Tuesday, August 31, 2010

PERLINDUNGAN BAGI YANG PANTAS

Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Matius 18 : 23–25



Setelah menyadari keringkihan manusia, bagaimana agar kita memperoleh perlindungan TUHAN? TUHAN memberikan perlindungan-NYA kepada orang-orang yang pantas dilindungi-NYA. IA melindungi orang-orang yang mau hidup dalam rencana dan kehendak-NYA, yaitu orang-orang yang memberi diri untuk dimuridkan dan diproses untuk menuju kesempurnaan yang BAPA inginkan. TUHAN Yesus mengisahkan tentang hamba yang dihapuskan utangnya sebesar 10.000 talenta oleh raja, namun kemudian ia tidak memaafkan temannya yang berutang kepadanya sebesar 100 dinar. Adapun 1 dinar adalah upah rata-rata pekerja dalam sehari pada saat itu, sementara 1 talenta adalah 6000 dinar. Jadi utangnya kepada raja adalah senilai upah pekerja selama 60.000.000 hari, atau lebih dari 164.383 tahun! Namun si hamba yang telah diampuni ini bertindak sewenang-wenang terhadap sesamanya. Ia sombong, menekan sesamanya, dan tidak mau mengampuni sesamanya. Akibatnya, perlindungan dari raja yang sebelumnya telah diperoleh karena kemurahan hati raja dicabut. Si hamba jahat ini akhirnya dijebloskan ke penjara sepanjang hidupnya.


Orang seperti hamba yang jahat ini sudah pasti anak setan yang akan menjadi warga neraka bersama dengan iblis. Tetapi kalau harus jujur, kita dapat melihat bahwa gambaran tentang hamba yang jahat ini masih nyata di dalam diri banyak orang Kristen hari ini. Tidak sedikit orang Kristen yang sudah menerima pengampunan dari TUHAN ternyata tidak hidup sesuai rencana dan kehendak TUHAN. Mereka hanya menyibukkan diri untuk rencananya sendiri. Mereka rela menekan orang lain dan bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Yang penting adalah kehendaknya dipuaskan. Sebagaimana si hamba yang jahat, orang-orang seperti ini juga adalah orang-orang bodoh yang akhirnya tidak akan memperoleh perlindungan abadi TUHAN, sebab mereka memang tidak pantas dilindungi. Mereka telah menolak perlindungan TUHAN. Patut kita perhatikan, bahwa janji TUHAN untuk menyertai orang percaya adalah hanya untuk orang percaya yang menjadi saksi atau melakukan kehendak-NYA (Mat. 28:19–20), bukan orang yang sibuk dengan urusan dan kepentingannya sendiri. Karena itu marilah kita selalu belajar untuk mengenal rencana dan kehendak TUHAN dalam hidup kita. Dengan hidup dalam rencana dan kehendak-NYA, tanpa meminta kepada TUHAN pun otomatis kita mendapat perlindungan dari-NYA; bukan hanya selama hidup di bumi ini, tetapi perlindungan abadi. TUHAN melindungi orang-orang yang pantas dilindungi-NYA, yaitu yang mau hidup dalam rencana dan kehendak-NYA.

Monday, August 30, 2010

HIDUP DALAM PERLINDUNGAN TUHAN

Jadisekarang, hai kamu yang berkata: "Hari iniatau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akanterjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Yakobus 4 : 13–15



TUHAN lah Perlindunganku”, demikian kita nyanyikan lagu di gereja. Tetapi tanpa disadari, banyak orang tidak mengerti apa artinya berlindung kepada TUHAN itu. Buktinya, mereka merasa sudah atau sedang berlindung kepada Tuhan, padahal mereka menolak perlindungan TUHAN. Bagaimana hal ini terjadi? Manakala seseorang dalam keadaan tanpa masalah dalam segala segi kehidupannya, ia tidak sungguh-sungguh berlindung kepada TUHAN. Setelah masalah timbul, barulah ia berurusan dengan TUHAN. Kalau begitu TUHAN dipandang laksana ban serep: kalau ban tidak pecah, tak akan dicari; TUHAN disamakan dengan rumah sakit, kalau orang tidak sakit parah, tidak perlu berurusan dengannya. Padahal kita sangat membutuhkan perlindungan TUHAN setiap saat, tanpa mengurangi bahwa tetap ada bagian tanggung jawab kita yang memang harus kita lakukan. Ada pengertian penting yang harus dipahami untuk hidup dalam perlindungan TUHAN. Seseorang tidak dapat membutuhkan dan berlindung kepada TUHAN, kalau tidak mengakui bahwa dirinya adalah mahkluk yang sangat lemah dan ringkih. Bukankah Alkitab berkata hidup manusia seperti uap? Karena itu kita harus memahami kenyataan mengenai keringkihan manusia.


Pertama, manusia memiliki tubuh fana yang kemampuannya sangat terbatas. Tubuh manusia yang telah jatuh dalam dosa sangat rapuh, bukan bertulang besi, berotot kawat dan berkulit baja. Kunjungi rumah sakit dan akan kita sadari betapa rapuhnya tubuh manusia. Kedua, manusia hidup di dunia yang penuh bahaya melampaui kekuatan dirinya. Di masa depan, manusia lebih diperhadapkan dengan keadaan dunia yang penuh ancaman seperti bencana alam, bencana buatan manusia, epidemi penyakit dan sebagainya. Ketiga, adanya kuasa gelap yang jahat, yang berusaha menyeret kepada kegelapan abadi. Ingat, bahaya iblis bukan pada sepak terjangnya yang membuat hidup manusia sengsara di dunia ini, melainkan pada usahanya mempersiapkan manusia menjadi warga api kekal. Kalau iblis hanya membuat manusia sengsara di bumi, itu bukan masalah sama sekali, justru bisa menguntungkan, karena sengsara di bumi bisa menggiring manusia ke dalam Kerajaan ALLAH. Berwaspadalah, karena iblis hanya dapat dilawan dan diatasi jika kita bersama TUHAN. Kita harus selalu menghayati keringkihan diri kita ini, supaya kita tidak sombong. Jangan berpuas diri apabila keadaan kita hari ini tanpa masalah, sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kembangkan sikap rendah hati, dan dengan tulus kita belajar berlindung kepada TUHAN sembari tetap melakukan bagian tanggung jawab kita yang memang harus kita lakukan.Dengan menghayati keringkihan diri kita sebagai manusia, kita belajar hidup dalam perlindungan TUHAN.

Friday, August 27, 2010

MEMBUTUHKAN RESPON

Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat. Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.Sebab AnakManusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Lukas 19 : 8-10



Seseorang yang menerima karya penebusan Yesus di kayu salib dan masuk proyek kemustahilan menuju kesempurnaan seperti BAPA di Surga harus memberikan respons yang baik. Seperti apakah respons yang baik itu? Orang muda kaya dalam Mat. 19:16–26 tidak memberikan respons yang baik ketika TUHAN memintanya menjual segala hartanya dan membagikannya kepada orang miskin. Ia tidak melakukannya, sebaliknya pergilah ia dengan sedih. Ia tidak sanggup melakukannya, sebab banyak hartanya; ia masih menyayangi hartanya. Respons orang muda kaya tersebut berbeda dengan Zakheus. Zakheus juga seorang kaya. Ia mempunyai jabatan sebagai kepala pemungut cukai, dan hartanya banyak (ay. 2). Tetapi ketika ia bertemu dengan TUHAN Yesus, ia menyambutnya dengan respons yang baik. Tanpaperlu diperintah dan dikomando oleh TUHAN Yesus, ia dengan serta-merta menyatakan rela membagikan separuh hartanya kepada orang miskin, dan iapun mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang pernah diperasnya (ay. 8). Apa yang dilakukan oleh Zakheus ini adalah buah dari responsnya yang baik terhadap panggilan TUHAN. TUHAN Yesus membawa anugerah keselamatan, dan Zakheus menerimanya. Hendaknya respons ini tidak dianggap sebagai jasa. Keselamatan adalah sepenuhnya karya ALLAH, bukan jasa manusia. Manusia hanya meresponinya. Jikalau Zakheus mengikuti TUHAN Yesus dengan sungguh-sungguh sejak itu, pastilah Zakheus menjadi orang yang memiliki standar hidup yang luar biasa, yaitu standar hidup kekal yang berkualitas.


Oleh karena itu kebaikan sempurna bisa dicapai oleh seseorang melalui kemampuan untuk mengerti kehendak TUHAN serta melakukannya. Hal ini tidak bisa dicapai tanpa barter dan tanpa perjuangan, bahkan juga tidak bisa dicapai tanpa pengorbanan. Seperti Zakheus yang menunjukkan responsnya yang baik dengan merendahkan dirinya dan memperlihatkan perubahan perilakunya melalui tindakannya, sudahkah kita yang mengaku beriman kepada TUHAN Yesus menunjukkan respons kita melalui tindakan kita? Dengan respons yang baik, kita akan masuk ke dalam proses pertumbuhan terus-menerus, sampai kita bisa mencapai standar kebaikan yang ALLAH inginkan: standar moral ilahi, standar kesempurnaan-NYA. Sehingga benarlah bahwa tidak ada yang mustahil bagi ALLAH.

Thursday, August 26, 2010

MENJADI SEMPURNA

“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” (Mat. 5:48)


Orang yang menerima karya keselamatan ALLAH dalam Yesus Kristus, atau yang menerima penebusan oleh darah Yesus Kristus adalah orang-orang yang dikehendaki oleh TUHAN untuk menjadi sempurna seperti DIA. Mustahil? Bagi manusia memang mustahil. Tetapi sebagaimana TUHAN Yesus menembus kemustahilan dengan menjelma menjadi manusia, itu tidak mustahil. TUHAN Yesussendiri mengungkapkan hal ini dengan mengatakan, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” (Mat. 5:48) Berarti apabila kita telah menjadi orang percaya, kita harus mau masuk ke dalam proyek kemustahilan itu. Bagaimana ini dapat kita lakukan? Dalam Flp. 2:5, Paulus berpesan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”. DIAlah standar kita. DIA telah merendahkan diri-NYA untuk meninggalkan kesetaraan-NYA dengan ALLAH, mengosongkan diri-NYA, menjadi manusia—seorang hamba—dan taat sampai mati di kayu salib. DIA telah melakukan yang mustahil bagi manusia, sekarang giliran kita.


Anak ALLAH Yang Mahatinggi menunjukkan keteladanan-NYA untuk rendah hati, rela kehilangan segala hak-NYA, bahkan hak atas nyawa-NYA, untuk menaati BAPA-NYA dan demi kasih-NYA kepada manusia. Ini bukan sifat bawaan manusia pada umumnya, karena manusia pada umumnya tidak rela dirinya diabaikan. Manusia tidak rela haknya dirampas. Manusia tidak rela hatinya disakiti. Tetapi itulah pikiran dan perasaan Kristus. Itulah yang harus kita miliki dalam hidup kita. Jadiuntuk belajar menjadi sempurna, hal pertama yang harus kita pelajari adalah menjadi hamba. Belajar untuk rela kehilangan hak, tidak terikat kepada apa pun, taat kepada TUHAN, melayani TUHAN dan sesama karena kasih kita kepada-NYA, bukan karena ketakutan atau keinginan kita atas berkat jasmani dari-NYA. Sambil terus kita mempelajari Firman-NYA dan belajar untuk melakukannya dalam kehidupan kita, kita akan dapat menaruh pikiran dan perasaan Kristus itu dalam diri kita. Akhirnya, sebagaimana Kristus dimuliakan (ay. 9–11), kita juga akan dimuliakan bersama dengan DIA (Rm. 8:30). Ini anugerah yang luar biasa bagi kita yang menerima penebusan dari-NYA. Mustahil? Sekali lagi ditegaskan, bahwa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi ALLAH. Ini kabar baik bagi kita, bahwa kita yang menerima penebusannya akan dimampukan untuk sempurna.

Wednesday, August 25, 2010

ALLAH MENJADI MANUSIA

Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Lukas 1 : 31–33

Proyek keselamatan adalah proyek kemustahilan. Banyak orang tidak tahu, bahkan tidak menyadari hal ini. Proyek keselamatan itu hanya bisa dikerjakan oleh ALLAH sendiri. Bukankah mustahil, ketika TUHAN Semesta Alam menjelma menjadi manusia? Tetapi seperti yang dikatakan Malaikat Gabriel dalam Luk.1:37, “Tidak ada yg mustahil bagi ALLAH”. Jadi sekalipun Maria masih seorang perawan yang belum bersuami, ia bisa hamil, kalau ALLAH menghendakinya. Itu dahsyat.Tetapi hal yang lebih luar biasa adalah ketika ALLAH menjelma menjadi manusia. Tentu bagi manusia itu kemustahilan. Namun ALLAH menembus kemustahilan itu dengan kesediaan-NYA menjadi manusia. Di sini yang mengagumkan bukanlah kemampuan TUHAN mengubah diri-NYA menjadi manusia, melainkan kesediaan ALLAH menjadi manusia. Ini merupakan pergumulan yang hebat bagi TUHAN sendiri, bagaimana Yang Mahakuasa, Sang Pencipta langit dan bumi mau merendahkan diri-NYA menjadi sama dengan ciptaan-NYA.
ALLAH menembus kemustahilan dan membuatnya menjadi tidak mustahil untuk memberikan anugerah keselamatan melalui Putra-NYA yang tunggal. Ini pengorbanan yang luar biasa bagi-NYA. Tetapi tidak bisa tidak, IA harus melakukannya karena itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan umat manusia. Jangan sia-siakan anugerah ini. Kita harus menyambutnya dengan meresponinya secara serius, sebab jika TUHAN menganggapnya penting sampai IA harus menembus kemustahilan, itu harus menjadi hal yang sangat penting pula bagi kita.

Tuesday, August 24, 2010

SAKSI KRISTUS

Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. 2 Korintus 3 : 2-3


TUHAN Yesus menghendaki agar kita bersama dengan DIA. Bersama dengan-NYA bukan hanya berarti bersama secara fisik. Kalau dalam konteks hidup orang Kristen hari ini merasa sudah bersama dengan TUHAN hanya karena sudah ada di gereja, itu belum tepat. Bersama dengan TUHAN berarti mengerti pikiran TUHAN, mengerti kehendak dan rencana-NYA, serta melakukan semua yang TUHAN kehendaki untuk dilakukan. Orang yang mengerti pikiran TUHAN pasti memperagakan pikiran dan perasaan TUHAN. Inilah kehidupan seorang yang mengenakan pribadi Kristus. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang pasti mengubah orang lain. Sesungguhnya inilah yang dimaksud menjadi terang dan garam dunia: kehidupan sebagai saksi Kristus yang efektif. Anak TUHAN menjadi surat yang terbuka, yang dibaca setiap orang (2Kor. 3:2–3). Orang yang diselamatkan karena melihat perbuatan baik seorang anak TUHAN akan menjadi orang Kristen yang sejati. Mekanisme yang benar dalam proses penyelamatan adalah: bila orang kafir melihat perbuatan baik anak TUHAN, ia dipertobatkan dan lalu didewasakan.

Sebenarnya TUHAN memiliki rencana untuk menyelamatkan orang-orang di sekitar kita bagi Kerajaan ALLAH, tetapi berhubung kelemahan watak dan karakter kita yang terekspresikan melalui perbuatan, maka mereka tidak menjadi orang percaya. Ini berarti orang percaya yang gagal membawa orang lain kepada TUHAN menjadi batu sandungan. Orang yang tidak mengenakan pikiran Kristus akan mengenakan pikirannya sendiri, sehingga semua yang dilakukannya merupakan ekspresi dari dirinya sendiri yang fasik. Tokoh besar dari India, Mahatma Gandhi pernah menyatakan bahwa yang membuat ia tidak akan pernah menjadi orang Kristen adalah orang-orang Kristen sendiri yang tidak menampilkan kehidupan seperti Gurunya, TUHAN Yesus Kristus. Oleh sebab itu dalam pelayanan kita, kita harus menampilkan kehidupan TUHAN Yesus. Sayangnya hari ini banyak “hamba TUHAN” lebih dekat untuk disebut “selebriti”, daripada seorang “hamba” seperti Guru dan TUHAN nya. Memang untuk menjadi saksi Kristus bagi orang lain harganya sangat mahal, yaitu harus mematikan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak ALLAH, sehingga dapat memperagakan pribadi Kristus. Jika seseorang tidak memperagakan pribadi Kristus, berarti ia memperagakan pribadi setan. Mengenakan pribadi setan berarti ikut menceraiberaikan, bukan mengumpulkan. Dengan ini sekali lagi kita ditantang untuk mengambil sikap, di pihak siapa kita berdiri: TUHAN atau setan? Untuk menyelamatkan orang lain, kita harus menampilkan kehidupan seperti Guru Agung kita.

Monday, August 23, 2010

MENGUMPULKAN ATAU MENCERAIBERAIKAN?

Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." Lukas 11 : 23.


Dari kalimat TUHAN Yesus ini IA menunjukkan kedaulatan-NYA sekaligus peringatanNYA. Ini mengandung ketegasan yang tidak bisa dan tidak boleh kita anggap sepele. Kalau kita menjadi sekutu TUHAN, berarti kita akan turut mengumpulkan— artinya menyelamatkan jiwa-jiwa—tetapi kalau kita tidak turut menyelamatkan jiwa-jiwa, berarti kita membinasakan, atau membiarkan orang binasa. Mengapa demikian? Sebab jika seseorang tidak berdiri di pihak TUHAN, padahal ia mengenal kebenaran dan memiliki kesempatan untuk berdiri di pihak TUHAN, berarti ia menyatakan dirinya berdiri di pihak musuh TUHAN. Ia membinasakan dirinya sendiri. Perkataan Yesus di atas menunjukkan kedaulatan-NYA. IA berdaulat sebab IA lah Pencipta, yang menuntut ciptaan-NYA untuk menempatkan diri di pihak yang benar. Pemberontakan iblis di hadapan ALLAH sehingga menyeret pula malaikat-malaikat merupakan realitas yang harus dipahami dengan seksama. Pemberontakan itu berlanjut di muka bumi ketika manusia ciptaan TUHAN yang mulia dijatuhkan (Why. 12:1–4, 7–9). TUHAN membuat perseturuan antara iblis dan manusia. Dalam Kej. 3:15 IA berfirman, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

Setelah kuasa kegelapan menjatuhkan manusia, selanjutnya iblis menyeret sebanyak mungkin manusia untuk mengikuti jejaknya, melawan TUHAN. Ini merupakan gerakan iblis yang terus berlangsung sampai hari ini. Manusia harus menyadarinya (1Ptr. 5:8–9). Ketika Kerajaan Surga datang, TUHAN akan menantang kita, ada di pihak mana. Kedatangan Kerajaan Surga yang dibawa oleh TUHAN Yesus merupakan isyarat dimulainya sebuah peperangan besar untuk membinasakan pekerjaan iblis dan mengembalikan manusia kepada pemilik-NYA. Sebagaimana iblis mendayagunakan segala kekuatan dan pengikutnya untuk melawan ALLAH, demikian pulalah TUHAN Yesus mendayagunakan kekuatan-NYA dan pengikut-NYA untuk menghancurkan pekerjaan iblis (1Yoh. 3:8). Di surga, malaikat-malaikat yang berperang, tetapi di bumi, sebagai orang percaya, kitalah yang mengawal pekerjaan-NYA. Yang penting harus kita pastikan sekarang adalah, di pihak siapakah kita? Apakah kita turut serta mengawal pekerjaan-NYA atau sibuk dengan urusan kita sendiri? Berdiri di pihak TUHAN berarti kita harus turut serta mengawal pekerjaan-NYA. Bila tidak, berarti kita berdiri di pihak musuh TUHAN.

Friday, August 20, 2010

BEBAS DARI ROH PERBUDAKAN

Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Roma 8 : 15–17


Paulus berkata bahwa sebagai anak ALLAH, kita tidak menerima roh perbudakan lagi (ay. 15). Berarti penguasaan atau dominasi iblis terhadap kita sudah dihentikan. Kita telah bebas dari perbudakan, sebab ketika seseorang memberi respons terhadap anugerah ALLAH dalam Yesus Kristus, maka ia dibebaskan dari ikatan kuasa gelap, lalu menerima Roh Kudus, dan diberi kemampuan untuk belajar mengerti Firman TUHAN, sehingga tidak lagi dikuasai oleh keinginan-keinginan yang bertentangan dengan kehendak ALLAH. Hidupnya dikuasai oleh kehendak TUHAN atau pikiran TUHAN, serta oleh rencana TUHAN. Orang seperti ini disebut anak-anak ALLAH. Orang yang dengan kesadaran rela menyerahkan kendali hidupnya sepenuhnya pada TUHAN untuk melakukan kehendak TUHAN, rela menyalibkan manusia lama dan segala hawa nafsu keinginannya. Dari ay. 15 juga menarik untuk dipahami bahwa orang-orang yang masih di bawah penguasaan iblis sebenarnya tidak pantas memanggil DIA itu BAPA di Surga. Selama ini begitu mudahnya kita berkata ”Ya BAPA di Surga.” Sesungguhnya yang pantas memanggil DIA BAPA adalah mereka yang hidup sesuai dengan pimpinan Roh Kudus, hidup mengerti kehendak TUHAN. Tetapi ini bukan sesuatu yang sederhana atau mudah, sebab harus melalui suatu proses pembentukan seumur hidup. Jadi, kalau kita sekarang berani memanggil DIA BAPA walaupun keadaan kita belum sempurna dan belum hidup dalam pimpinan Roh Kudus secara penuh, kita harus terus belajar dan bertumbuh untuk hidup dalam pimpinan Roh.

Kehidupan Kristen yang sejati adalah ketika orang Kristen dipimpin oleh Roh ALLAH. Roh Kudus diberikan-NYA kepada orang percaya untuk mengasuh orang percaya supaya roh manusia menjadi kuat dan berkualitas. Roh manusia (nishmath khayyim) yang pernah dihembuskan oleh ALLAH kepada manusia (Kej. 2:7) itu kualitas orisinal dari TUHAN yang luar biasa. Kualitas murninya dapat dimunculkan kembali atau dibangkitkan. Bila Roh Kudus kembali memimpin kehidupan manusia sehingga diri manusia dibawah kuasa rohnya sendiri yang adalah Roh dari Allah, maka seseorang dapat melakukan kehendak ALLAH dan disebut sebagai anak-anak ALLAH. Kalau manusia tidak dipimpin Roh Kudus, maka roh manusia tidak sanggup melakukan kehendak ALLAH, atau menjadi lemah. Perjuangan yang harus kita lakukan adalah di sini: Memberi diri sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus yang sama juga artinya dengan menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Gal. 5 : 24). Roh memang penurut, tetapi daging lemah (Mat. 26:41), maksudnya roh manusia memang berkehendak untuk taat, tetapi tubuh manusia dengan keinginan dosanya lebih kuat menguasai kehidupan. Roh manusia akan lemah untuk melakukan kehendak TUHAN. Untuk ini, supaya roh manusia dapat menjadi kuat, maka kita harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus melalui terus mengonsumsi Firman TUHAN sebagai makanan rohaninya (Mat 4:4).

Thursday, August 19, 2010

DIKUASAI OLEH ROH ALLAH

Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.Sebab Israel degil seperti lembu yang degil, masakan sekarang TUHAN menggembalakan mereka, seperti domba di tanah lapang? Hosea 4 : 6, 16


Ada satu kesalahan prinsip yang kerap disampaikan dari mimbar gereja, bahwa kita harus menyerahkan kehendak kita sendiri untuk dikontrol Roh Kudus sepenuhnya, sehingga kita cukup menjadi pasif mutlak tanpa perlu melakukan perjuangan apapun seperti menyangkal diri dan menaklukkan keinginan daging, sebab semua dikendalikan oleh Roh Kudus. Tampaknya cukup “rohani”, tapi nyatanya TUHAN tidak bekerja dengan cara demikian. Ia sangat menghargai kehendak bebas yang telah dipercayakan-NYA kepada kita sejak penciptaan, dan IA mau kita dengan kesadaran kita memilih –dengan kehendak bebas kita- untuk melakukan kehendak TUHAN. Jika seorang Kristen tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kehendak bebas untuk dipergunakan, dan seharusnya dipergunakan untuk memilih TUHAN dan melakukan kehendak TUHAN, maka tidak heran jika banyak orang Kristen masih hidup dalam kedagingan mereka. Oleh karena mereka tidak diberitahukan bahwa ada pilihan yang harus diambil. Dan untuk mengambil pilihan untuk memilih TUHAN dan melakukan kehendak TUHAN merupakan perjuangan. Perjuangan yang sangat berat karena untuk bisa memilih TUHAN dan melakukan kehendak TUHAN, mereka harus melakukan: Menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Gal 5 : 24) Sebaliknya, iblis sangat ingin agar kita menjadi pasif mutlak, tidak mengetahui mengenai kehendak bebas untuk memilih dan perjuangan ini, sebab justru iblis ingin menguasai kita. Maksudnya adalah penguasaan (possesion) roh-roh jahat atas diri seseorang, mulai dari tingkat yang paling kecil sampai akhirnya seluruh kehidupan. Seperti sarang laba-laba yang berkembang dari bentuk kecil, proses penguasaan iblis meresap masuk terus ke dalam diri kita, jika kita tidak waspada dan betul-betul menyerahkan diri kepada pemilikan TUHAN.


Kita harus mengerti benar apa yang dimaksud dengan penyerahan kepada ALLAH. Berserah kepada ALAH bukan berarti menjadi pasif, tetapi sebaliknya menjadi aktif. Aktif mencari kehendak-NYA, aktif menyangkal diri, aktif menyalibkan keinginan daging dan mengenal-NYA lebih dalam. Untuk ini, mengerti isi Alkitab adalah hal yang mutlak. Sebab tidak akan mungkin bagi kita untuk mengerti kehendak-NYA, kalau kita tidak mengerti KitabSuci. Jarang—bahkan tidak ada—orang yang tidak mengerti isi Alkitab, tetapi bisa mendengar suara TUHAN secara permanen atau terus-menerus. Perlu kita hayati dan kaji lebih mendalam apa yang disampaikan Hosea berkenaan dengan pengenalan akan TUHAN ini. Alkitab berkata bahwa umat-NYA binasa karena tidak mengenal ALLAH (Hos. 4:6). Dalam King James Version dikatakan “lack of knowledge” atau “kurang pengetahuan”, “kurang mengenal TUHAN”. Seseorang tidak akan dapat mengenal TUHAN secara benar, jika tidak memahami isi Alkitab secara benar. Seseorang tidak akan peka mendengar suara Roh Kudus, jika ia tidak memahami isi Alkitab secara benar. Jika seseorang tidak mengenal TUHAN secara benar dan tidak peka mendengar suara Roh Kudus, bagaimana orang itu dapat melakukan kehendak TUHAN? Roh Kudus tidak akan berbicara menggantikan Alkitab. Justru Roh Kudus mengingatkan atau memberitakan kepada masing-masing individu apa yang TUHAN katakan. IA tidak akan sembrono dengan berbicara secara terus-menerus kepada orang yang tidak menghargai Alkitab. Justru di sini kita temukan, bahwa orang yang bisa dipercaya bahwa dirinya mendengar suara TUHAN adalah orang yang mengerti kebenaran Firman TUHAN yang tertulis dalam Alkitab. Kalau seorang pembicara Firman tidak menyampaikan kebenaran Firman yang murni, bisa dipastikan suara TUHAN yang diakuinya sebagai murni dari TUHAN adalah kebohongan. Orang ini bisa disebut nabi palsu, yang tidak menggiring umat kepada kebenaran.

Wednesday, August 18, 2010

HIDUP DIPIMPIN OLEH ROH

Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Galatia 5 : 16–18, 25


Seseorang yang mengendarai motor atau mobil perlu menguasai seluruh elemen yang menggerakkan kendaraan itu, seperti gas, rem, kopling, lampu, klakson, indikator di dasbor dan bahkan banyak panel lainnya. Sebab hanya orang yang mampu mengendalikan semua elemen itulah yang sanggup menjalankan kendaraannya dengan sempurna. Demikianlah ALLAH menghendaki kita mengendalikan kehendak dalam diri kita, agar kita hidup sesuai dengan kehendak-NYA. Orang yang hidup oleh Roh harus menuruti kehendak Roh. Penurutannya bukan atas dasar kedaulatan absolut ALLAH yang mencengkeram diri seseorang dan menghilangkan kebebasannya, tetapi merupakan kesadaran untuk melakukan penurutan sedemikian rupa karena membiasakan diri menuruti kehendak-NYA, dipimpin oleh Roh, berjalan bersama Roh (ay. 25). Sebetulnya dalam ay. 25, “dipimpin oleh Roh” dalam bahasa aslinya adalah πνεύματι καὶ στοιχῶμεν (pnévmati kaí stīkhómen). Kata stīkhómen berasal dari akar kata στοιχέω (stīkhéō), yang artinya berjalan berbaris dengan rapi, seperti tentara yang berbaris mengikuti komando. Itulah sebabnya dalam terjemahan King James Version kata-kata ini ditulis “walk in the Spirit” (berjalan dalam Roh), dan dalam New International Version diterjemahkan dengan lebih tepat lagi sebagai “keep in step with the Spirit” (berjalan seirama dengan Roh).


Berjalan seirama dengan Roh adalah suatu proses sinkronisasi atau penyesuaian. Artinya, seperti tentara yang berbaris rapi mengikuti komando, kita belajar untuk berjalan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Roh. Belajar mengendalikan kehendak kita sendiri, sehingga sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh TUHAN. Ini membutuhkan keaktifan kita untuk menyangkal diri terus-menerus. Pembiasaan diri berjalan menurut kehendak ALLAH melalui penyangkalan diri terus-menerus akan membuahkan buah Roh (ay. 22). Paulus mengajarkan bahwa orang percaya memiliki dua pilihan, menghasilkan buah Roh—yaitu kepribadian yang serupa dengan Kristus—atau buah daging (keinginan-keinginan daging). Berarti tidak mustahil bagi orang percaya untuk menghasilkan buah daging. Ini tergantung keputusan dan pilihan hidupnya setiap hari. Semakin kita memberi diri dipimpin oleh Roh TUHAN, semakin pekalah kita terhadap kehendak TUHAN. Dengan cara hidup demikian ini kita akan sungguh-sungguh dapat memuaskan hati TUHAN. Oleh sebab itu, hendaknya kita terus berjuang untuk menjadi orang yang selalu berjalan seirama dengan Roh.

Monday, August 16, 2010

DIPIMPIN ROH

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Roma 8 : 14


Alkitab tegas mengatakan bahwa hanya orang-orang yang dipimpin oleh Roh ALLAH adalah anak-anak ALLAH. Jadi, supaya kita pantas disebut sebagai anak-anak ALLAH, maka kita harus hidup dalam pimpinan Roh. Pernyataan Alkitab ini sungguh sangat jelas, bahwa siapa pun kita yang mengaku Kristen, apa pun posisi yang kita emban di gereja, kalau kita tidak hidup di bawah pimpinan Roh ALLAH, kita bukan anak ALLAH. Apa yang dimaksud dengan “hidup dipimpin Roh” itu? Kata-kata “dipimpin Roh ALLAH” dalam bahasa aslinya πνεύματι θεοῦ ἄγονται (pnévmati Theú ágondai) memberi isyarat seolah-olah TUHAN akan aktif memimpin kita, sehingga otomatis membuat kita mampu menuruti kehedak-NYA. Seakan-akan Roh-NYA sendiri yang aktif memimpin kita dan otomatis kita dapat mengikuti. Tetapi sebetulnya “dipimpin” (ágondai) juga bermakna “dibimbing” atau “dipengaruhi”. Kalau kita dibimbing oleh Roh ALLAH, itu berarti keaktifan kita juga penting. Harus ada proses penyesuaian terhadap kehendak Roh, bukan TUHAN yang harus menyesuaikan diri dengan kita, tetapi kita yang harus menyesuaikan diri dengan TUHAN. Maka orang yang memberi diri dipimpin oleh Roh ALLAH harus rela tunduk kepada Roh, harus rela berserah kepada Roh. Dengan kata lain, jika kita mau dipimpin oleh Roh ALLAH, kita harus mau menyangkal diri (Mat. 16:24). Penyangkalan diri ini menuntut keseriusan kita sebagai orang percaya untuk senantiasa bergumul melawan diri kita sendiri, dan membutuhkan pengorbanan waktu guna mencapai tahap-tahap penurutan terhadap kehendak Roh yang semakin tinggi.


Dengan penjelasan ini tampak bahwa “dipimpin Roh ALLAH” hendaknya tidak dipahami bahwa orang percaya menjadi seperti robot yang diatur TUHAN dengan sebuah remote control. Pemahaman yang menghilangkan atau melemahkan prinsip kebebasan dan tanggung jawab manusia seperti itu tidak sesuai dengan Alkitab. Harus selalu dicamkan bahwa TUHAN tidak akan merenggut atau mengambil alih kesadaran dan kebebasan seseorang dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Roh memang memimpin, tetapi apakah manusia mau tunduk dan mengikuti pimpinan itu, tergantung kepada manusia itu sendiri. Roh Kudus menuntun orang percaya dengan lembut dan mereka harus belajar dan terus berlatih unuk mengerti kehendak-NYA guna dilakukan. Latihan demi latihan akan menyanggupkan kita hidup sesuai dengan kehendak TUHAN tanpa perlu diatur oleh suatu peraturan atau hukum.

Friday, August 13, 2010

DIDALAM LOH HATI MANUSIA

Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka. Yehezkiel 11 : 19–20



Akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia harus mati, menderita, sakit dan masuk neraka. Memang masuk neraka ini merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Tetapi hal yang utama yang harus kita perhatikan ketika manusia jatuh dalam dosa adalah ketidakmampuan untuk mengerti kehendak TUHAN—apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Manusia tidak mampu melakukan kebaikan yang ideal, kebaikan menurut standar TUHAN. Ini yang mengerikan! Tetapi, bukankah manusia masih bisa berbuat baik? Ya, sebab TUHAN masih menulis hukum-NYA dalam hati manusia. Hukumyang tertulis tersebut mengkristal menjadi berbagai ajaran agama-agama. Agama juga menuntun manusia kepada kebaikan, tentu dengan cara pandang individu dari apa yang dimiliki agama tersebut. Itulah kebaikan yang relatif dan subjektif. Kebaikan yang TUHAN kehendaki adalah kebaikan yang ideal, kebaikan multak yang dipandang dari sudut pandang TUHAN, bukan dari sudut pandang manusia. Keselamatan yang TUHAN Yesusberikan memungkinkan manusia mencapai kebaikan ideal ini, sebab keselamatan itu memberi peluang bagi manusia untuk dipugar kembali agar kembali segambaran dengan TUHAN. Pemugaran manusia untuk memulihkan gambar ALLAH dalam diri manusia adalah usaha TUHAN mengembalikan manusia kepada rancangan-NYA yang semula, yaitu manusia sanggup mengerti kehendak TUHAN dengan sempurna. Jadi inti Injil adalah, TUHAN menyelamatkan manusia dan mengembalikannya kepada rancangan-NYA semula.

Inilah maksud dari Firman TUHAN dalam Perjanjian Lama bahwa IA akan memberikan perjanjian, yaitu akan menulis hukum-NYA dalam loh hati manusia, menggantikan hati yang keras menjadi hati yang lembut, dan memberi pengertian-pengertian baru dalam hati manusia. Bukan hukum yang ditulis di atas kertas, perkamen, papirus, atau juga di atas loh batu, tetapi hukum yang ditulis di dalam loh hati manusia. Manusia yang menerima keselamatan dari TUHAN Yesus dan mengambil peluang untuk rela dipugar kembali oleh TUHAN agar segambar dengan diri-NYA, kembali kepada rancangan-NYA semula. Oleh sebab itu, saat kita menjadi Kristen, kita sedang dibawa kepada proyek yang luar biasa ini, yaitu pengembalian kita kepada rancangan TUHAN yang semula. Ini proyek yang sangat penting; untuk itu kita harus bekerja keras mengerjakannya, harus mengerti semua yang diajarkan TUHAN Yesus, dan terus sungguh-sungguh belajar kebenaran TUHAN tiada henti, sebab kebenaran itulah yang akan memerdekakan. Inilah keistimewaan kekristenan yang tulen: bukan mengajari manusia hukum-hukum dan peraturan, tetapi mengubah hati manusia oleh pimpinan Roh Kudus.

Thursday, August 12, 2010

TABIAT DAN MORAL ILAHI

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Kejadian 1 : 26, 27.


TUHANmenciptakan manusia menurut gambar dan rupa-NYA dengan tujuan agar manusia dapat menguasai makhluk-makhluk lain di bumi ini (ay. 26). Ini agar manusia dapat melaksanakan kehendak TUHAN untuk memerintah bumi ini dan mengelolanya dengan baik. Apa maksudnya TUHAN menciptakan manusia “menurut gambar-NYA”? Sejatinya “menurut gambar-NYA” terutama berorientasi pada tabiat atau moralnya, bukan pada fisiknya. Segambaran dengan TUHAN ini dimaksudkan agar manusia dapat bertindak dalam kebenaran, kesucian dan keadilan seperti TUHAN sendiri. Manusia memiliki kemampuan mengerti kehendak TUHAN—apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Inilah keunggulan yang dimiliki manusia, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Itulah sebabnya manusia pertama tidak perlu diberi hukum dan peraturan, sebab ia mampu melakukan apapun yang dikehendaki oleh TUHAN. Manusia bisa berbuat baik dalam ukuran TUHAN tanpa bayang-bayang hukum dan peraturan. Manusia seperti inilah yang dirancang TUHAN sejak semula.


Sesungguhnya kemampuan untuk segambar dengan ALLAH dan memiliki moral ilahi ini didapatkan oleh manusia karena TUHAN menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia (Kej. 2:7). Inilah keunggulan yang dimiliki manusia. Nafas hidup dari ALLAH itu, yang dalam bahasa aslinya נִשְׁמַתחַיּיִם(nishmath khayyim), memberi kesanggupan kepada manusia untuk mengerti kehendak TUHAN dengan sempurna dan melakukannya. Jadi kesanggupan ini sudah diberikan TUHAN kepada manusia sejak semula. Berarti manusia yang orisinal adalah manusia yang tidak membutuhkan hukum, peraturan, dan syariat seperti orang Yahudi. Dalam zaman Perjanjian Lama, orang Yahudi sangat kuat dalam syariat yang mereka sebut mishpatim (undang-undang sipil). Seluruh kegiatan hidupnya diatur oleh undang-undang sipil tersebut. Mengapa demikian? Karena memang sebelum TUHAN Yesus datang, orang Yahudi khususnya—dan manusia pada umumnya—belum diberi kesempatan untuk dapat kembali kepada rancangan ALLAH yang mula-mula. Belum ada kesempatan untuk memiliki kesanggupan mengerti kehendak TUHAN—apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna— secara menyeluruh, apalagi melakukannya. Kalau kesempatan itu sekarang sudah ada, janganlah kita menyia-nyiakannya. Jangan pula kita meremehkannya dengan kembali mewajibkan syariat-syariat agamawi. Standar kita sangat tinggi dan sangat sempurna, yaitu moral Ilahi.

Wednesday, August 11, 2010

HUKUM DAN PERATURAN BUKAN TUJUAN

Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Galatia 3 : 23–25.



Pernahkah kita pikirkan, cukupkah kehendak TUHAN diwakili oleh hukum-hukum dan peraturan-peraturan? TUHAN Yang Mahabesar tentu mempunyai kehendak yang tak terbatas serta perasaan yang tak terwakili oleh huruf-huruf. Berarti hukum dan peraturan sebanyak apa pun dan sejelas apa pun, dengan penjelasannya sepanjang apa pun, tidak akan dapat memuat apa yang menjadi kehendak TUHAN, tidak dapat menggambarkan dengan sempurna isi pikiran dan perasaan TUHAN. Sebelum jatuh ke dalam dosa, sebetulnya manusia diberi kemampuan untuk mengerti kehendak TUHAN dengan sempurna. Tetapi setelah jatuh ke dalam dosa, manusia tidak mampu lagi mengerti kehendak TUHAN dan melakukannya. Karena itulah TUHAN memberikan hukum-hukum kepada manusia. Jadi hukum-hukum diberikan TUHAN dengan tujuan agar manusia melakukan tindakan yang beradab dan terbimbing untuk menjadi tertib. Ada dua tujuan ketertiban ini. Pertama, Sebagai makhluk beradab, spesies manusia akan terjaga kelestariannya. Tanpa hukum, manusia bisa saling membunuh dan akhirnya bisa punah. Kedua, agar manusia dapat berinteraksi satu dengan yang lain dan dapat bersosialisasi dengan sesama secara harmonis.Di sisi lain, TUHAN memberikan hukum untuk membuka mata pengertian manusia dan membuktikan bahwa manusia tidak sanggup melakukan kehendak-NYA dengan sempurna. Dengan demikian manusia disadarkan atas kebutuhannya akan seorang Juruselamat yang dapat menuntunnya agar mampu melakukan kehendak TUHAN dengan sempurna.
Sebagai Juruselamat, TUHAN Yesus telah datang ke dunia untuk merebut manusia dari tangan kuasa kegelapan. Jika kita menerima DIA dan beriman kepada-NYA, IA pun akan memberikan Roh Kudus-NYA yang membimbing kita untuk mengalami pembaruan hati dan pikiran setiap hari, asalkan kita mau membuka hati untuk menerima Roh Kudus, sehingga kita dikembalikan kepada rancangan TUHAN yang mula-mula, yaitu menciptakan manusia yang mampu mengerti kehendak TUHAN dan melakukannya dengan sempurna. Jadi melakukan hukum dan peraturan itu bukan tujuan bagi orang percaya. Hukum Taurat hanya digunakan untuk sementara waktu, sampai Kristus datang untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-NYA semula (Gal. 3:14). Orang yang menerima karya keselamatan ALLAH dalam Yesus Kristus pasti beradab, bermoral mulia, dan tidak menyusahkan sesamanya, tanpa perlu dibayang-bayangi atau ditekan oleh hukum. Kebaikan dan mengasihi telah menjadi naturnya, karena timbul dari hati yang mengasihi TUHAN, jiwa yang sadar bahwa dirinya telah terlebih dahulu dikasihi TUHAN.

Monday, August 09, 2010

ANAK-ANAK ALLAH

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Yoh 1:12.


Bagaimanakah manusia memperlakukan Kristus pada waktu Ia datang? “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya” (Yoh 1:11). Hal inilah yang berlaku sekarang. Sejarah ini berulang, dan akan terus berulang sebelum Kristus datang di awan-awan di langit. Penipuan Setan akan menimpa mereka yang berdiam di dunia ini. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah. Setelah membuat dunia ini sesuai untuk tempat tinggal manusia, Allah memandangnya, dan bersukacita karenanya, dan menyatakannya sungguh amat baik. Jadi Allah akan menerima dan bergembira dalam pembaruan yang dikerjakan oleh mereka, yang menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, yang telah menerima kuasa menjadi anak-anak Allah.

Pasal pertama buku Kolose menunjukkan kepada kita ketinggian yang kita harus capai. Kita bisa menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak TUHAN dengan sempurna, sehingga hidupmu layak dihadapan-Nya, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus didalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. (Kol 1:9-14). Apakah tidak cukup kesukaran dalam dunia yang dilanda dosa, dikutuk dosa ini untuk menuntun kita memusatkan diri kita kepada pekerjaan mengabarkan pekabaran bahwa Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16)? Dunia ini telah ditempuh oleh Anak Allah. Ia datang untuk membawa terang dan hidup kepada manusia, untuk membebaskan mereka dari perhambaan dosa. Ia akan datang lagi dalam kuasa dan kemuliaan besar untuk membawa bersama Dia mereka yang sepanjang hidupnya telah mengikuti jejak kaki-Nya.

Friday, August 06, 2010

KEBAIKAN DARI SUDUT PANDANG TUHAN

Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu." Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Lukas 18 : 20–22

Pada umumnya orang yang bermoral, santun dan beretika akan mengusahakan dirinya agar menjadi manusia yang baik. Demikian pula dengan agama-agama pada umumnya, yang akan berusaha menjadikan umatnya berkepribadian baik. Namun persoalannya adalah, apakah kebaikan itu? Pernahkah kita mempersoalkan, bagaimanakah manusia yang baik itu? Apa ukuran kebaikan itu? Dalam percakapan antara TUHAN Yesus dengan pemimpin yang kaya, sang pemimpin yang kaya ini bertanya, “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (ay. 18) Ia memperkarakan tentang kebaikan. Ia ingin tahu, perbuatan manusia yang bagaimanakah yang berkategori baik itu. Orang kaya ini percaya bahwa perbuatan yang baik akan membuahkan hidup yang kekal. Saat berbicara mengenai hidup kekal, biasanya orang mengacu pada kehidupan di surga nanti. Padahal kekekalan tidak hanya ada di surga; di neraka pun ada. Jadi ketika Alkitab berbicara mengenai hidup kekal, bukan semata-mata mengacu pada kehidupan abadi setelah mati, melainkan hidup yang berkualitas, bermutu di dalam Kerajaan Surga. Apa gunanya kekekalan jika hidup di neraka? Berarti orang kaya ini bertanya kepada TUHAN Yesus, apa yang harus diperbuatnya supaya memperoleh hidup yang berkualitas di dalam Kerajaan Surga.


Menjawab pertanyaan itu, Yesus mengemukakan pernyataan bahwa hanya satu yang baik, yaitu ALLAH saja (ay. 19). ALLAH ah sumber kebaikan. Dari pernyataan ini, TUHAN Yesus menunjukkan bahwa ukuran kebaikan harus berpijak dari sudut pandang ALLAH, bukan dari sudut pandang manusia, siapa pun itu. Maka jika orang kaya ini mengakui bahwa Yesus baik, seharusnya ia mengaku pula bahwa Yesus berasal dari ALLAH, atau ALLAH sendiri. Oleh sebab itu seyogyanyalah ia tunduk kepada kehendak TUHAN Yesus, yaitu menjual segala miliknya, membagikan kepada orang miskin dan datang untuk mengikut TUHAN. Melepas belenggu kekayaan yang mengikat dirinya, karena jika seseorang terikat akan hal lain selain terikat pada TUHAN, maka tidak mungkin dirinya dapat mengakui dan terikat pada otoritas TUHAN. Mengakui otoritas TUHAN Yesus adalah ukuran kebaikan. Kenyataannya ia menolak melakukan apa yang diperintahkan TUHAN Yesus. Ia tidak mengenal kebaikan yang ditawarkan oleh TUHAN kepadanya.Dari sini kita belajar bahwa suatu kebaikan harus ditinjau dari sudut pandang TUHAN, bukan dari sudut pandang manusia. Ini karena TUHAN lah sang Arsitek Agung yang menciptakan manusia. DIA lah yang berhak menentukan ukuran kebaikan itu. DIA lah yang tahu apa sesungguhnya kebaikan itu. Kiranya kisah ini mengingatkan kita agar memberi diri tunduk kepada otoritas TUHAN Yesus, yaitu mempelajari dan menerima apa yang diajarkan-NYA, serta melakukannya dengan tekun dan rela.

Thursday, August 05, 2010

KEBENARAN YANG DIKEHENDAKI ALLAH

Maka Aku berkata kepadamu: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Faris, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga.” Matius 5:20.


Kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi adalah yang bersifat mementingkan diri sendiri, terdiri dari bentuk-bentuk luar saja. Kebenaran yang dikehendaki Allah adalah keadaan luar sama dengan dalam. Hati harus disucikan, kalau tidak Kristus tidak akan bisa bertakhta di sana. Kehidupan harus sesuai dengan kehendak Allah. Pertunjukan secara luar tidak bisa menggantikan kesalehan bagian dalam. Guru-guru orang Yahudi memegahkan diri mereka sebagai yang benar; semua orang yang berbeda dengan mereka dianggap terkutuk, dan pintu gerbang surga tertutup bagi orang-orang itu, menyatakan bahwa mereka yang tidak belajar di sekolah mereka tidak benar. Tetapi dengan segala kritik dan tuntutan mereka, dengan semua bentuk-bentuk dan upacara-upacara mereka, semuanya itu adalah penghinaan bagi Allah. mereka melecehkan dan memandang rendah yang sangat berharga pada pemandangan TUHAN.

Akal manusia, rencana-rencana manusia dan nasihat-nasihat manusia akan tidak berkuasa. Hanya dalam Kristus Yesus gereja akan sanggup berdiri menjelang kedatangn Kristus. Gereja dituntut oleh Penebusnya untuk maju dalam kesalehan, mempunyai semangat yang bertambah, mengerti lebih baik sementara ia mendekati akhir “panggilan agungnya” yang dari Allah dalam Yesus Kristus. Akan datang kebenaran yang mulia di hadapan umat Allah. Kesempatan-kesempatan dan tugas-tugas yang tidak mereka sangka ada dalam Alkitab akan dibukakan di hadapan para pengikut Kirstus. Sementara mereka mengikuti berjalan dalam penurutan kerendahan hati, melakukan kehendak Allah, mereka akan semakin mengerti kehendak Allah, dan ditetapkan dalam ajaran yang benar. Baptisan Roh Kudus akan menghilangkan khayalan-khayalan manusia, akan menghancurkan penghalang yang dibangunkan sendiri, dan akan menghentikan perasaan bahwa “aku lebih suci dari kamu.” Akan ada roh kerendahan hati bagi semua, lebih beriman dan lebih banyak kasih; diri sendiri tidaka akan ditinggikan. Semangat Kristus, teladan Kristus akan ditunjukkan dalam umat-Nya. Kita akan mengikut lebih dekat jalan-jalan dan pekerjaan-pekerjaan Yesus. Kasih Yesus memenuhi hati kita.

Wednesday, August 04, 2010

MISTERI DOSA

Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung Allah engkau berada….Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Yeh 28:14,15.


Tidak mungkin menerangkan asal mula dosa dengan memberikan sebab-sebab keberadaannya. Namun mengenai asal mulanya dan tindakan terkhir yang akan dilakukan terhadap dosa itu, bisa cukup dimengerti, yang menyatakan sepenuhnya keadilan dan kemurahan Allah dalam segala tindakan-Nya terhadap kejahatan. Tidak ada keterangan yang lebih jelas diajarkan dalam Alkitab daripada bahwa Allah tidak bertanggung jawab atas masuknya dosa. Dosa adalah pengganggu, karena tidak ada alasan kehadirannya diberikan. Dosa adalah misterius, tak dapat diterangkan dan tak dapat dipertanggungjawabkan; memaafkannya sama dengan mempertahankannya. Seandainya dosa bisa dimaafkan, atau diberikan sebab-sebab keberadaannya, maka itu tidak menjadi dosa lagi. Definisi kita satu-satunya mengenai dosa hanyalah yang diberikan oleh firma TUHAN: “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (1 Yoh 3:4). Tindakan diluar prinsip adalah melawan hukum kasih yang agung yang menjadi dasar permerintahan Ilahi.


Dosa bermula dari mementingkan diri sendiri. Lusifer, kerub yang berjaga, ingin menjadi yang terutama di surga. Ia berusaha mengendalikan makhluk-makhluk surgawi, untuk memisahkan mereka dari Khalik mereka, dan memenangkan penghormatan bagi dirinya sendiri. Demikianlah ia menipu malaikat-malaikat. Demikianlah ia juga menipu manusia, ia menuntun mereka meragukan firman Allah, dan tidak memepercayai kebaikan-Nya. Demikianlah ia menarik manusia mengikutinya dalam pemberontakan melawan Allah, dan malam kesengsaraan pun menutupi dunia ini. Dosa muncul di alam semesta yang sempurna. Alasan lahirnya dan berkembangnya dosa itu tidak pernah dan tidak akan pernah bisa diterangkan, biarpun pada hari besar yang terakhir pada waktu penghakiman diadakan dan buku-buku dibukakan. Pada hari itu akan nyata kepada semua makhluk bahwa tidak ada, dan tidak pernah ada sesuatu alasan untuk berdosa. Pada penghukuman terakhir terhadap Setan dan malaikat-malaikatnya dan semua orang yang pada akhirnya diidentifikasi sebagai pelanggar-pelanggar hukum Allah, semua mulut akan dibungkam. Pada waktu pasukan pemberontak mulai dari pemberontakan besar pertama sampai kepada pelanggar terakhir ditanya mengapa mereka melanggar hukum Allah, mereka akan diam seribu bahasa. Tidak akan ada jawaban yang diberikan.

Tuesday, August 03, 2010

PANGGILAN MEMPEROLEH KEMULIAAN

Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. Filipi 2:10.


Tanpa disadari kita sering berpikir bahwa perintah-perintah TUHAN dalam Alkitab tidak masuk akal. Kita menganggap berlebihan, keterlaluan, atau hanya kata-kata puitis yang sekadar menghiasi halaman Alkitab. Kita tidak merasa terpanggil untuk melakukannya, bahkan kadang kita berpikir hanya orang-orang tertentu yang memiliki bagian menjadi pelaku Firman TUHAN itu secara penuh. Namun harus dicamkan bahwa ALLAH tidak pernah memberi perintah yang tidak dapat kita lakukan. Jangan mencurigai ALLAH. Dalam ay. 5 ini, melalui RasulPaulus, TUHAN menghendaki agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus dalam hidup bersama, berjemaat, berkeluarga. Kata “pikiran dan perasaan” ini dalam teks aslinya φρονέω (fronéō), yang dalam terjemahan New International Version diterjemahkan attitude ‘sikap’. Dalam hidup bersama, yang menjadi pola tindak kita melakukan hidup bersekutu dengan manusia lain adalah sikap Kristus. Pikiran dan perasaan Kristus itu diterjemahkan melalui hidup secara konkret dalam bentuk ketaatan kepada BAPA dan kesetiaan-NYA merendahkan diri untuk kepentingan orang lain. Ini sangat berbeda dengan kebiasaan hidup manusia pada umumnya. Manusia memiliki kecenderungan memerintah, berkuasa, dihormati, disanjung, dipuji. Dari pagi sampai malam, di sepanjang umur hidupnya pada umumnya manusia hidup hanya untuk itu.


Namun sebagai anak TUHAN, yang penting adalah bagaimana hidup kita diserahkan kepada TUHAN untuk menjadi seperti anggur yang tercurah dan roti yang terpecah bagi kepentinganNYA yaitu berkat bagi orang lain. Kehidupan TUHAN Yesusyang sedemikian indah, dipecahkan dihancurkan untuk kepentingan kita bukan hanya untuk dikagumi tetapi diteladani. Sebaiknya kita tidak memandang ini sebagai beban, tetapi kita harus memandang sebagai suatu anugerah yang luar biasa. Ini sesungguhnya adalah panggilan untuk memperoleh kemuliaan abadi yang melebihi dari segala kemuliaan yang dapat kita peroleh dalam dunia ini. Yesus merendahkan diri karenanya IA dimuliakan (ay. 9–10). Demikian pula dengan kita. Merendahkan diri serta memiliki pikiran dan perasaan Kristus akan mendatangkan kemuliaan bersama dengan Kristus (Mat. 23:12, Kol. 3:4). Dengan panggilan ini, TUHAN mempersiapkan kita memerintah bersama DIA dalam kehidupan yang akandatang nanti.

Monday, August 02, 2010

MENCAPAI TINGKAT YANG LEBIH TINGGI

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 1 Petrus 1:6–7




Kita perlu terus berusaha meraih kehidupan yang lebih tinggi. Ukuran tinggi di sini makudnya bukan lebih kaya, lebih berpendidikan, lebih terhormat, dan sebagainya. Di mata TUHAN yang dimaksud dengan “lebih tinggi” yang benar adalah lebih tinggi dalam pengenalan akan TUHAN, dan dalam persekutuan yang benar dengan-NYA.Banyak orang merasa bahwa ia telah mengenal atau melihat kehidupan ini lebih lengkap, tetapi sebenarnya tidak. Masalahnya terletak pada pengertian bagaimana kehidupan yang lebih tinggi itu. Semakin mengenal kebenaran TUHAN, semakin tinggi tingkat kehidupan kita. Seseorang tidak mungkin memiliki kehidupan yang lebih tinggi tanpa mengenal kebenaran TUHAN. Selanjutnya seseorang harus berani dengan tulus mengasihi TUHAN lebih dari segala sesuatu. Jadi bagaimana mungkin seseorang dapat meningkatkan level rohaninya kalau tidak memiliki gairah mengasihi TUHAN lebih dari segala sesuatu? Tanpa gairah mengasihi TUHAN, maka usahanya untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi tidak lain bertujuan untuk kesombongan diri semata.
Petrus berkata, kemurnian iman jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana (1Ptr. 1:7). Karena itu untuk meningkatkan level rohani kita, kita harus memiliki iman yang murni. Iman yang murni mempunyai ciri tidak terikat dengan segala ikatan dunia dan percintaannya (1Yoh. 2:15-17). Baginya, hidup ini hanya untuk menyembah dan berbakti kepada TUHAN. Langkah-langkah untuk mencapai kehidupan dengan tingkat yang lebih tinggi ini antara lain: Pertama, Komitmen yang utuh untuk mengikut TUHAN Yesus dengan sungguh-sungguh (Rm. 6:4). Komitmen adalah pendorong yang harus dikobarkan dalam diri setiap individu. Ini tidak bisa dipaksakan, harus lahir dari diri sendiri. Selanjutnya, dari komitmen ini, kita akan terus berusaha menggali Alkitab sebagai sumber inspirasi (Mat. 4:4). Kemudian, kita harus melalui penyangkalan diri terus-menerus. Dengan penyangkalan diri terus menerus ini, filosofi hidup kita semakin berubah, dan membuat kita semakin berpikir dan berperasaan Kristus. Jadi inilah yang perlu dilakukan untuk menuju tingkat yang lebih tinggi, tidak dapat ditawar.