan Sammy, Finley terlihat lebih aktif dan lebih banyak minum susu terbukti dari pertambahan berat badannya yang lebih pesat dari abangnya. Di umurnya yang ke 1 bulan, Finley telah mencapai berat badan 5 kg. Keluarga Sulasta berharap agar anak-anak yang sudah Tuhan percayakan dalam rumah tangga mereka dapat bertumbuh dengan sehat dan akan menjadi anak-anak yang penurut.

“Amsal 22:6 mengatakan, ‘Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu’. Pekerjaan terberat dari orangtua adalah ketika anak-anak mereka masih kecil. Pada saat ini banyak orangtua tidak mau repot, mereka menyiasati agar anak-anak tidak merengek dengan memberi sesuatu. Namun hal ini dapat membuat anak-anak tumbuh menjadi seorang yang tidak dapat mengendalikan diri di masa dewasanya kelak. Ellen White katakan, tidak ada pekerjaan lain yang dapat menyamai pentingnya pekerjaan seorang ibu. Banyak orang yang berhasil oleh karena kesabaran seorang ibu, tetapi ada anak-anak yang mengalami kesusahan di masa dewasanya oleh karena kelalaian seorang ibu.”, ucap Pendeta R.Y. Hutauruk di awal renungannya Sabat siang ini.

“Dalam kelelahannya seorang ibu sering menggunakan suara yang keras atau teriakan kepada anak-anak mereka, tetapi seringkali anak-anak tidak memperdulikannya. Tetapi bilamana seorang ibu dapat mengendalikan dirinya dan selalu menggunakan suara yang lembut kepada anak-anak, maka hati anak-anak akan tersentuh untuk mau mendengarkan nasehat ibunya. Anak-anak adalah orang dewasa di masa depan, oleh karena itu berilah pengajaran disiplin dalam kebenaran sehingga mereka akan menjadi tiang-tiang gereja.”, lanjut Pendeta Hutauruk. “Orangtua hendaknya juga memperhatikan tempat dimana anak-anak akan bersekolah, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa anak. Orangtua hendaknya selalu membawa anak-anak turut serta dalam renungan pagi dan malam setiap harinya dirumah. Sebab usaha setan yang paling gencar saat ini adalah membuat keluarga menjadi sibuk sehingga melupakan renungan pagi dan malam bersama-sama. Walaupun anak-anak masih belum bisa mengerti, biarlah renungan pagi dan malam dilakukan bersama-sama dengan anak-anak. Bahkan bila bayi seperti Finley yang masih kecil ini tengah tidur, biarlah orangtua tetap melakukan renungan didekatnya agar dia terbiasa untuk selalu mendengar nyanyian dan firman Tuhan.”, ajak Pendeta Hutauruk kepada Bapak Sulasta dan Ibu Ellin. Di akhir khotbahnya, Pendeta R.Y. Hutauruk melayangkan doa berkat bagi keluarga Sulasta.

Bapak Christian Siboro mewakili jemaat Kemang Pratama menyampaikan rasa sukacita atas kelahiran Finley. Bapak Christian berpesan agar keluarga Sulasta senantiasa bersyukur atas berkat-berkat melalui anak-anak yang sudah Tuhan hadirkan dalam keluarga mereka. Tanda kasih dari jemaat Kemang Pratama disampaikan oleh Ibu pendeta Dahlia Hutauruk yang juga menyampaikan pesan kepada Bapak Sulasta dan ibu Ellin agar selalu saling mengasihi sehingga anak-anak akan bertumbuh dalam lingkungan keluarga yang berbahagia. “Sekarang Aku Milik-Mu”, menjadi lagu penutup di acara baby shower Sabat siang ini. Doa tutup sekaligus mendoakan makanan yang sudah disiapkan oleh keluarga Sulasta dilayangkan oleh Ibu Nursia Manurung. Sebelum meninggalkan kediaman keluarga Sulasta, anggota-anggota yang hadir disegarkan dengan makanan dan minuman yang disediakan oleh keluarga. Selamat ya Finley Mark ! Semoga lekas besar dan pintar !

Thursday, October 29, 2009

Pelajaran Dari Seekor Ikan

Mazmur 139 : 14 “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”




Saya suka sekali dengan ikan hias. Walaupun hanya memiliki sebuah akuarium yang kecil, saya memelihara beberapa jenis ikan. Selain memiliki beberapa ikan koki, saya juga memelihara seekor ikan sapu-sapu, karena katanya ikan sapu-sapu yang membantu membersihkan kotaran atau lumut yang ada di dalam air. “Papa, lihat! Kok ikan sapu-sapunya mati…!!”, teriak anak saya yang sulung,. “Waduh, kenapa ya…?”, ujar saya sambil beranjak untuk melihat lebih dekat. “Papa harus segera beli yang baru ya…supaya akuariumnya tidak kotor !”, si sulung segera mengingatkan. “Ya sayang, tapi papa baru bisa beli nanti hari Minggu. Sekarang masih masih pagi, toko ikannya belum buka. Papa kan sudah harus berangkat ke kantor. Sementara kalau papa pulang kerja, toko ikannya sudah tutup.”, jawab saya sambil mengeluarkan ikan yang sudah mati dari akuarium. “Oke pa. Semoga akurium kita enggak apa-apa ya pa…”, katanya dengan wajah agak khawatir. Baru tiga hari ikan sapu-sapu tidak ada, akuarium saya sudah terlihat sangat kotor. Ikan koki yang warnanya begitu indah, tidak terlihat menarik lagi. Airnya menjadi keruh dan banyak lumut yang mengapung di dalam akuarium.

Hari Minggu tiba, saya pun segera ke toko ikan. “Saya minta tiga ya pak!”, kata saya kepada penjual ikan. Setelah dibungkus dan diberikan oksigen ke dalam plastik, ikan sapu-sapu saya bawa pulang. Saya masukkan ke dalam akuarium setibanya di rumah. Dengan cepat ikan sapu-sapu ini bergerak meliuk-liuk melahap lumut-lumut yang ada. Keesokan paginya kami sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. “Papa, kok ikan sapu-sapu itu hanya diam pojok sana? Kok dia tidak mau berteman dengan yang lain pa?”, tanya si sulung ingin tahu. “Oh iya ya..., mungkin dia malu dengan ikan koki itu karena kulitnya tidak seindah ikan koki…”, jawab saya seadanya. “Kasihan ya pa…, padahal yang membuat akuarium kita jadi bersih kan ikan yang jelek itu. Ikan koki-nya jadi terlihat bagus lagi karena airnya sudah jernih, iya kan pa?”, tanya si sulung, “Abang benar sekali, ikan sapu-sapu memang tidak indah, tetapi dia menjadi penolong untuk semua. Oke, nanti kita lihat lagi ya…, kita harus segera berangkat nak!”, ajak saya pada si sulung. Di dalam perjalanan saya merenungkan apa yang terjadi tadi. Ikan sapu-sapu memang tidaklah terlalu menarik dibanding ikan koki, tetapi Tuhan begitu ajaib bisa membuat semua ciptaannya, termasuk ikan sapu-sapu itu, menjadi berharga dan memiliki arti dalam hidup.

Ayat renungan kita pagi ini mengatakan bahwa kita semua diciptakan Tuhan secara ajaib dan dahsyat. Sebagai manusia ciptaan Tuhan kita diciptakan dengan sempurna, tetapi kita saling berbeda satu dengan yang lain itulah keistimewaan yang ada. Seseorang mungkin memiliki kelebihan dalam hal tertentu tetapi juga memiliki kelemahan dalam hal yang lain. Sama seperti ikan sapu-saput tadi yang tidak nampak terlalu menarik, tetapi ikan itu bisa menjadi penolong dan pembawa terang, serta keindahan untuk ikan-ikan lain di sekitarnya. Kita juga mungkin tidaklah semenarik atau memiliki kelebihan seperti orang lain, tetapi jika kita mau tentulah ada hal yang istimewa dalam diri kita yang bisa membuat kita menjadi berarti bagi diri kita dan bagi orang lain. Allah begitu berkuasa, Dia tahu bahwa semua makhluk ciptaan-Nya sangat berharga dan memiliki arti bagi Tuhan.

Have a good day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.

Wednesday, October 28, 2009

Tuhan Peliharakan

1 Petrus 5 : 7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”



Setiap orang tua tentunya sangat risau bila anaknya sakit. Kata orang jika usia belum melewati lima tahun, anak-anak sebagian besar seringkali sakit. Kejadian ini dialami anak sulung kami. Hari itu kelihatannya dia hanya demam biasa. “Supaya cepat sembuh, abang minum dulu obat penurun panasnya ya…”, kata saya dan disambut anggukan kepalanya. Walaupun panasnya sudah dua hari, kami belum merasa perlu untuk membawanya ke dokter. Sepanjang hari panasnya naik turun. Karena terus terjaga dan letih sekali, akhirnya saya jatuh tertidur sambil memeluknya. Tiba-tiba saya merasa seakan ada yang menggoyang badan dan membangunkan saya “Anak papa kenapa …? Kamu menggigil sayang….?? Ma…! Mama dimana ?”, teriakan saya menggema di kamar kami. “Papa kenapa sih harus berteriak-teriak seperti itu ??”, tanya istri saya terkejut begitu masuk ke kamar. Mama…, anak kita step ! Panasnya tinggi sekali ! Cepat ambil alkohol ma..!!”, teriak saya panik. Saya siramkan alkohol di kepala anak kami. “Sekarang juga kita ke rumah sakit!”, kata saya sambil menggendong anak kami. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, kami terus berdoa memohon pertolongan dan kuasa Tuhan untuk menolong anak kami.

Setibanya di rumah sakit kami langsung menuju ke ruang gawat darurat. Dokter yang bertugas segera memeriksa dan memberikan pertolongan. “Putra bapak kelihatannya rentan terhadap panas, sehingga walaupun baru 38,5 derajat celcius dia sudah terserang step. Jadi sebelum panasnya 38, ibu harus segera memberikan obat penurun panas dan rajin memperhatikan keadaannya.”, kata dokter pada kami berdua. “Maaf dok, tadinya memang kami merasa dia hanya panas biasa jadi obat penurun panas baru kami berikan setelah panasnya 38 derajat…”, jawab kami jujur. “Oke, tidak apa-apa. Sekarang tentunya bapak-ibu sudah paham bukan? Yang perlu diwaspadai adalah kalau putra bapak dan ibu terserang step tanpa disertai panas. Kalau itu terjadi, sangat berbahaya.”, kata dokter. “Terimakasih atas penjelasan dan nasihat dokter, kami akan lebih teliti lagi. Lalu bagaimana dengan anak kami dok?”, tanya saya sebelum pulang. “Sudah dilakukan tindakan, semua sudah teratasi. Sekarang boleh pulang untuk dirawat di rumah saja. “Sekali lagi terimakasih atas pertolongan dokter…!”, kata saya sambil bersalaman dengannya.

Ayat renungan pagi ini mengajak kita untuk menyerahkan semua kekhawatiran kepada Tuhan, karena Tuhan yang memelihara kita. Sebagai manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, kita akan menghadapi banyak penderitaan, termasuk penyakit. Ketika penyakit datang menyerang, sering kita merasa tidak berdaya. Tubuh yang biasa kuat, akan menjadi lemah. Ini membuat kita menjadi khawatir. Kita khawatir karena baru mengalami jenis penyakit tertentu, kita tidak pernah mengalami penyakit itu sebelumnya. Kita menjadi khawatir, karena banyak aktifitas dan kewajiban yang harus tertunda karena kita sakit. Kita memiliki Allah yang ajaib dan Maha Besar. Ketika dunia dan isinya jatuh ke dalam dosa, Allah tahu apa yang akan ditanggung oleh manusia yang berdosa. Allah tidak pernah kehilangan belas kasih-Nya kepada kita. Tuhan selalu mendengar keluhan kita, Ia mengerti kekhawatiran kita. Tuhan tidak pernah terlambat datang dan memberi pertolongan kepada kita Allah rindu untuk mengangkat penderitaan dan kesulitan kita, bahkan sebelum kita menyampaikan kepada-Nya. Marilah kita serahkan semua kekhawatiran kita ke pangkuan Tuhan yang setia memelihara kita, hari ini.

Leave your worry to Jesus and taste His marvelous love today !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda yang mengalami kekhawatiran hari ini.

Jangan Terlambat !

Hari Sabat 24 Oktober 2009, jemaat tengah bersiap mendengarkan dorongan Pelayanan Perorangan (PP) di jam kebaktian Sekolah Sabat. “Setiap hari, pasti ada yang patut kita ucapkan rasa syukur kepada Allah. Pada Sabat ini kita bersyukur untuk apa yang kita peroleh di sepanjang minggu lalu. Kita juga patut bersyukur untuk makanan rohani yang telah kita terima dan menguatkan kita.”, ucap Ibu Dahlia Hutauruk memulai dorongan PP yang berjudul “Jangan Terlambat” di Sabat pagi ini. “Saya rasanya ingin kembali ke masa 24 tahun yang lalu. Mungkin di saat itu ada beberapa kegagalan yang saya alami, dan saya ingin sekali memperbaiki itu semua. Tapi tidak mungkin, itu semua sudah berlalu. Sudah terlambat kalau ingin mengulanginya lagi.”, lanjut Ibu Dahlia. Beberapa contoh keterlambatan dalam mengambil keputusan yang dialami oleh tokoh-tokoh Alkitab disampaikan Ibu Dahlia. “Pada jaman Nuh, banyak orang binasa karena terlambat mengambil keputusan yang benar. Lima wanita yang bodoh terlambat datang kembali ke pesta, dan pintu sudah tertutup ketika mereka tiba. Pemuda kaya yang datang kepada Yesus, salah dalam mengambil keputusan dan semuanya sudah terlambat untuk diperbaiki lagi kepusannya itu.”, ujar Ibu Dahlia memberikan beberapa contoh.

Ibu Dahlia mengutip ayat dalam kitab Yesaya 43 : 10 yang menyebutkan, “Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi “ “Kita semua telah dipilih oleh Tuhan untuk menjadi saksi-saksi bagi-Nya. Kita memiliki tanggung jawab untuk mengabarkan injil kepada orang lain. Itu akan mempercepat kedatangan Yesus yang kedua kali. Kepada bangsa Israel Tuhan banyak membuat keajaiban saat mereka keluar dari Mesir menuju ke tanah perjanjian. Mereka disuruh menjadi saksi keajaiban Allah di antara bangsa-bangsa. Bagaimana dengan kita ? Banyak keajaiban Allah dalam hidup kita. Apakah kita sudah menyaksikan kepada orang lain ?”, ajak Ibu Dahlia agar kita menjadi saksi bagi Tuhan. “Kita masih mempunyai waktu saat ini. Mungkin ada kesulitan-kesulitan yang kita hadapi setiap hari. Tapi Tuhan akan tolong kita menyelesaikan kesulitan kita. Ia akan menyertai kita, malaikatNya akan menjaga kita, dan kita akan disanggupkan untuk melayani Dia.”, kata Ibu Dahlia menjelaskan kendala yang kita mungkin alami dan kekuatan yang Tuhan sediakan untuk itu. Mengakhiri dorongan PP Sabat ini, Ibu Dahlia mengajak kita untuk jangan terlambat dalam memutuskan untuk menyaksikan injil kebenaran kepada orang lain. Sekarang adalah waktunya. Kita cari siapa yang akan mendengar pekabaran ini, dan doakan mereka secara khusus setiap hari. Tuhan akan menolong kita.

Tuesday, October 27, 2009

Menyaksikan Rancangan Tuhan

Yesaya 55 : 8 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.”





Beberapa tahun yang lalu, saya belum mendapatkan pekerjaan. Bulan demi bulan hingga akhirnya tahun demi tahun saya lalui tanpa memiliki pekerjaan. Melamar dengan cara apapun sudah saya lakukan, tetapi hasilnya tidak ada. Hati saya merasa tidak tenteram karena sebagai seorang kepala keluarga saya tidak bisa memberi nafkah anak dan istri saya. Terus menerus saya datang kepada Tuhan untuk mengatasi kembimbangan hati dan bertanya apakah Tuhan menyertai dan melihat kesusahan saya. Belum lagi saya harus menahan malu jika bertemu dengan teman-teman yang berasal dari satu sekolah dulu. “ Wah..wah…, apa kabar nih? Sekarang dinas dimana?”, tanya salah satu teman ketika bertemu di salah satu gedung perkantoran. ”Oh…, sedang mencoba membuka bisnis dengan teman-teman. Masih kecil-kecilan bro…!”, jawab saya sekenanya, menutupi malu dan bingung. ”Pantasan kelihatan sudah jadi bos nih ! Kelihatan sudah sukses ya…!”, katanya lagi. Saya tersenyum kecut. Saya tidak berani membayangkan apa perkataan mereka jika tahu keadaan saya yang sesungguhnya.

Setiba di rumah saya ceritakan peristiwa itu kepada istri. “Kenapa ya pa, kok Tuhan tidak mendengar doa kita. Apakah Tuhan marah kepada kita sehingga tidak mau mendengar permohonan doa kita?”, tanya istri saya menanggapi cerita saya. “Saya tidak tahu ma…mungkin kita sedang diuji…”, jawab saya pelan. “Sampai berapa lama kita diuji ya pa?”, tanyanya lagi. “Papa tidak tahu ma…, kita terus saja meminta dan berusaha. Papa percaya Tuhan melihat semua ini…”, jawab saya dengan hati yang hancur. Setelah itu saya terus menerus mencari dan bertanya jika ada lowongan pekerjaan kepada siapa pun juga. Satu hari saya dipanggil di salah satu perusahaan asing. Pada hari yang ditentukan saya pun melalui proses wawancara, “Baiklah, anda diterima di perusahaan kami. Saya harapkan anda akan bekerja sebaik mungkin. Tunjukkanlah kemampuan dan kesungguhan anda dalam berkarya !”, demikian kata yang terdengar dari mulut pimpinan yang saya temui hari itu, sambil menjabat erat tangan saya. Hati saya begitu gembira ! Segera saya sampaikan berita ini kepada istri dan orang tua saya. Akhirnya saya bisa memulai untuk melakukan kewajiban saya sebagai seorang ayah.

Ayat renungan pagi ini mengatakan bahwa Tuhan memiliki rancangan dan rencana yang berbeda dari yang kita rencanakan atau pikirkan. Dalam kehidupan ini, manusia selalu memiliki rencana-rencana dan keinginan. Rencana dibuat sedemikian rupa dengan harapan kita mendapatkan yang kita harapkan. Namun rancangan kita boleh jadi sangat berbeda dengan yang Tuhan inginkan. Kita ingin mendapatkan hari ini, mungkin Tuhan punya waktu yang lebih baik di lain hari. Kita ingin mendapatkan cepat, tapi Tuhan melihat kita akan dapat belajar untuk menjadi orang yang sabar, bila kita mendapatkannya lebih lama dari yang kita harapkan. Kita tidak perlu bimbang atau takut, bila jalan yang kita rencanakan tidaklah selancar dan secepat yang kita pikirkan. Tuhan punya rencana yang lebih baik, yang lebih indah, pada waktu yang telah Ia tentukan. Kita serahkan semua rencana kita kepadaNya dan membiarkan Tuhan yang memutuskan, kapan rencana itu akan menjadi kenyataan yang indah bagi kita.


Have a nice day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.

Pemberkatan Finley Mark

Hari Sabat 24 Oktober 2009, keluarga Sulasta merasakan kebahagiaan dapat membawa putra mereka yang kedua, Finley Mark, untuk diserahkan kepada Tuhan dan menerima doa berkat di gereja. Pendeta R.Y. Hutauruk mengundang Bapak Sulasta , Ibu Elin dan Finley Mark maju ke depan mimbar. Putra mereka yang pertama, Sammy, tidak ketinggalan ikut juga bersama orang-tua dan adiknya datang ke depan. “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya bila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun…”, ucap Pendeta Hutauruk mengutip ayat dalam Ulangan 6 ayat 7. “Orang tua bertanggung-jawab dalam mendidik anak dalam kebenaran Tuhan. Bila anak kita memilik perangai yang tidak baik, orang tua hendaklah menegur dengan lemah lembut. Jangan pernah menegur anak dengan amarah. Kemarahan tidak dapat merubah tabiat seorang anak. Tetapi kelemahlembutan yang penuh dengan kasih akan dapat mengubah perangai anak kita.”, nasehat Pendeta Hutauruk kepada Bapak Sulasta dan Ibu Elin.

“Berdoalah dengan kerendahan hati. Ajak setiap anggota keluarga untuk mengikuti kebaktian pagi dan kebaktian malam. Apa yang Tuhan nasehatkan lewat firmanNya, patut disampaikan kepada anak-anak kita dengan berulang-ulang. Setan senang bila kita lupa menyampaikan nasehat Tuhan kepada anak-anak kita. Oleh karena itu, jangan lupa untuk mengadakan kebaktian rutin di dalam rumah tangga kita.”, lanjuta Pendeta Hutauruk lagi. “Bila ada di antara kita yang mungkin sempat mengabaikan kebaktian pagi atau malam, hendaklah hal itu kita lakukan kembali. Sebagai orang tua kita jangan pernah jemu-jemu untuk menanamkan firman Tuhan di hati anak-anak kita setiap hari.”, kata Pendeta Hutauruk memberi ajakan di akhir renungan singkatnya. Doa berkat bagi Finley Mark, dan juga bagi keluarga Sulasta, dilayangkan oleh Pendeta Hutauruk. Setelah itu keluarga Sulasta menerima ucapan selamat dari Bapak Sontani Purnama, Bapak Christian Siboro dan Pendeta Hutauruk.

Monday, October 26, 2009

Yang Terlupakan

1 Tawarikh 29 : 13 “Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu.”










Setelah menghabiskan beberapa tahun untuk berkuliah, memasuki tugas menyusun skripsi tentulah saat yang paling ditunggu. Tinggal selangkah lagi, saya akan masuk ke dalam dunia pekerjaan. Sebelum mulai mencari bahan untuk skripsi, saya berdoa kepada Tuhan untuk memperoleh akal budi agar bisa mendapatkan topik skripsi. “Kamu cari saja bahan- bahan pembahasan topik di perpustakaan, kemudian kamu diskusikan dengan dosen pembimbing kira-kira topik kamu cocok atau tidak!”, ujar kakak kelas yang sudah menyelesaikan skripsi ketika saya temui untuk meminta pendapatnya. “Baiklah kak, terimakasih ya atas sarannya..” jawab saya sambil permisi pulang. Dengan penuh semangat segera saya kumpulkan data dan membawa semua bahan skripsi menghadap kepada dosen pembimbing. “Saya pikir topik yang kamu pilih sudah baik. Sekarang kamu harus segera mencari perusahaan yang mau menerima kamu untuk melakukan penelitian!”, kata dosen pembimbing. Saat tiba di rumah saya berdoa berterima kasih kepada Tuhan sudah membuka kan jalan buat saya, tetapi kini saya kembali memohon bantuan Tuhan agar memibuka jalan untuk mendapatkan perusahaan yang mau menerima saya melakukan penelitian skripsi.

Sayapun mendatangi beberapa perusahaan dan menyampaikan permohonan saya untuk penelitian. Satu hari saya bertemu dengan seorang kenalan secara tidak diduga. “Katanya kamu sedang menyusun skripsi?”, tanyanya dengan ramah. “Betul sekali bang…, hanya saja kelihatannya perlu waktu. Hingga hari ini saya belum berhasil mendapatkan perusahaan yang mau menerima saya untuk melakukan penelitian.”, kata saya menjelaskan apa adanya. “Oh, kalau begitu kamu bisa ke kantor saya. Nanti saya bantu ajukan ke perusahaan agar kamu mendapat ijin melakukan skripsi di sana!”, katanya lagi dengan sikap yang ramah. “Wah, terima kasih banyak bang untuk bantuannya !”, ucap saya dengan gembira. "Oke, sampai bertemu nanti…!”, ujarnya seraya pergi meninggalkan saya. Saat itu juga saya langsung berdoa mengucapkan terimakasih kepada Tuhan karena sudah begitu baik membukakan jalan dengan cara yang tidak disangka-sangka. Hari-hari kemudian saya mulai dengan melakukan penelitian sampai akhirnya tiba pada tahapan pengajuan di sidang. Beberapa pertanyaan diajukan tim dosen penguji dan semua bisa saya jawab dengan baik, hari itu juga saya dinyatakan lulus dengan nilai bagus. Tanpa dapat menahan rasa gembira saya hubungi kedua orangtua untuk menyampaikan berita keberhasilan saya, dan di malam harinya saya langsung pergi bersenang-senang merayakan keberhasilan ini bersama dengan teman-teman. Ketika kami sedang bergembira,tertawa bersama menikmati makanan dan minuman yang di hidangkan, tiba-tiba saja seakan ada bisikan yang datang di telinga saya mengingatkan saya, “Kamu lupa berterima kasih kepada Tuhan?”. Saat itu juga hati saya merasa terkejut. Bagaimana mungkin di akhir semuanya ini, ketika keberhasilan sudah saya dapatkan, saya lupa untuk berterimakasih kepada Tuhan.

Ayat renungan pagi ini mengajak kita untuk mengangkat syukur kepada Tuhan dan memuji nama-Nya. Kita dihadapkan pada pelbagai macam tantangan, di setiap tahap kehidupan yang kita lalui. Di awal tantangan itu, kita akan datang kepada Tuhan, memohon dibukakan jalan dan kebijaksanaan untuk dapat berhasil. Tuhan akan membantu kita. Tuhan akan membukakan jalan, memberikan kita kebijaksanaan, mengirimkan jalan melalui pertolongan orang lain, dan banyak lagi cara yang Tuhan akan berikan hingga kita dapat berhasil. Namun, saat kita sudah berhasil, saat kita sudah mengatasi tantangan yang ada, terkadang kita lupa untuk mengucap syukur kepada Tuhan dan berterima kasih untuk semua kebaikan-kebaikanNya kepada kita. Marilah kita meluangkan waktu setiap hari untuk merenungkan semua kebaikan Tuhan kepada kita dan bersyukur kepadaNya.

Let us lift up our praises to Him every day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.

Berbahagia Adalah Sebuah Pilihan

Hari Jumat 23 Oktober, tepat jam 19:30 Bapak Sontani Purnama membuka acara perbaktian Vesper dengan mengundang jemaat untuk menyanyikan Lagu Sion nomor 145, “Kalau Serta Tuhan”. Doa buka dilayangkan oleh bapak Dharlen Simanjuntak. Sebuah lagu istimewa dinyanyikan oleh keluarga Agustinus Silalahi yang berjudul “My Redeemer”. Bapak Ramlan Sormin membawa renungan Vesper yang berjudul “Berbahagia Adalah Sebuah Pilihan” dengan menceritakan kisah seorang anak yang berasal dari keluarga yang kaya. Satu kali, sang ayah ingin agar anaknya dapat mensyukuri akan segala apa yang mereka miliki, maka dibawa anaknya ke sebuah desa yang cukup jauh dari keramaian kota. Mereka tinggal satu malam disana. Kehidupan di desa sangat berbeda dengan di tempat anak tersebut. Tidak ada televisi, tidak ada Play Station, dan bahkan lampu peneranganpun hanya seadanya, karena terbatasnya listrik yang ada di desa tersebut. Setelah melewati satu malam disana, mereka kembali ke rumahnya. Di rumah, sang ayah bertanya kepada anaknya mengenai keadaan disana. Ayahnya berharap sang anak akan bersyukur dan berbahagia karena keadaan mereka lebih baik dari orang-orang yang tinggal di desa. Namun, jawaban anak ini mengejutkan. “Papa, kita mempunyai satu ekor anjing, namun mereka punya 6 ekor anjing. Kita punya kolam renang yang besar di halaman belakang, namun mereka mempunyai danau yang luasnya tidak terkira di belakang rumah mereka. Kita mempunyai lampu yang terang di rumah, namun halaman rumah mereka diterangi oleh jutaan bintang-bintang di langit. Kita mempunyai taman di depan dan belakang rumah, namun mereka mempunyai ladang yang luas sekali. Terima kasih papa, sudah memberi saya kesempatan menikmati kebahagiaan. Ternyata kita jauh lebih miskin dari mereka!”, ucap si anak dengan gembira. Sang ayah kaget, dan hanya dapat berdiam diri.

“Menjadi bahagia adalah satu pilihan bagi kita. Bila sesuatu infomasi diterima oleh otak kita, maka akan terbentuk sesuatu yang dipercayai. Dari kepercayaan itu akan menimbulkan keinginan. Namun, keinginan ini belum tentu adalah sesuatu yang menjadi tujuan kita. Jadi, jika kita ingin merasakan sesuatu hal yang membuat kita senang, maka kita harus mempercayai hal itu terlebih dahulu.”, kata Bapak Ramlan. “Buat sebagian orang, pare adalah jenis makanan yang pahit dan tidak disukai. Namun bagi orang lain, pare digemari justru karena rasa pahitnya, malah membuat selera makan bertambah bila ada pare di atas piring. Ini terjadi karena perbedaan kepercayaan terhadap makanan yang sama, yaitu pare. Satu orang berpikir dan percaya bahwa pare itu pahit dan tidak enak, sedangkan orang yang lain justru berpikir dan percaya rasa pahit itulah yang membuat pare enak.”, lanjut Bapak Ramlan menerangkan bagaimana proses suka atau tidak suka terbentuk dalam pikiran kita. “Hal yang sama berlaku juga dengan rasa kebahagiaan. Kebahagiaan dapat kita capai dengan mengubah cara kita berpikir dan apa yang kita percayai. Kita akan mendapatkan kebahagian dari hal yang kita alami, bila kita percaya bahwa hal itu dapat membawa sukacita. Kalau kita rasa tidak senang pada satu hal, itu terjadi karena kita percaya bahwa hal itu tidak menyenangkan. Sebagai contoh, kalau terjadi hujan, kita langsung berpikir tentang jalanan macet, banjir dimana-mana. Hujan bisa membuat kita tidak berbahagia, karena kita percaya hujan membuat kesulitan. Kita harus merubah apa yang kita percayai, agar kita dapat mengalami sesuatu yang berbeda, yang membuat kita berbahagia.”, ujar Bapak Ramlan lagi.

“Keinginan yang kita miliki sering merupakan obyek. Namun, terkadang hal ini bukanlah kebahagiaan itu sendiri. Jika seorang pemuda diberikan jas baru, tentunya ia akan berbahagia. Tapi apakah itu kebahagiaan yang dia impikan ? Bila kita teliti lebih lanjut, ada kebahagian lain yang ia miliki. Ia bahagia menerima jas baru, karena mendapatkan pengganti jas lamanya yang usang. Kenapa ia senang dengan pengganti jas lama yang usang ? Karena ia dapat berpenampilan lebih baik. Kenapa dia senang berpenampilan lebih baik ? Karena dengan perpenampilan lebih baik, ia dapat menarik perhatian dari wanita sahabatnya. Kenapa ia ingin mendapatkan perhatian dari wanita sahabatnya ? Karena ia ingin wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Jadi kebahagiaan yang pemuda ini ingin dapatkan adalah agar wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Tapi sering orang terperangkap untuk mengatakan bahwa dengan mendapat jas baru, ia akan berbahagia. Padahal bukan karena jas baru itu ia berbahagia, namun karena dapat menarik pasangannya itulah ia berbahagia.”, kata Bapak Ramlan memberi contoh satu masalah. “Jadi jika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dan dia merasa tidak berbahagia, maka ia telah terjebak kepada obyek fisik semata-mata. Dari contoh orang yang mendapatkan jas baru, ia tentunya akan tetap berbahagia, walaupun ia tidak mendapatkan jas baru. Kenapa ? Karena kebahagiaan yang ia cari sesungguhnya bukan pada jas baru, tetapi pada usahanya menarik perhatian pasangannya. Ia tetap dapat mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, yaitu mendapat pasangan yang dia impikan, dengan cara yang lain.”, jelas Bapak Ramlan lagi. Apa yang kita lihat, belum tentu yang dapat membuat kita bahagia. Mata dapat menipu pikiran kita. Mengutip Lukas 11 : 34, Bapak Ramlan mengingatkan kita untuk menjaga mata kita tetap terang, melihat sesuatu dengan jernih dan benar, agar terang tubuh kita. Dengan mata yang terang melihat kebenaran, kita dapat kebahagiaan selalu dalam hidup kita.

“Kita harus belajar untuk bersyukur. Cobalah belajar untuk melihat apa yang indah sepanjang perjalanan kita setiap hari. Cobalah untuk melihat bunga yang indah, mencium aroma wangi roti yang baru dipanggang, merasakan panas lembut sinar matahari atau mendengarkan kicau burung yang bernyanyi. Cobalah nikmati hal-hal yang sepertinya kecil ini. Sesungguhnya itu adalah berkat yang dapat kita syukuri kepada Tuhan. Nikmatilah hal-hal tersebut, karena suatu saat, jika Tuhan ambil semua itu, kita tidak dapat menikmatinya lagi.”, ucap Bapak Ramlan mengajak kita untuk bersyukur untuk setiap hal yang kita hadapi dan mengecap kebahagiaan. Bila kita mau belajar untuk bersyukur untuk setiap hal kita lihat dan alami, kita telah memilih untuk berbahagia. Saat kita mengalami kesulitan, jangan berfokus pada kesulitan itu. Jangan berfokus pada obyek yang ada di depan mata. Cobalah untuk melihat di luar itu semua, agar kita dapat menemukan yang berharga dan membawa kebahagiaan dari setiap kesulitan.” Mazmur 90:12 mengatakan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”. Mengakhiri renungannya Bapak Ramlan mengatakan, “Biarlah kita dapat merasakan berkat Tuhan setiap hari. Kita nikmati kehidupan dan biarlah hati kita terbuka untuk melihat kebahagiaan yang Tuhan berikan.”

Kebaktian Vesper ditutup dengan menyanyikan Lagu Sion nomor 59, “Tuhan Pliharakan”. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Ramlan Sormin. Jemaat berkumpul di halaman Gereja, berpegangan-tangan untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu "God Is So Good”. Setelah itu mengucapkan “Selamat Sabat! Selamat Sabat! Selamat Sabat! Tuhan memberkati! Halleluyah! Amin!”.

Sunday, October 25, 2009

Meminta Dengan Tulus

Matius 7:7 ”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”







Selesai makan siang, saya manfaatkan waktu istirahat yang sisa di kantor untuk menelepon anak-anak di rumah. Belum saya menekan tombol telepon genggam, tiba-tiba telepon di meja saya berbunyi. ”Hallo...! Ini papi ya, sudah makan belum?”, tanya anak kami yang kedua di ujung sana. ”Abang ya? Papi sudah makan nak. Abang sudah makan juga kan?”, saya balik bertanya sambil membayangkan wajahnya. ”Sudah papi..!”, suaranya terdengar jelas. ”Kakak ada di mana?”, tanya saya lagi, merasa heran karena biasanya si sulung selalu ikutan berbicara. ”Kakak lagi main pi...!”, jawabnya cepat. ”Oh begitu.., kalau begitu sudah dulu ya...papi mau kerja lagi. Kalian baik-baik di rumah.”, ujar saya kepadanya. ”Iya papi!”, balasnya sambil menutup telepon. Di hari yang sama menjelang sore hari sekitar pukul 4, kembali telepon datang dari rumah. ”Hallo nak, ini mama. Kamu bisa pulang lebih cepat hari ini?”, tanya ibu saya. ”Saya pulang sedikit agak malam ma. Memangnya ada apa, kok mama meminta saya pulang cepat?”, tanya saya sedikit khawatir karena heran mendengar permintaan mama. ”Tidak ada apa-apa, mama hanya ingin mengajak kamu berjalan-jalan sebentar. Kalau begitu sampai nanti di rumah ya !”, jawab ibu saya menutup pembicaraan.

Hari itu saya tiba di rumah pukul 7 malam. Tidak sabar ingin segera tahu apa yang terjadi, saya langsung tanyakan kepada istri yang menyambut di pintu depan. ”Tadi mama telepon ke kantor, meminta saya untuk cepat pulang karena ingin jalan-jalan. Sebetulnya ada apa? Tidak biasanya mama bersikap begitu.”, tanya saya. ”Begini loh pi..., tadi siang sehabis pulang bermain di rumah teman, si kakak minta di belikan sepeda!”, kata istri sambil mengajak saya duduk. ”Loh...! Kakak kan sudah kita belikan sepeda mam...”, tanya saya heran. ”Betul, kakak punya sepeda. Tapi papi mungkin lupa ya? Sepeda yang kita belikan masih ketinggian, jadi belum bisa dia gunakan.”, jelasnya pada saya. ”Ya ampun, ternyata karena sepeda toh...? Saya tadi jadi khawatir, saya pikir ada hal yang lebih penting sehingga mama meminta saya pulang lebih cepat!”, jawab saya lega. ”Si kakak kelihatannya ingin bisa bermain sepeda juga. Di rumah temannya tadi dia cuma bisa melihat dan mengikuti temannya dari belakang. Makanya dia minta dibelikan sepeda baru”, jelas istri saya lagi.

Di dalam ayat renungan pagi ini, Tuhan mengajak kita untuk datang dan meminta kepada-Nya, maka kita akan mendapatkan apa yang kita perlukan. Sebagai orang tua, kita sering mendengarkan anak-anak kita datang meminta sesuatu. Mereka datang kepada kita dengan hati yang tulus, karena percaya kita dapat memenuhi kebutuhan mereka. Setiap kali ada yang mereka inginkan, mereka tahu bahwa orang tua adalah tempat untuk meminta. Anak-anak datang pada kita karena mereka sadari bahwa mereka belum mampu mendapatkan sendiri yang mereka mau. Allah tahu segala kebutuhan kita. Allah tahu bahwa kita memiliki keperluan dan pertolongan, yang tidak sanggup kita penuhi sendiri. Tuhan memiliki kesanggupan yang tidak terbatas untuk menyediakan keperluan kita manusia yang punya keterbatasan ini. Itu sebabnya, Allah mengundang kita datang kepadaNya. Tuhan ingin kita menyadari keterbatasan kita dan datang kepadaNya. Kita diajak untuk percaya dan bergantung kepadaNya untuk mencukupi kebutuhan kita. Marilah kita sampaikan keperluan kita kepada Tuhan setiap hari dengan hati yang tulus.

Have a great holiday !

Dapur Selera : Mie Gomak Medan


Kita berjumpa lagi di Dapur Selera ! Hari Minggu ini, kami menyajikan resep masakan baru yang bisa dicoba di dapur keluarga anda. Menu kali ini disiapkan oleh Ibu Shally Tambunan, yaitu Mie Gomak Medan. Hidangan yang sehat dan enak untuk dinikmati bersama keluarga anda ...!

Semua resep telah diuji di Dapur Selera Kemang Pratama.

Selamat mencoba !


Bahan-bahan :

1/2 bungkus Mie Lidi ( 1/2kg )
2 buah labu siam
1 papan tempe (1/4 kg)
20 tahu goreng

Bumbu-bumbu :

10 butir cabe
5 siung bawang merah
5 siung bawang putih
3 butir kemiri
2 jempol lengkuas
1 jempol jahe
1/2 jempol kunyit
2 batang sereh
Ketumbar, daun jeruk, daun salam secukupnya
Santan dari 1/2 kelapa
Penyedap, sesuai selera.


Cara menyiapkan mie gomak :

- Rebus mie lidi (gomak) dengan garam dan sedikit minyak sampai matang
- Tiriskan dan bersihkan. Siram dengan air matang.



Cara membuat kuah mie gomak:

- Semua bumbu dihaluskan kecuali lengkuas, sereh, daun jeruk dan daun salam
- Lengkuas dan sereh dikeprok
- Bumbu ditumis sampai harum.
- Labu siam dipotong-potong seperti potongan untuk lontong sayur
- Tempe digoreng sampai agak coklat
- Rebus air 1/2 ltr sampai mendidih, lalu masukkan bumbu yang sudah ditumis tadi
- Masukkan tempe biarkan sampai sebentar supaya bumbu meresap
- Masukkan tahu, labu dan terakhir masukkan santan. Diaduk sampai mendidih
- Tambahkan garam dan penyedap secukupnya, sesuai selera.


Saran penyajian :

- Letakkan mie gomak di atas piring
- Siram kuah sayuran yang hangat di atas mie gomak.

Nah, mie gomak yang sedap siap disantap oleh keluarga anda.


Selamat menikmati ! Sampai jumpa di Dapur Selera hari Minggu depan !

Saturday, October 24, 2009

Tuhan Mendengar Dan Mengerti

1 Tesalonika 5 : 17 “Tetaplah berdoa.”











Hal yang paling menyenangkan dalam melihat perkembangan anak adalah ketika mereka mulai bisa berbicara dan meniru sesuatu yang baru. Salah satu kesempatan yang kami gunakan untuk bisa melatih mereka memiliki hal seperti itu adalah ketika kami melakukan kebaktian di rumah. “Anak-anak sekarang kita berdoa ya…, lipat tangannya seperti ini dan tutup mata ya…”, kata saya memberi contoh. Saat itu dengan sedikit bersusah karena harus berkonsentrasi menutup mata dan melipat tangannya, saya merasa lucu juga ketika mendengar mereka tidak sabar ingin segera berkata, “Amin” sebagai tanda doa sudah berakhir. Dalam beberapa hari si sulung sudah mulai ingin memimpin doa. Ketika itu kami sedang bersiap untuk renungan pagi “Papi, sekarang kakak yang berdoa, bolehkan ya?”,tanyanya meminta persetujuan dengan wajah yang begitu menggemaskan. “Tentu saja boleh sayang”, jawab saya segera. “Tuhan, berkati kakak mau makan, amin…!”, suaranya terdengar keras. Kami tersenyum bahagia dengan apa yang anak kami bisa serukan kepada Tuhan, walaupun masih kurang tepat.

Berikutnya yang terjadi adalah ketika kami akan pergi ke gereja, setelah semua duduk rapih pada posisinya di mobil, saya mendapat peringatan dari si sulung. “Papi, kita harus berdoa dulu ya…! Kakak yang berdoa ya papi…!”, kembali dia berkata dengan senyum rayuannya. “Oke, terimakasih papi sudah diingatkan. Ayo, kakak berdoa sekarang.”, jawab saya sambil tersenyum kepadanya. “Tuhan berkati papi mau ke gereja, mami mau ke gereja, kakak mau ke gereja, abang mau ke gereja..., papi mau ke gereja, mami mau ke gereja, kakak mau ke gereja..”, berulang-ulang dia ucapkan kalimat yang sama dan akhirnya, “Amin !”. Walaupun saya dan istri cukup terkejut dengan kalimatnya yang panjang dan diulang-ulang, tetapi kami bangga karena anak kami sudah mengetahui apa yang ingin dia sampaikan dalam doanya. Di gereja, saat usai mendengar cerita anak-anak dan pembawa cerita menanyakan siapa yang ingin berdoa, putri saya segera mengangkat tangannya, “Kakak mau berdoa !”, katanya cepat. “Tuhan, kakak sudah dengar cerita anak, amin!”, ucapnya dengan penuh keyakinan. Saya merasa senang dengan apa yang anak kami telah dapat lakukan hari itu.

Ayat renungan kita di pagi yang indah ini mengingatkan agar kita tetap berdoa. Tuhan kita Maha Tahu. Dia tahu semua tentang diri kita. Tuhan mengerti apa yang kita inginkan, sebelum kita menyampaikan kepada-Nya. Allah tahu apa yang ada di hati kita, walaupun itu belum kita ucapkan kepada-Nya. Walaupun Ia Maha Tahu, Tuhan ingin mendengarkan kita berbicara kepada-Nya, menyampaikan isi hati kita dan kerinduan kita. Tuhan senang bila kita datang kepada-Nya, seperti seorang anak kepada Bapa. Kita tidak perlu khawatir, bila doa kita tidak sempurna. Tuhan akan menyempurnakan doa kita, Dia akan mendengar doa kita, permohonan kita, ungkapan kepedihan hati kita, semua syukur yang kita panjatkan. Tuhan mendengar dan mengerti ucapan kita dalam doa yang sungguh. Ia rindu untuk menjawab doa kita dan memberikan berkat-Nya. Setiap hari, marilah kita berbicara kepada Tuhan dan percaya bahwa Ia siap mendengar. Tetaplah kita berdoa.

Pray, and receive His wonderful blessings every day !

Malam Penghiburan Untuk Keluarga Pelaupessy

Kebaktian Rabu Malam tanggal 21 Oktober 2009 ini agak berbeda dibandingkan kebaktian pada hari Rabu biasanya. Malam ini jemaat Kemang Pratama mengadakan acara penghiburan bagi keluarga almarhum George Pelaupessy. Sejak pukul 19:00, anggota jemaat mulai hadir di gereja, diikuti oleh keluarga almarhum. Tepat pada pukul 19:30, Bapak Wilson Tobing membuka acara penghiburan dengan mengundang semua yang hadir untuk menyanyikan Lagu Sion nomor 103, “Jalan Serta Yesus”. Doa pembukaan dilayangkan oleh Pdtm. Jehezkiel Sababalat. Sebuah lagu istimewa yang berjudul “Muka Dengan Muka” dinyanyikan dengan merdu oleh paduan suara bapak-bapak. Lagu ini merupakan pengharapan kita untuk dapat berjumpa dengan Yesus. Setelah itu, Bapak Saut Ringoringo diberikan kesempatan untuk membacakan riwayat almarhum.

“Kejadian ini seperti mimpi. Pada hari Sabat almarhum terlihat dalam keadaan sehat. Beliau masih datang ke gereja, duduk di barisan bangku belakang dan aktif dalam mendiskusikan pelajaran Sekolah Sabat. Bahkan Bapak George masih mengikuti acara potluck di siang harinya. Namun pada malam harinya, Tuhan berkehendak lain. Tuhan mengijinkan Bapak Georg untuk beristirahat dari jerih payahnya untuk menantikan pagi yang cerah.”, ucap Pendeta Hutauruk mengawali renungan malam ini. Pendeta Hutauruk mengutip Ibrani 6:17-19, “Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir”. “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat. Bila kita menegok ke belakang, mengingat masa lalu, maka kesedihan akan bertambah. Bahkan, semakin kita mencoba untuk melupakan, yang terjadi adalah kenangan-kenangan itu akan terus ada. Itulah yang dapat membawa kesedihan kepada kita yang ditinggalkan.”, jelas Pendeta Hutauruk.

“Namun, kita diberikan janji dari Allah yang tidak mungkin berdusta. Pengharapan juga adalah perlindungan. Sama seperti kapal yang menggunakan sauhnya agar aman dari gelombang, maka sauh yang kuat itu, yaitu pengharapan, akan memberikan perlindungan kepada kita. Harta yang terbesar yang dapat kita miliki adalah pengharapan kepada Allah.”, ucap Pendeta Hutauruk. “ Sebagai manusia, kita mempunyai keterbatasan. Semua orang akan mengalami kematian. Kita tidak akan dapat menghadangnya. Oleh sebab itu, dengan berharap kepada Tuhan, itu akan memberdayakan iman kita. Pengharapan itu adalah pengharapan untuk bertemu dengan opa, daddy, saudara George Pelaupessy. Bagi kita, kematian sama seperti tidur, hanya sama tidak ada mimpi disana. Tuhan berjanji, kita akan dipertemukan dan diperbaharui, bahkan disempurnakan. Tidak akan ada lagi keluhan, rasa nyeri, dan kesedihan.”, lanjut Pendeta Hutauruk lagi.

“Kita bersyukur pada Tuhan, karena Tuhan kita Yesus Kristus, turut merasakan dukacita kita. Allah Mendengarkan jeritan hati dan doa kita yang sungguh-sungguh. Dia turut merasakan duka kita. Allah tidak akan membiarkan kita sendirian. Malaikat-malaikat turun-naik dari sorga untuk menghibur kita. Biarlah kita pegang pengharapan itu sebagai sauh. Selalu mengingat dan berdoa agar kita kuat dan tetap setia untuk pengharapan bertemu dengan opa yang kita kasihi.”, seru Pendeta Hutauruk mengajak anggota keluarga Pelaupessy dan yang hadir untuk tetap setia. Pendeta juga menceritakan mengenai seorang anak kecil yang menghadiri pemakaman ayahnya. Setelah kebaikan-kebaikan ayahnya diutarakan banyak orang, dan ketika peti jenazah akan ditutup, anak tersebut berkata: “Selamat malam, ayah”. Anak itu tidak mengatakan selamat tinggal karena dia percaya akan pengharapan untuk bertemu. Ada satu pengharapan. Satu sauh yang kuat, yang memotiasi orang yang percaya. Alkitab mengatakan dalam Amsal 13:12, “Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.”. Jadi bila kita menolak pengharapan, berarti kita tidak punya penghargaan dan kita akan kehilangan harapan.

“Bapak George berharap agar keluarga senantiasa saling menguatkan, bersatu dalam kasih, dan setia kepada Yesus senantiasa. Adalah satu kekecewaan besar bilamana ada yang tidak tertulis dalam kitab kehidupan. Semua orang tua ingin anaknya hidup dalam kebenaran hingga Yesus datang.”, ucap Pendeta Hutauruk. Lebih lanjut, Pendeta Hutauruk mengatakan bahwa pengharapan selalu tersedia setiap saat kapanpun keputusan itu diambil (Roma 8:24-28). Kita diselamatkan oleh pengharapan . Pengharapan yang bukan dapat dilihat sekarang, namun pengharapan yang akan ada pada saat Yesus datang. Seringkali kita tidak mengerti tentang kehidupan ini. Kita hanya mampu memandang sebatas panjang jalan, namun Allah melihat jauh untuk kebaikan kita. Marilah kita tetap teguh memegang pengharapan itu, sehingga pengharapan itu tidak menjadi sia-sia. Pengharapan itu dapat menjadi obat dan motivasi bagi kita, karena pengharapan itu dijanjikan oleh Allah yang tidak mungkin berdusta. “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." Wahyu 21:4.

Di akhir renungan, Pendeta Hutauruk secara khusus mengingatkan Ibu Corry Pelaupessy, bahwa Allah adalah sahabat kita. Bilamana biasanya Bapak George selalu menjadi teman bicara, saat ini bila anak-anak dan cucu tidak ada, Ibu Corry tidak mempunyai teman berbicara. “Di saat seperti itu, Ibu Corry dapat berbicara kepada Allah. Dia adalah sabahat kita. Allah akan menguatkan dan menghibur kita.”, ajak Pendeta Hutauruk kepada Ibu Corry. Pendeta Hutaruk menutup renungannya dengan doa agar keluarga Pelaupessy – Kountur diberikan kekuatan dan kesetian dalam pengharapan. Lagu penutup “Ingatkanlah Nama Yesus” dinyanyikan oleh semua jemaat dan doa penutup dilayangkan oleh Bapak Willy Wuisan.

Bapak Christian Siboro mewakili jemaat Kemang Pratama memberikan sambutannya, diikuti dengan pemberian tanda kasih jemaat yang diwakili oleh Ibu Ully Tambunan kepada Ibu Corry. Sebagai sambutan atas tanda kasih itu, Ibu Corry mewakili keluarga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan baik moril maupun materil yang diberikan oleh semua anggota gereja. Ibu Corry juga berpesan kepada anak-anak yaitu Richard, Rina, Rini dan Eva, serta anak menantunya semua, agar mereka setia kepada Tuhan, bergandengan tangan, saling mengasihi dan menunggu saat kedatangan Yesus kedua kali dengan setia.

Setelah bersalaman dengan keluarga Pelaupessy semua yang hadir diundang untuk menikmati makan malam yang telah disediakan oleh ibu-ibu di jemaat Kemang Pratama. Doa makan dilayangkan oleh Jamesson Silitonga. Keluarga yang berduka dipersilahkan untuk mengambil makan terlebih dahulu. Kesempatan makan malam dipakai untuk berbincang satu dengan yang lain, khususnya kepada anggota keluarga Pelaupessy. Memberikan dorongan semangat kepada mereka, menyampaikan kata-kata yang menguatkan bagi mereka. Rangkaian acara berakhir hampir menjelang pukul 22:00 malam. Semua pulang penuh dengan sukacita pengharapan dari Tuhan.