Friday, September 30, 2011

Merencanakan Jauh Sebelumnya

Matius 1:20-21, “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

Pada waktu usia pernikahan kami menginjak usia satu tahun, adik ipar saya datang ke rumah. Banyak hal yang kami perbincangkan. Namun ada satu hal yang menggelitik hati saya, ketika ia berkata, “Tapi abang orangnya rada pelit Kak, dari dulu kalau memberikan duit gak pernah banyak.” Malam hari sebelum tidur saya ceritakan pembicaraan kami siang itu kepada suami saya sambil bertanya, “Pa, kenapa ya adik-adik pada ngomongin Papa itu pelit?” Lalu dengan tenang suami saya menjawab, “Saya memang sengaja tidak mau memanjakan mereka dengan uang, karena jika saya sudah berkeluarga dan saya tidak bisa lagi memberikan seperti sebelum saya menikah, maka mereka akan menyalahkan istri saya.”

Suami saya telah memikirkan kemungkinan hal yang buruk akan terjadi. Sudah dipersiapkan sedemikian rupa untuk melindungi istri atau keluarga. Terus terang saya kagum dengan cara berpikir orang muda seperti suami saya. Dia belum berumah tangga tapi dia sudah punya perencanaan jauh ke depan, terutama dalam menjaga nama baik istri. Mungkin jarang ditemukan anak-anak muda sekarang yang memiliki pemikiran seperti ini walaupun sesungguhnya kita mengharapkan orang-orang muda sekarang ini memikirkan hal yang sama demi kebaikan rumah tangga mereka kelak.

Namun ada hal yang jauh lebih mengagumkan dari semua itu. Bapa kita di Sorga jauh sebelumnya sudah membuat rencana keselamatan bagi umat manusia yang jatuh dalam dosa. Sekalipun kita sudah berulang kali melakukan pelanggaran hukum Allah, berkali-kali kita jatuh dalam lumpur dosa, Allah telah lebih dahulu mengasihi kita. Kalah saja Allah tidak mempersiapkan segala sesuatu dengan matang dari sejak sebelum dunia dijadikan, maka sia-sialah arti hidup yang kita jalani saat ini sebab hidup kita hanya akan berakhir selama kita dapat menghirup nafas di dunia ini tanpa ada pengharapan kehidupan yang kekal. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Thursday, September 29, 2011

Sambutan di Pintu Gerbang Mutiara

Wahyu 22:4-5, “dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. Dan malam tidak akan ada lagi disana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.”

Beberapa tahun yang lalu, keluarga kami sangat bergembira ketika adik saya laki-laki memenangkan salah satu kejuaraan Festival Music Guitar Classic se Asean di Gedung Baranang Siang Bandung. Rasa bangga yang luar biasa mengingat usianya yang masih remaja sudah bisa mendapatkan kejuaraan tingkat Asean. Guru musik adik saya ini berkebangsaan Belanda dan ia telah berhasil mendapatkan bea siswa untuk adik saya untuk melanjutkan pendidikan musik di Belanda dan Austria untuk gelar Maestronya.

Namun kegembiraan itu dipatahkan oleh musibah yang kami terima. Adik saya terkena penyakit kanker usus yang saat itu belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Segala usaha sudah dicoba tetapi dokter sudah memberikan signal kepada orang tua kami bahwa tidak ada jalan lain kecuali kami pasrahkan kepada Tuhan. Dalam keadaan perut masih dibalut oleh perban bekas operasi, adik saya masih sempat tampil dalam acara Recital Guitar Classic di Hotel Indonesia. Kami sangat mengkhawatirkan keadaannya, tetapi justru dia menguatkan kami semua agar supaya kami percaya bahwa Yesus selalu mendampinginya. Hampir 2 tahun lamanya dia menderita penyakit kanker, akhirnya Tuhan pun mengijinkan dia untuk beristirahat sementara. Sebelum kepergiannya dia sempat mengatakan bahwa malaikat sudah menjemput dia dan kami diberi kekuatan oleh dia agar rela melepaskan kepergiannya.

Peristiwa ini sangat memukul kami terutama Ibu kami, yang sempat tergoncang imannya dan beberapa lama tidak mau beribadah ke Gereja dan sempat mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam hidupnya. Sahabat, Pendeta dan anggota jemaat datang untuk mengembalikan kepercayaannya. Puji Tuhan, tidak lama kemudian ibu kami kembali datang ke gereja. Kita tidak tahu kapan kematian menghadang kita, karena waktunya adalah waktu Tuhan bukan waktu umat manusia. Dalam keadaan apapun, baik suka atau duka kita bisa saja diijinkan oleh Tuhan untuk beristirahat dari segala jerih lelah mereka. Oleh sebab itu kita harus mencari kebahagiaan kekal yang hanya bisa kita peroleh jika kita selalu setia kepada Tuhan. Kita akan menempati suatu tempat yang tidak ada kesusahan, tiada air mata dan awan gelap yang menutupi kehidupan kita. Yesus akan menyambut kita di Gerbang Mutiara. Merupakan suatu hari yang sangat indah memperoleh kehidupan kekal bersama Allah Bapa. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Wednesday, September 28, 2011

Kasih Sang Ayah

Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”


Ketika itu saya masih kecil, besama dengan abang dan adik-adik, tiga diantara kami terkena penyakit menular yaitu sakit mata. Selama sakit, kami harus berada di rumah sepanjang hari agar tidak menularkan penyakit kepada teman-teman kami, juga supaya tidak semakin parah. Sepulang ayah kami dari kantor, kebetulan ayah kami bekerja di Rumah Sakit Angkatan Darat sebagai kepala kamar bedah. Beliau membawa obat tetes mata untuk kami. Kami pun siap-siap untuk diobati. Namun apa yang dilakukan ayah saya sangat mengherankan kami semua karena Ayah kami meneteskan obat mata tersebut ke mata ayah yang sebenarnya tidak terkena penyakit ini.

Saya pun bertanya kepada ayah, “Bapak, kenapa bapak melakukannya pada hal mata bapak kan tidak sakit?” Ayah menjawab dengan santai: “Bapak (itu panggilan kami kepada Ayah) hanya menguji, siapa tahu obatnya salah. Daripada mata kalian yang buta lebih baik mata Bapak yang buta.” Saat masih anak-anak apa yang dilakukan oleh ayah kelihatannya biasa-biasa saja, tetapi setelah kami dewasa, kami merenungkan kejadian itu. Betapa besar pengorbanan Ayah bagi kami. Dia rela matanya yang buta, jika ada kesalahan pada obat itu demi anak-anaknya. Ayah menunjukkan betapa besar kasih sayangnya kepada kami semua anak-anak.

Jauh di atas sana ada Bapak yang lebih besar kasih setia dan pengorbanan-Nya bagi anak-anak-Nya, yaitu Allah di Surga. Dia rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal demi keselamatan umat manusia yang penuh dengan dosa. Jikalau nyawa-Nya sekalipun Ia mau serahkan bagi kita, adakah perkara-perkara lain yang lebih penting dari nyawa di atas dunia ini? Adakah keraguan kita untuk percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Allah yang telah menyerahkan nyawa-Nya sekalipun untuk kita. Yakinilah bahwa perkara-perkara lainnya pasti Ia mau dan sanggup berikan untukmu dan saya. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Tuesday, September 27, 2011

Berhentilah Mengeluh!

Mazmur 107:1, “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”



“Pak, jangan lupa sore nanti, bapak yang membawakan renungan Firman Tuhan”, kata salah seorang Pendeta kepada saya dalam suatu perayaan besar ulang tahun gereja yang ke-lima puluh tahun. “Wah, saya tidak siapkan apa-apa Pendeta waktu datang ke tempat ini, saya hanya ingin hadir memenuhi undangan kalian. Lagipula, ada banyak para Pendeta yang hadir di tempat ini, mohon kalian saling atur deh siapa yang akan ambil renungan untuk sore nanti”, jawabku kepada Pendeta sambil berusaha menolak tugas pelayanan tersebut. Telah berbagai upaya dan alasan yang saya kemukakan untuk menolak, sayangnya tidak kunjung berhasil selain saya harus mempersiapkan renungan Firman Tuhan untuk sore itu. Jujur, saya bingung hendak membawakan renungan apa, sebab satu minggu sebelumnya saya sudah memberitahukan hal ini kepada Panitia. Benar-benar bingung dan gelisah sampai akhirnya saya mengingat sebuah pesan singkat melalui “sms” yang saya kirimkan kepada beberapa sahabat-sahabat seiman saya pada pagi hari Sabtu yang cerah dan ditemani udara sejuk saat itu.

Atas petunjuk Roh Kudus, saya teringat kepada perjalanan hidup yang saya jalani, sungguh sebuah keajaiban dari Tuhan, saya pun membacakan beberapa artikel kepada para hadirin: “(1) Hari ini sebelum Anda mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali; (2) Sebelum Anda mengeluh tentang rasa dari makanan yang anda santap, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan; (3) Sebelum Anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan; (4) Sebelum Anda mengeluh tentang suami atau istri anda, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup; (5) Hari ini sebelum Anda mengeluh tentang hidup anda, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat; (6) Sebelum Anda mengeluh tentang anak-anak anda, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul; (7) Sebelum Anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.

Sahabatku, betapa kita sering dihadapkan kepada keadaan seperti pernyataan-pernyataan di atas. Jauh lebih mudah bagi kita untuk mengeluh ketika kita menghadapi kesulitan dan permasalahan hidup yang akan mematangkan mental serta iman kepada Tuhan gantinya bersyukur untuk berkat lain yang kita terima melebihi kesulitan hidup yang harus kita hadapi saat itu. Peganglah ayat Firman Tuhan pagi ini, sesungguhnya berkat dan kebaikan Allah dalam bentuk sukacita dan kegembiraan jauh lebih besar kita terima dari-Nya setiap hari dibandingkan dengan kesulitan dan permasalahan hidup yang kita hadapi. Oleh sebab itu, “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Monday, September 26, 2011

Menurut & Diberikan!

Ulangan 11:1, “Haruslah engkau mengasihi Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya.”



“Papa, aku mau handphone blackberry donk, kakak dibeliin blackberry kalo aku gak.” Permintaan ini telah berkali-kali mendarat di telinga saya. Anak kami yang bungsu ini sudah terlalu sering merengek-rengek meminta dibelikan handphone. Saya dan istri sudah sepakat memberikan hukuman kepadanya karena keteledorannya selama ini. “Gak! Kamu gak akan diberikan handphone sampai kamu bisa mengerti menjaga barang-barangmu sendiri. Sudah dua kali kamu menghilangkan handphone mu karena kamu menaruh di sembarang tempat. Yang kedua, jaga dan berhati-hati dengan mulutmu kalau berbicara sama orang tua. Jangan kasar!” Inilah jawaban saya dan istri menanggapi semua rengekannya selama ini.

Pagi itu adalah hari Minggu, seperti biasa saya dan istri lebih bersantai dan bangun lebih siang mengingat hari libur. Saya membangunkan istri saat waktu menunjukkan pukul 5.30 WIB pagi. Saya pun memulai obrolan dengan menceritakan berbagai hal dan bermuara pada pembahasan permintaan anak bungsu kami yang telah merengek sekian bulan lamanya dan permohonannya tak kunjung kami penuhi. “Jadi, gimana, apa Mama setuju kalau permintaannya kita penuhi dan handphone itu kita berikan saja pagi ini kepadanya? Tapi, Mami harus buat perjanjian dengan dia terhadap dua hal : 1) Sekali lagi menghilangkan handphone, maka tidak akan pernah kita berikan handphone lagi seterusnya, dan 2) Belajar ngomong lebih lembut kepada orang tua”, tanyaku kepada istri sekaligus menawarkan peraturan atau perjanjian yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak orangtua dan anak.

Istri saya pun mengangguk menandakan setuju atas perjanjian yang harus disepakati oleh anak kami. Handphone pun akhirnya diberikan istri saya kepada anak bungsu kami dengan perjanjian yang mengikat. Sepintas saya berpikir jangan-jangan saya dan istri terlalu keras dan kejam memberikan didikan dan ganjaran kepada anak kami ketika mereka tidak menurut. Namun di sisi lain saya berpikir justru hal itu harus dilakukan demi kebaikan anak-anak kami. Allah melakukan hal yang sama kepada bangsa Israel dahulu kala demikian juga kepada kita sebagai bangsa Israel rohani saat ini. Menurut maka akan diberkati, memberontak maka hukuman akan diberikan bahkan hingga mengalami kekalahan di medan pertempuran dan lebih buruk dari itu menjadi tawanan dan budak. Apakah Allah kejam? Sekali-kali tidak. Kasih-Nya menuntut Ia harus membuat peraturan yang jelas demi kebaikan umat-Nya. Ingatlah, Allah mengasihi saudara dan saya dalam segala hal walaupun kita mengalami kesulitan hidup dan penderitaan, Allah mau kita tetap percaya kepada-Nya. Menurut dan kita akan disayang. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Sunday, September 25, 2011

Tetangga Baruku

Titus 3:2, “Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.”

Aku dilahirkan sebagai anak sulung dari sepuluh bersaudara. Papa dan mamaku berasal dari keturunan Chinese. Hidupku bertumbuh dan dibesarkan dalam keluarga yang tidak terlalu peduli dengan agama. Boleh dikatakan agama orang tua saya hanya agama KTP saja, tidak heran kalau saya pun jadi kurang peduli dengan hal-hal keagamaan. Aku menikah ketika aku memasuki usia dua puluh dua tahun dan tinggal di tengah kota di Jakarta. Saya memiliki hobi masak-memasak dan senang menolong orang lain.”

Beberapa lama setelah usia pernikahan kami, saya memiliki tetangga baru yang datang dari kota lain di Surabaya. Saya senang atas kehadiran tetangga kami yang baru, itu berarti saya memiliki teman baru lagi. “Selamat pagi, apa yang bisa saya bantu”, saya memulai percakapan dengan tetangga baru kami tatkala mereka terlihat sibuk menata barang-barang yang mereka angkut dari kota sebelumnya. Sejak saat itu kami mulai membangun persahabatan. Hampir setiap pagi saya mengantarkan makanan ke tetangga baru kami. Satu hal yang membuat saya terheran-heran setiap kali saya mengantarkan makanan ke rumah mereka, saya mendapati mereka selalu sedang berdoa. Hal ini membuat saya penasaran hingga akhirnya saya berdiskusi panjang lebar tentang keyakinan tetangga baru saya.

Banyak hal dari cara hidup tetangga baru kami ini yang menarik perhatian saya disamping keramahtamahan mereka. Hubungan kami sebagai tetangga pun akhirnya lebih terbuka dan saling memperhatikan satu dengan yang lain. Hingga tiba pada satu waktu saya memutuskan untuk bergabung dengan tetangga baru saya dalam iman dan keyakinan kepada Yesus Kristus. Saudaraku, hendaklah keramahtamahan dan sikap lemah lembut dapat terpantul dari cara hidup kita dalam bergaul dengan semua lapisan masyarakat. Niscaya, Allah yang kita sembah akan dipuji dan dimuliakan banyak orang. Hendaklah cara hidup kita menjadi satu kesaksian hidup yang akan diteladani oleh banyak orang, sebab untuk itulah kita dipanggil yakni memiliki pola hidup yang Yesus telah kembangkan selama hidup-Nya di bumi ini. Semoga Allah menolong kita untuk mengerti keberadaan kita setiap hari di lingkungan manapun hanya untuk menunjukkan sikap ramah tamah dan lemah lembut gantinya sikap suka bertengkar dan menimbulkan keonaran. Allah memberkati kita semua. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Saturday, September 24, 2011

Mau Menang Sendiri


Roma 12:17, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!”

“Aku bersekolah di salah satu sekolah yang berlokasi tidak jauh dari rumahku, tepatnya berada di daerah Bekasi Selatan, di sejajaran sungai Kalimalang. Hari-hari sekolahku kuhabiskan bersama teman-teman kelasku yang berjumlah sebanyak 33 orang. Sejauh ini aku sih nyaman-nyaman aja bersekolah di sana. Hanya saja, aku suka sebel dengan beberapa orang teman kelasku yang suka merasa sok populer, padahal kebanyakan kami teman sekelasnya sebel dengan ketiga orang itu. Tidak heran, benturan kata-kata terjadi di antara kami pada saat-saat tertentu.”

Sebenarnya aku udah berusaha mengalah dari kebanyakan waktu yang aku jalani bareng ketiga orang itu. Tapi kadang, aku gak tahan juga mengalah terus-terusan apalagi ketika jam pelajaran olah raga tiba, keseringannya aku dan teman-teman yang lain pasti berantem lawan ketiga orang tersebut. Pasalnya, ketiga teman kelasku itu selalu mau menguasai permainan apapun yang sedang kita mainkan gantinya beramai-ramai bersama-sama dengan teman lainnya. Sebel aku negliat mereka karna sok bisa memainkan jenis permainan yang dipertandingkan, padahal banyak orang lain yang lebih bisa tapi nyantai. Suatu waktu aku berantem adu mulut dengan mereka sampe aku kesel banget dan balas mencaci mereka. “Aku sebel banget tuh Mam, liat temen-temen kelasku yang sok tau dan sok pintar”, aku mencoba menceritakan semua peristiwa yang terjadi kepada Mamiku pada sore hari saat aku dijemput Mami dari sekolah.

Aku berharap dapat pembelaan dari orang tuaku, eeh ternyata apa omongan yang aku dapatkan, gak lain hanyalah, “Kalo kamu tau orang itu suka begitu, jangan terlalu sering bergaul dekat dengan mereka. Bicara seperlunya aja. Jangan balik membalas hal jahat yang mereka lakukan maupun omongan kasar yang mereka ucapkan.” Sejak saat itu aku pun berusaha menjadi orang yang tidak mau membalas kejahatan yang orang lain lakukan kepadaku, walau kadang gak gampang untuk melakukan hal ini. Kiranya Allah memberi pertolongan kepada kita semua untuk dapat bertenang diri dan bertahan dalam sikap terpuji dan terhormat saat kita menghadapi kejahatan yang dilakukan oleh teman bahkan kerabat sekalipun kepada tiba. Biarkanlah Allah yang menjadi hakim atas kita, gantinya diri kita sendiri. Salam persahabatan untuk kita semua.

Mari Kita bagikanRoti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Friday, September 23, 2011

Ntar Gua Tinggal

“2 Timotius 1:13, Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar daripadaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukan itu dalam iman dan kasih dalam Yeus Kristus."

"Ayo nak, langsung siap-siap ya udah jam segini. Makan yang mau makan, kalo gak langsung mandi dulu baru makan. Kita udah harus berangkat jam 6.30 pagi, Papa gak mau terlambat sampe kantor. Kalo kalian belum selesai jam segitu ntar Papa tinggal berangkat duluan.” Perkataan ini saya sampaikan kepada anak-anak kami seusai mengadakan mezbah keluarga di pagi hari sekitar pukul 5.20 WIB. Sesungguhnya jarak rumah tinggal kami hanya sekitar 5 kilometer ke lokasi sekolah dimana anak-anak kami sedang menuntut ilmu saat ini. Hanya saja kami membutuhkan waktu sekitar 20 menit hingga 30 menit untuk tiba ke sekolah karna kondisi jalanan yang seringkali dipadati dengan kendaraan roda dua dan roda empat.

Kami pun bersiap-siap diri, ada yang makan pagi terlebih dahulu lalu mandi kemudian atau sebaliknya. Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 6.20 WIB pada pagi hari. Sementara saya sudah hampir selesai berberes-beres, tiba-tiba anak kami yang bungsu berkata dengan suara lantang, “Papa, ayo berangkat! Ntar kalo lambat-lambat aku tinggalin Papa”, beberapa kali ia menyebutkan perkataan ini sambil ngeledek saya. Saya tersenyum sambil mengarahkan pandangan kepada anak kami yang bungsu. Tidak heran, anak kami yang bungsu ini memang lebih gesit dan cekatan dibanding kakaknya. Tidak jarang, kami terlambat berangkat ke sekolah karena harus menunggu kakaknya yang belum juga kunjung usai berpakaian.


Tanpa kita sadari, perilaku hidup kita sehari-hari, baik lewat perkataan, perbuatan dan gerak-gerik tubuh kita ternyata diperhatikan oleh anak-anak kita. Bahkan sering kita sebagai orang tua termakan omongan kita sendiri, saat kita tidak konsisten dengan apa yang kita ajarkan kepada anak kita versus kenyataan perbuatan hidup kita yang berbeda dengan apa yang kita ajarkan. Hati-hati! Hidup kita bagaikan layar tontonan yang siap ditonton oleh setiap orang setiap hari, apakah kita sungguh-sungguh menunjukkan gaya hidup anak-anak Allah atau kita anak-anak keturunan ular beludak itu. Mari pastikan diri kita memberi contoh yang patut untuk ditiru oleh anak-anak kita, keluarga, masyarakat dimana kita beraktifitas dan tinggal sehari-hari. Biarlah Allah dipermuliakan lewat hidup kita gantinya disalibkan oleh karena perkataan dan perbuatan kita tidak berjalan beriringan. Salam sukses untuk hari ini. Immanuel. Amin.


Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Thursday, September 22, 2011

Wow .. Ada Duitnya

Ibrani 13:5, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

“Sehabis ini bersiap-siap kelompok orang dewasa. Kelima grup akan bertanding dan pemenangnya akan diberi hadiah uang sebesar Rp 350.000,- Tiap grup berjumlah 10 orang, mohon diatur anggota dari masing-masing grup.” Panitia mengumumkan lewat pembesar suara bagi seluruh peserta dalam acara lomba tarik tambang yang diadakan pada pagi hari nan sejuk yang berlokasi di bawah kaki gunung. Berbagai jenis permainan yang menarik telah dipertontonkan mulai dari sepanjang malam Minggu hingga hari Minggu pagi, berbagai jenis hadiah yang menarik telah disediakan pula oleh Panitia sebagai hasil kerjasama dengan para sponsor.

“Bersiap-siap kelompok B dengan E dalam perlombaan tarik tambang di babak final!” Panitia mengatur sedemikian rupa agar perlombaan itu menarik perhatian semua peserta dan penonton. “Ok, kelompok B apa sudah siap? Gimana dengan kelompok E? Coba hitung jumlah peserta tiap-tiap regu, satu, dua, tiga ….. sepuluh”, Panitia memastikan jumlah peserta masing-masing sebanyak 10 orang. Di atas kertas, kelompok B lebih kuat dari kelompok E, dapat dipastikan kelompok B pasti pemenangnya. Sponsor pun mengibarkan lembaran uang kertas nominal Rp 50.000,- sebanyak tujuh lembar, peserta pun terlihat sangat semangat mengikuti perlombaan tersebut, berbeda dengan perlombaan yang sama telah dilakukan beberapa jam sebelumnya namun tanpa hadiah uang. “Horee … horee, kita pasti menang! Kita pasti menang!” demikian teriakan kelompok B saat mereka unggul di sesi pertama perlombaan. “Wow …. Kelompok E hebat juga, ternyata bisa mengalahkan kelompok B”, teriak Panitia ketika sesi kedua kelompok E memenangkan perlombaan tersebut. Tiba pada sesi final, seluruh kelompok bersiap-siap dan Panitia mulai menghitung satu … dua … menandakan perlombaan segera mulai, tiba-tiba salah seorang dari kelompok B keluar dari barisan dan protes kepada Panitia karna salah seorang anggota kelompok E berasal dari kelompok lain yang telah kalah, padahal orang tersebut telah mengikuti perlombaan di kelompok E tersebut sejak awal. Kelompok B merasa khawatir kalau akhirnya kelompok E yang akan memenangkan pertandingan tersebut, mereka tidak rela membiarkan hadiah uang mengalir ke tangan kelompok lain.

Suasana sempat ricuh sesaat, sang istri didukung oleh suami yang sama-sama berada di kelompok B, mereka memprotes orang tersebut hadir di kelompok E. “Ok, pertandingan final untuk menentukan siapa pemenangnya dibatalkan. Score tetap 1:1 dan hadiah uang akan dibagi rata kepada kedua kelompok”, keputusan ini mutlak di tangan Panitia. Perlombaan dibubarkan, suasana jadi kurang kondusif hanya karena sejumlah uang, anggota kelompok tidak dapat menahan diri dan sepenuhnya ingin menguasai keseluruhan uang tersebut. Hubungan sesama teman pun tak jarang hancur berantakan hanya karena satu dengan yang lain tidak dapat menguasai diri dan menjadi hamba uang. Semoga nasihat dan jaminan pemeliharaan Allah melalui ayat roti pagi hari ini menjadikan kita insan yang bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini, esok dan seterusnya. Allah beserta kita. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Wednesday, September 21, 2011

Malam Permintaan Doa

Acara malam permintaan doa dimulai jam 7.30. Protokol oleh saudara Robert R. Perbaktian malam ini dimulai dengan mengundang Roh suci hadir melalui berdoa dalam hati masing-masing. Jemaat menyanyikan lagu sion nomor 172 “ Pada Jam Ku Berdoa sebagai lagu pembukaan dan dilanjutkan dengan doa oleh bapak Sianturi Malam permintaan doa adalah malam untuk kesaksian. Kesaksian malam ini disampaikan oleh saudara Didin yaitu memohon untuk didoakan akan kesehatan saudara Daniel, dilanjutkan dengan permohonan untuk didoakan oleh bapak Dikson Simanjuntak yaitu pemulihan akan kesehatan matanya yang baru saja selesai dioperasi, juga kesaksian oleh ibu Lince yang memohon untuk didoakan karena akan berangkat ke Yerusalem, juga mendoakan keluarga bapak Darlen Simanjuntak di dalam ulang tahun pernikahan mereka yang ke- 27 serta yang tidak lama lagi akan menikahkan anak mereka, juga mendoakan Family of the untuk bulan September yaitu keluarga bapak Silitonga dan juga tidak lupa mendoakan KPA di gereja Kemang yang sedang berlangsung. Setelah kesaksian dan doa kelompok sebuah lagu pujian disampaikan oleh semua ibu untuk mengawali firman Tuhan …

Renungan Firman Tuhan dibawakan oleh Pdt. Sonny Kapitan yang diambil dari buku Alfa dan Omega Jilid 7 pasal 44 dengan judul “ Keluarga Kaisar “ dimana menekankan ada empat point utama yang perlu dimiliki oleh umat-umat Tuhan di dalam memperkembang tabiat Kristen yaitu, memperkembang kesabaran, kewaspadaan, ketabahan, dan percaya yang kekal kepada Allah. Karena adalah kemenangan oleh iman Kristen yang menyanggupkan pengikutnya untuk menderita dan menjadi kuat, untuk berserah, dan dengan demikian untuk mengalahkan, untuk dibunuh sepanjang hari dan kini hidup, untuk menaggung salib dan dengan demikian maka umat Allah akan memenangkan mahkota kemuliaan. Himbauan pada malam ini yaitu, marilah sebagai umat – umat Tuhan melalui memiliki teladan Yesus menunjukkan kepada bahwa kita memang berada dalam dunia tetapi bukannya dari dunia.

Untuk meng-aminkan Firman Tuhan, jemaat menutup ibadah dengan nyanyian penutup nomor dan ditutup dengan doa oleh Pendeta Sonny Kapitan. Kiranya Menjadi Berkat.

-Mei-

Bisnis Baru

Matius 4:39, “Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.”

“Hey, apa kabar elu? Gak nyangka ya kita ketemu di sini. Udah lama banget kita gak ketemu”, kami saling bertegur sapa dengan sahabat lama yang cukup lama tidak pernah ketemu. “Elu, tetep awet muda ya, malah lebih muda sekarang dibanding kita ketemu pertama kali dulu”, aku pun melontarkan pujiannya karena terlihat lebih muda dari sebelumnya. Kami berbincang-bincang cukup lama pada sesi itu, masing-masing menceritakan pengalaman hidup baik secara pribadi maupun keluarga kami masing-masing.

“Friend”, kata temanku memulai pembicaraannya. “Elu tau kan dari dulu aku bercita-cita pengen punya usaha, terus gua rekrut banyak orang untuk dipekerjakan supaya jumlah pengangguran di sekitar wilayahku buka usaha atau pun tinggal bisa berkurang, semua impian gua itu sekarang udah jadi kenyataan”, tuturnya secara jelas menceritakan usaha baru yang dia kelola. Saya mengacungkan jempol kepadanya menandakan keberanian dan kehebatannya membuka usaha, bahkan cukup pesat perkembangan usahanya ditinjau dari segi peredaran usaha maupun keuntungan yang diraih. Kami pun saling bertukar nomor telepon masing-masing dan berpisah. Beberapa hari kemudian, saya mendapatkan telepon dari sahabat saya ini, “Friend, aku punya masalah besar ini”, ucapnya di telepon. “Emangnya ada apa kawan?” tanyaku menegaskan. “Gua bingung tujuh keliling euy, lokasi usahaku yang baru gua ceritain ke elu beberapa hari lalu itu, digusur. Gimana gua gak bingung tiba-tiba harus digusur, kemana gua cari lokasi yang baru? Gimana jadinya sama barang-barang dagangan gua yang ada sekarang?” ia pun bercerita sambil kebingungan.

“Ya udah friend, gua berdoa sekarang untuk masalah elu ini. Jangan bingung dan stress gitu, elu juga harus berdoa. Untuk Tuhan semua ada jawabannya, ok?” aku berusaha menenangkan dia. Puji Tuhan, esok harinya sang sahabat pun telah mendapatkan lokasi baru yang lebih strategis dan layak bahkan jauh lebih bagus dari lokasi sebelumnya. “Makanya, gua juga bilang apa kemarin. Bagi Tuhan semua ada jawabannya, semoga bertambah sukses usahamu ya”, ungkapku kepadanya menguatkan dan meyakinkannya kepada kuasa Tuhan. Ketika kita berpikir untuk menolong orang lain memberikan pekerjaan melalui cara apapun, sering kita mendapatkan masalah yang beragam dimana masalah itu mungkin tidak akan kita hadapi ketika kita tidak memikirkan membangun usaha tertentu untuk menolong orang lain. Jangan undur untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang baik bagi diri sendiri dan orang lain, sebab Allah hadir dalam permasalahan yang akan kita hadapi dan IA memiliki jawaban atas semua masalah kita. Ombak laut pun takluk kepadanya, adakah kita ragu untuk berbuat kebajikan bagi orang lain dan menjalankan usaha dan pekerjaan kita dengan mengandalkan-Nya? Serahkan segenap rencana hidup kita kepada-Nya, Allah hadir di tengan gelombang laut sekalipun dan IA sanggup memberikan jalan keluar. Kiranya IA menjadi sahabat kita hari ini hingga maranatha. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Tuesday, September 20, 2011

Setia! Biarkan DIA Yang Bekerja

Mazmur 37:3-5, “Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.”

Pada Wwaktu negeri ini mengalami krisis ekonomi, banyak usaha mengalami kemunduran bahkan tidak sedikit perusahaan yang ditutup alias bangkrut mengakibatkan adanya pemutusan hubungan kerja. Banyak orang dilanda kecemasan dan kekhawatiran. Ketika rapat bersama para karyawan madya di perusahaan, tiba-tiba salah seorang bertanya, “Pak, apakah perusahaan kita masih dapat bertahan melihat kondisi ekonomi dan pemerintahan yang terpuruk parah saat ini?” “Apakah bapak dapat memberikan jaminan kepada kami bahwa kita akan tetap bertahan?” Saya terdiam sejenak, berpikir untuk memberikan jawaban yang positif guna menghilangkan keraguan dan hilangnya percaya diri. Sambil menghela napas panjang, saya memberikan penjelasan, “Memperhatikan indikator kinerja keuangan perusahaan, maka kita termasuk pada kondisi yang stabil. Namun, jika kita tidak percaya diri untuk bertahan maka tempat kita mencari nafkah akan dengan sendirinya berakhir, tak seorang pun termasuk pemegang saham yang dapat memberikan jaminan jika kita tidak mempunyai keyakinan untuk menang.” Rapat selesai, semua keluar ruangan dengan terdiam tanpa senda gurau lagi.

Beberapa bulan kemudian kami dikunjungi oleh Pimpinan tertinggi perusahaan dan meminta saya menemani dia berkeliling kantor sekitar kota Jakarta dan bertemu dengan para manajer madya. Dalam perjalanan seusai kunjungan ke bandara, beliau menawarkan jabatan yang lebih tinggi dengan tanggung jawab besar. Saya terdiam merenung, mengevaluasi diri akan kemampuan menghadapi tantangan di tengah krisis ekonomi tanpa memberi jawaban bersedia atas tawaran itu. Ketika kami akan berpisah di bandara, beliau meminta saya untuk datang ke kantor pusat beberapa waktu ke depan. Saat rapat pimpinan diadakan di kantor pusat, pimpinan tertinggi mengumumkan bahwa pemegang saham mempercayakan kepada saya untuk berada pada jabatan tanggung jawab kolegial bersama dengannya, rekan-rekan saya terkejut atas keputusan itu, sementara saya hanya dapat berdoa berserah dan percaya kepada Tuhan yang ajaib, bersedia menerima kepercayaan yang diberikan dengan komitmen berusaha sebaik-baiknya untuk kemajuan perusahaan.

Pengalaman ini, membuktikan pada diri saya akan Firman Tuhan yang menakjubkan " Tuhan mengetahui hari-hari orang yang saleh dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya; mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan dan mereka akan menjadi kenyang pada hari-hari kelaparan. Tuhan menetapkan langkah-langkah orang-orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya, apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak sebab Tuhan menopang tangannya. Nantikanlah Tuhan dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri." Pagi ini, saat saudara telah menyerahkan kehidupan kepada-Nya dalam doa dan kita berjanji setia menjalani pekerjaan kita mencari nafkah, masihkah ada kecemasan dan keraguan akan janji-NYa bahwa Tuhan akan bekerja bagi kita? IA mau mengatasi kesulitan, kesusahan bahkan telah menyediakan sesuatu yang baik bagi orang yang berkenan dihadapanNya. Tetaplah setia - jujur kepada Tuhan, keluarga dan teman sekerja.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" dibawah ini :

Monday, September 19, 2011

Pertolongan Tepat Pada Waktunya

Ibrani 4:16, “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita tepat pada waktunya.”


Hari ini kami bekerja seperti biasa. Saya dan istri berangkat pagi untuk ke kantor dan sepanjang hari itu saya bekerja seperti biasa. “Ahh …. Kok aku tiba-tiba pengen pulang ke rumah sih”, pikiran saya entah kenapa tidak tenang sore itu dan sayaingin pulang kantor lebih cepat satu jam dari biasanya. “Aku pulang aja deh sekarang, kok perasaanku gak tenang sih, takut kenapa-napa di rumah”, tekadku dalam hati sambil bersiap-siap untuk pulang. “Tut … tut … tut ….” Telepon genggam saya berdering saat saya sedang dalam perjalanan. “Oh .. telepon dari rumah nih”, pikirku dalam hati. “Halo, Pa. Papa ada dimana? tanya anak saya yang sulung. “Oh, ada apa bang. Papa lagi di jalan pulang.” Jawabku. “Oh, ya udah kalo gitu. Papa cepat pulang ya, Adek tiba-tiba sakit banget perutnya”, jelasnya lewat telepon.


“Ma, mama masih di kantor ya?” tanyaku kepada istri. “Aku udah di jalan pulang kok. Gak tau kenapa aku tiba-tiba pengen pulang lebih cepat dari biasanya, makanya aku pulang aja dan sedang mengarah ke rumah sekarang”, jelas istriku memberitahukan perasaannya sore itu. “Nah, kebetulan Papa juga udah dalam perjalanan pulang ke rumah, kita ketemuan aja nanti di tempat biasa biar sama-sama ke rumah”, ajakku kepada istri. Kami pun tiba di rumah dan mendapati anak kami yang bungsu berguling-guling kesakitan sambil memegangi perutnya. Kami coba berikan minyak kayu putih di sekitar perutnya, namun tak kunjung sembuh hingga akhirnya kami bawa ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan dokter jaga di UGD. “Bapak dan Ibu, anak ini pasti terlambat makan sehingga asam lambungnya naik”, jelas dokter seraya memberikan resep untuk kami ambil di apotik. Puji Tuhan, anak kami pun akhirnya merasa tenang dan beroleh kesembuhan.


Penyakit apakah yang sedang anda dan saya derita hari ini? Adakah perasaan kita tidak nyaman dan gusar selalu? Jangan biarkan diri kita menderita, gelisah dan gusar. Hampirlah kepada takhta kasih karunia Yesus melalui doa dan penyerahan, niscaya saudara dan saya akan menerima rahmat dari Allah dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan tepat pada waktunya. Yesus sedia menolong dan tidak berhenti sampai di situ saja, Yesus sanggup memberikan pertolongan terhadap jenis penyakit apapun yang anda derita saat ini. DIAlah dokter, sang Penyembuh Ajaib di saat diri kita merasa hampa dan tiada berarti, penuh dosa dan kenajisan, IA akan mentahirkan dan mengisi kekosongan jiwa kita. Datanglah kepada-Nya hari ini melalui doa dan membaca Firman-Nya.


Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Sunday, September 18, 2011

Solusi Palsu

Matius 11:28, “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

“Abang Ino, bangun yuk bang udah pagi ini, kita harus siap-siap berangkat”, saya membangunkan anak kami yang tertua dari tidurnya. Saya dan istri seperti biasa sudah bangun pagi untuk mempersiapkan kegiatan hari ini, baik itu memasak atau pun mempersiapkan anak-anak untuk sekolah. “Ayo nak, ke sini biar Abang mandi duluan”, ajakku agar anak kami beranjak ke kamar mandi sambil saya menyalakan air bak mandi. “Lho, ini air kok gak keluar-keluar ya”, pikir saya dalam hati sambil berusaha menghidupkan kran air namun air tak kunjung mengalir.

“Waduh … celaka nih Mami, air kok gak bisa keluar nih”, teriakku memberitahukan istri. “Apa Pa? Air bawah tanah gak bisa keluar? Yah, gimana donk kita nih, belum lagi udah jam segini, kita udah harus siap-siap berangkat kerja sama sekolah?” istriku terlihat sangat kebingungan. Saya pun mencoba memancing air untuk naik, namun sudah hampir satu jam belum juga berhasil. Kami sudah harus ke luar rumah untuk mengantar abang ke sekolah dan saya dan istri ke kantor. Akhirnya, saya pun punya ide untuk mandi pakai air aqua saja …… “Hehehe lucu juga kali mandi pakai air aqua”, pikir saya sambil pergi membeli sebanyak tujuh gallon air aqua. Kami pun sekeluarga mandi menggunakan air aqua pagi itu dan aktifitas kami kembali berjalan normal. Namun satu tugas rumah tertinggal di pikiran saya, “Ok, pagi ini kami dapat solusi, gimana untuk nanti malam, besok pagi dan besok paginya lagi dan seterusnya?”

Kami menghubungi tukang pompa air dan mengatakan harus mengganti dengan pompa air baru dengan biaya yang sangat mahal. “Wah, gua bayar pake apa pompa semahal itu”, pikirku dalam hati. “Tuhan, tolong bantu kami sekeluarga untuk mendapatkan jalan keluar atas masalah ini”, doaku dalam hati. Eeh beneran …. Tuhan menunjukkan tetangga kami untuk merekomendasikan tukang pompa air yang biasa mereka panggil dengan biaya yang lebih murah dibandingkan tukang pompa sebelumnya. Akhirnya, sang tukang pun menawarkan solusi menggunakan semi jet pump dengan biaya yang jauh lebih murah dari biaya yang ia sebutkan sebelumnya, setelah ia melakukan survey ke rumah kami. Puji Tuhan, air sumur di rumah kami kembali mengalir dengan derasnya sehingga kami mendapatkan ketenangan kembali. Saudaraku, ketika masalah menghadang dihadapan kita, jangan terima tawaran solusi dari yang lain kecuali hampir kepada Yesus dan membiarkan ia memberikan jalan keluar. Jangan terpancing untuk menerima solusi lain yang kelihatan lebih menarik, sebab apa yang Yesus berikan adalah yang terindah dari segala sesuatu. Mari kita jadikan Yesus sebagai pemimpin hidup kita hari ini dan seterusnya hingga Maranatha.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" Dibawah ini :

Saturday, September 17, 2011

Kuatir

Matius 6:32-34, “Akan tetapi Bapaku yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Waktu aku duduk di bangku SMP, aku adalah orang yang selalu mengerjakan segala sesuatunya pada detik-detik terakhir. Bila aku mempunyai tugas yang diberikan sebulan yang lalu, biasanya aku kerjakan seminggu sebelum waktunya dan aku akan sangat panik ketika aku tidak bisa menyelesaikan pada waktunya. Sekarang keadaanku berbeda, aku bukanlah orang yang menunda-nunda lagi dalam mengerjakan tugas, akan tetapi aku selalu kuatir akan hal yang belum terjadi.

Dua minggu lagi ujian, sebelumnya aku sudah merasakan bahwa aku harus segera belajar dan aku harus cepat-cepat pulang ke rumah seusai jam kuliah untuk belajar lagi. “Ayo kita mampir ke mal dulu.” Ajak beberapa kawanku seusai pulang kuliah. “Maaf, ada banyak tugas dan tak lama lagi ujian, lain kali aja ya aku ikut.” jawabku. “Ah, ujiannya toh masih lama, 2 minggu lagi, ayo kita jalan-jalan dulu, cuci mata, biar tidak jenuh.” Aku berusaha menolak ajakan teman-temanku dengan halus. Ujian merupakan hal yang aku kuatirkan. Seringkali kekuatiranku datang karena aku tidak mau gagal dalam ujian. Kadang-kadang kita terlalu kuatir akan hari esok dan kita lupa akan hari ini. Setiap hari yang kita lalui mempunyai masalahnya sendiri, tantangan, pergumulan dan kesempatan. Kita harus berfokus pada apa yang kita bisa lakukan hari ini daripada menguatirkan tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

Kita harus melihat waktu sebagai suatu cadangan yang harus digunakan dengan bijaksana. Tuhan memberikan kita waktu untuk memperlakukan keluarga, teman sebagai pemberian Tuhan yang sangat berharga. Tuhan mau kita mempersiapkan diri kita untuk masa yang akan datang, tapi tidak mengabaikan hidup yang berarti untuk saat ini. Gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya, karena itulah yang Tuhan inginkan dari anak-anakNya dan mari kita serahkan segala kekuatiran kita ke dalam tangan Tuhan dan percayalah kepadaNya, maka Ia akan bertindak.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Friday, September 16, 2011

Rumah Impian

Yohanes 14:2, “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”

Ketika aku masih di Sekolah Menengah, aku biasa berkumpul dengan teman-temanku pada waktu jam istirahat di sekolah dan mengisinya dengan saling bercerita. Banyak hal yang kami bicarakan, salah satunya adalah tentang impian-impian kami. Setiap orang mempunyai impian dalam hidupnya, masing-masing kami saling menceritakan impian yang dimiliki sambil tertawa-tawa bahkan sampai terbahak-bahak, sebab kadang-kadang impian yang disampaikan sepertinya adalah sesuatu yang berlebihan kalau boleh dikatakan mustahil bagi kami pada waktu itu. Ketika sampai pada giliranku, aku menyampaikan kepada teman-temanku tentang impianku.

“Waktu kecil, aku mempunyai impian bahwa suatu hari aku akan mempunyai rumah yang besar dengan halaman yang besar yang ada kolam renangnya.” “WOW!” seru temanku sambil tersenyum. “Tunggu dulu, bukan hanya besar, bila memungkinkan, rumah itu juga ada lapangan basket dan lapangan volleynya”, lanjutku. “Wow, kereen!” Teman-temanku yang lain menimpali dengan serunya sambil tertawa. “Aku melihat rumah-rumah yang besar itu di film atau majalah. Ketika aku menonton MTV, aku melihat para selebritis dengan rumah-rumah mereka. Sebagian besar dari mereka tinggal di Hollywood. Sebenarnya aku suka rumah-rumah besar tersebut, namun sepertinya menakutkan juga kalau aku harus tinggal di rumah itu sendirian. Setelah kupikir-pikir, mempunyai rumah yang besar bukanlah hal yang mudah. Itu juga bisa menjadi beban, sebab kita harus membersihkan setiap sudut rumah. Para pembantu rumah tangga diperlukan, kita harus membayar upah mereka.” “Lalu, maunya rumah yang seperti apa dong?” tanya temanku. “Impianku menjadi berubah. Mendingan punya rumah yang kecil saja tapi menyenangkan. Namun, aku masih ingin rumah yang ada ruang keluarga yang besar sehingga aku bisa mengumpulkan semua keluargaku di ruangan itu.” “Mantap! Sip dech, nanti kita juga reuni ya kalau sudah tua.” Sementara kami masih asyik berbagi impian, tiba-tiba: “Teng! Teng! Teng” lonceng berbunyi, tanda jam istirihat berakhir. “Ok, besok kita sambung lagi!” kata teman-temanku dengan bersemangat, kami pun berjalan menuju ke kelas.

Sebagaimana yang kita ketahui, hidup dalam dunia ini hanyalah sementara saja. Dunia ini hanya menyediakan tempat sementara untuk kita berdiam. Ayat kita hari ini mengatakan Tuhan sudah menyediakan tempat tinggal bagi kita, bukan sementara tapi selamanya. Banyak kamar yang bisa kita gunakan. Biarlah sementara kita menjalani hidup dalam dunia ini, pandangan kita tetap tertuju kepada rumah yang Tuhan sediakan bagi kita. Oh betapa ku rindu aku bisa pergi ke sana dan tinggal dengan Dia selamanya. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :