Saturday, June 30, 2012

Aku Rindu!

Mazmur 42:2, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.”

Telah beberapa hari ini, kami hidup bagaikan beberapa bulan usia pernikahan kami sekitar hampir empat belas tahun yang lalu, masih hidup berdua sebagai suami dan istri saja. Bagaimana tidak demikian? Anak-anak kami sedang bepergian untuk satu minggu lamanya, dalam satu acara perkemahan bersama-sama dengan teman-teman mereka. “Gilee, sepi bener rasanya rumah ini kalo Cuma kita berdua ya Mom?” ujarku kepada istri pada suatu malam ketika aku pulang kerja. “Biasanya ada suara anak-anak kita yang kita dengar, sekarang suara itu gak terdengar untuk beberapa saat lamanya”, lanjutku berkomentar sambil merasakan kerinduan yang sangat untuk kedua anak-anakku.

“Gak heran ya pasangan suami istri yang sudah lama menikah namun belum mendapatkan keturunan merasakan kesedihan yang mendalam ketika buah hati keluarga itu belum kunjung hadir, ya seperti kita inilah mungkin terasa seperti ada yang kurang lengkap dalam hidup ini karna anak-anak lagi gak bareng sama kita”, kataku kepada istri sambil saya menemani istri mengerjakan pekerjaan tangannya pada malam itu. Itulah sebabnya, saya pasti menelepon bisa beberapa kali dalam sehari hanya untuk memastikan mereka dalam keadaan baik-baik saja, demikian juga kepuasan hati saya ketika telah mendengar suara anak-anakku. “Papi, aku kangen!” sang bungsu kami yang kerapkali masih harus ditemani untuk tidur berkata dengan suara lembut dan gemulai. Hati saya terasa seperti ingin memeluknya langsung saat itu, sambil berkata, “Ya, Nak, Papi juga kangen sama kalian. Sabar Nak! Sisa beberapa hari lagi, kalian sudah kembali ke rumah, kita bisa ketemu lagi”, aku berusaha menenangkannya walaupun saya sendiri merasakan kerinduan yang sangat untuk melihat anak-anak kami.

Ada satu kerinduan yang sangat besar bagi seorang anak untuk bersama dengan kedua orangtuanya yang setiap hari merawat dan menjaga mereka, ketika satu sama lain sedang berpisah. Ketika anak-anak tidak bersama dengan kita orangtua dan sebaliknya, terasa ada satu keinginan untuk selalu dekat satu sama lain. Adakah kita merasakan satu kerinduan yang amat dalam untuk kehadiran Yesus dalam diri kita? Sama seperti anak-anak kami merindukan kami orangtuanya, adakah kita memiliki kerinduan yang besar untuk bersama Yesus setiap hari. Yesus, yang menjadi Pemelihara hidup kita, Ia yang menjadi Penopang kita dalam kehidupan ini, adakah kita mengundang dia hadir dalam diri kita setiap waktu, sehingga kita merasakan satu ketenangan dan kenyamanan dalam hidup ini. Rindukan dan nantikanlah Yesus, sebab Ia yang akan memeluk dan menggendongmu untuk tiba dan beristirahat dengan senang di dalam sorga kelak.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini:

Friday, June 29, 2012

Sunday, June 24, 2012

Jangan Nangis Dong!

Matius 14:27, “Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”

“Nak, malam ini kita semua cepat tidur ya! Karna besok pagi-pagi banget kita harus berangkat ke pantai yang letaknya cukup jauh dari tempat ini”, pesanku kepada kedua anak kami. Saya dan istri telah merencanakan jadwal kunjungan ke berbagai tempat selama kami berlibur di kota Dewata yang kerapkali dipadati dengan banyak pengunjung, baik turis mancanegara maupun turis domestik yang datang dari berbagai kota di nusantara ini bahkan dari berbagai Negara di dunia ini. Keramaian dan padatnya pengunjung di pantai Kuta membuat pantai sangat tidak nyaman untuk dikunjungi, apalagi padatnya kendaraan di jalan raya membuat suasana lebih tidak nyaman untuk menjangkau pantai itu.

Pagi-pagi benar, yakni pukul tiga dinihari kami sekeluarga sudah berada di dalam mobil bersama seorang supir yang menemani perjalanan kami selama hampir satu minggu berada di kota itu. Perjalanan darat selama tiga jam di pagi hari itu mengantarkan kami tiba di salah satu pantai yang tidak kalah menarik dibanding pantai Kuta, Sanur atau Nusa Dua, yakni pantai Lovina. Tujuan kunjungan kami ke pantai itu adalah untuk melihat para ikan lumba-lumba yang muncul ke permukaan air bahkan beratraksi dalam menyambut hadirnya sinar matahari pagi di tengah lautan. Kami telah dilengkapi dengan pakaian keselamatan yakni pelampung, berada di dalam perahu mesin yang berukuran kecil dan berangkat ke tengah lautan untuk dua puluh hingga tiga puluh menit perjalanan lamanya.

“Jangan nangis Nak! Kita kan sudah berdoa mohon perlindungan Tuhan, Ia pasti peliharakan kita.” Aku berkata kepada anak kami yang bungsu, yang menangis karena takut kalau ada ikan paus sewaktu-waktu muncul di tengah laut, ketika mesin perahu kami telah dimatikan dan terombang-ambing di tengah laut menanti sang lumba-lumba muncul ke permukaan laut. Sering kita dihantui rasa takut karena hal-hal buruk yang sering kita lihat dan pikirkan dalam hidup sehari-hari. “Jangan takut! Ini Aku”, kata Yesus. Biarlah jaminan pemeliharaan Yesus ini kita pegang setiap hari, pikirkanlah hal-hal yang indah baik terhadap dirimu sendiri maupun orang lain, maka jiwa kita akan merasa tenang sama seperti anak kami merasakan kesenangan yang luar biasa ketika pikirannya dia arahkan untuk melihat sepasukan ikan lumba-lumba yang beratraksi di tengah lautan gantinya membayangkan ikan paus datang untuk menelannya.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :

Wednesday, June 20, 2012

BOLA KAKI = AGAMA BARU UMAT MANUSIA?


PELAYANAN PERORANGAN
SABAT, 16 Juni 2012



Dorongan Pelayanan Perorangan (PP) pada hari Sabat, 16 Juni 2012 dibawakan oleh bapak Willy Wuisan, Pimpinan Departemen Penatalayanan, jemaat Kemang Pratama, Bekasi.

Pak Willy mengawali dorongan PP dengan berkata: “Pada bulan ini yaitu Juni 2012 adalah merupakan bulan kebaktian bagi Agama Baru Umat Manusia, khususnya di belahan Benua Eropa. Saat ini, mata seluruh umat manusia di berbagai belahan dunia menikmati dari layar kaca sebuah event bergengsi di pentas dunia, yaitu Perebutan Piala Eropa. Sudah tentu, pada saat ini, dimana-mana orang memperbincangkan “si kulit bundar” yang digocek oleh kaki-kaki lincah di tempat berebutan Piala Eropa yang diselenggarakan di kedua Negara Eropa Timur yaitu Polandia dan Ukraina. Bola bukanlah benda asing bagi kita. Bola digilai oleh begitu banyak orang. Seluruh dunia mengarah pada bola. Demam bola kaki menghantui jutaan manusia termasuk anak bangsa.”

Kemudian dilanjutkan: “Saya baca di salah satu koran ibukota, stadion bola kaki saat ini menjadi gereja dan altar missa yang baru bagi umat Kristiani. Tengok saja, jika ada pertandingan bola kaki pada hari Minggu. Gereja menjadi sepi. Sempat saya berpikir andaikan kebaktian, missa atau ibadah dihadiri oleh begitu banyak umat seperti di stadion-stadion bola kaki, gedung gereja pasti tidak cukup menampung semuanya.”

Pak Willy dengan ilustrasi di atas menarik makna dari bundarnya bola. Bundarnya bola, mau menunjukkan pemberian dirinya yang utuh dan menyeluruh kepada para pemainnya untuk digunakan sesuka hati di bagian mana pun. Andaikan bola itu tajam maka mungkin saja tidak akan pernah dimainkan (tidak mungkin, karena disebut bola karena bentuknya bundar). Sebagai manusia yang berdimensikan roh, kita terpanggil untuk memberikan diri secara total untuk dipakai oleh Yang Empunya Hidup sesuka hati-Nya. Artinya, seperti bola yang bisa ditendang dari sisi mana pun, tidak ada sisi diri kita yang tersisa sedikit pun bagi diri kita sendiri, tanpa dipakai oleh-Nya. Yang Empunya Hidup bebas memakai semuanya yang ada padaku sesuka hati-Nya. Yang dibutuhkan hanya kerendahan hati untuk dipakai sesuka hati-Nya.

Bola menjadi tidak ada artinya ketika tidak dimainkan. Tetapi, ketika digiring, ditendang, dan digocek dilapangan hijau, bola menjadi berarti. Karena dimainkan, maka gol-gol pun dihasilkan. Gol yang dihasilkan ini membawa suka cita yang mendalam bagi para pemain maupun para pendukungnya. Begitu pun kita semestinya senantiasa sadar bahwa keberartian kita hanyalah karena Yang Empunya Hidup mau memakai dan memainkan kita didalam hidup ini. Semua gol yang dihasilkan dalam hidup (tugas, jabatan, atau karya) bukanlah usaha kita sendiri. Tuhanlah yang berperan didalam-Nya karena Dia-lah pemain tunggalnya dan kitalah bola-Nya. Tepukan tangan, teriakan histeris, atau nyanyian gembira dari para penonton bukan ditujukan kepada bola tetapi kepada pemainnya. Tuhanlah yang disorak-soraki, dielu-elukan, dipuja-puji didalam hidup dan karya kita, karena Dia-lah pemainnya. Kita hanyalah alat yang dipakai-Nya untuk menyatakan kemuliaan kerajaan-Nya.

Kemudian pak Willy membaca Firman Allah dari 1 Korintus 9 : 25: “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”

Dalam kesimpulannya, pak Willy mengatakan bahwa semuanya, dari, oleh, dalam dan untuk Yang Empunya Hidup semata. Dengan demikian, kiranya tidak ada alasan untuk bermegah dan memegahkan diri, hidup dan karya. Biarlah kiranya kita mau digunakan oleh Tuhan untuk kemuliaanNya. Amin.

Jamesson Silitonga,
Dept. PP (Pelayanan Perorangan)

BOLA KAKI = AGAMA BARU UMAT MANUSIA?


PELAYANAN PERORANGAN
SABAT, 16 Juni 2012



Dorongan Pelayanan Perorangan (PP) pada hari Sabat, 16 Juni 2012 dibawakan oleh bapak Willy Wuisan, Pimpinan Departemen Penatalayanan, jemaat Kemang Pratama, Bekasi.

Pak Willy mengawali dorongan PP dengan berkata: “Pada bulan ini yaitu Juni 2012 adalah merupakan bulan kebaktian bagi Agama Baru Umat Manusia, khususnya di belahan Benua Eropa. Saat ini, mata seluruh umat manusia di berbagai belahan dunia menikmati dari layar kaca sebuah event bergengsi di pentas dunia, yaitu Perebutan Piala Eropa. Sudah tentu, pada saat ini, dimana-mana orang memperbincangkan “si kulit bundar” yang digocek oleh kaki-kaki lincah di tempat berebutan Piala Eropa yang diselenggarakan di kedua Negara Eropa Timur yaitu Polandia dan Ukraina. Bola bukanlah benda asing bagi kita. Bola digilai oleh begitu banyak orang. Seluruh dunia mengarah pada bola. Demam bola kaki menghantui jutaan manusia termasuk anak bangsa.”

Kemudian dilanjutkan: “Saya baca di salah satu koran ibukota, stadion bola kaki saat ini menjadi gereja dan altar missa yang baru bagi umat Kristiani. Tengok saja, jika ada pertandingan bola kaki pada hari Minggu. Gereja menjadi sepi. Sempat saya berpikir andaikan kebaktian, missa atau ibadah dihadiri oleh begitu banyak umat seperti di stadion-stadion bola kaki, gedung gereja pasti tidak cukup menampung semuanya.”

Pak Willy dengan ilustrasi di atas menarik makna dari bundarnya bola. Bundarnya bola, mau menunjukkan pemberian dirinya yang utuh dan menyeluruh kepada para pemainnya untuk digunakan sesuka hati di bagian mana pun. Andaikan bola itu tajam maka mungkin saja tidak akan pernah dimainkan (tidak mungkin, karena disebut bola karena bentuknya bundar). Sebagai manusia yang berdimensikan roh, kita terpanggil untuk memberikan diri secara total untuk dipakai oleh Yang Empunya Hidup sesuka hati-Nya. Artinya, seperti bola yang bisa ditendang dari sisi mana pun, tidak ada sisi diri kita yang tersisa sedikit pun bagi diri kita sendiri, tanpa dipakai oleh-Nya. Yang Empunya Hidup bebas memakai semuanya yang ada padaku sesuka hati-Nya. Yang dibutuhkan hanya kerendahan hati untuk dipakai sesuka hati-Nya.

Bola menjadi tidak ada artinya ketika tidak dimainkan. Tetapi, ketika digiring, ditendang, dan digocek dilapangan hijau, bola menjadi berarti. Karena dimainkan, maka gol-gol pun dihasilkan. Gol yang dihasilkan ini membawa suka cita yang mendalam bagi para pemain maupun para pendukungnya. Begitu pun kita semestinya senantiasa sadar bahwa keberartian kita hanyalah karena Yang Empunya Hidup mau memakai dan memainkan kita didalam hidup ini. Semua gol yang dihasilkan dalam hidup (tugas, jabatan, atau karya) bukanlah usaha kita sendiri. Tuhanlah yang berperan didalam-Nya karena Dia-lah pemain tunggalnya dan kitalah bola-Nya. Tepukan tangan, teriakan histeris, atau nyanyian gembira dari para penonton bukan ditujukan kepada bola tetapi kepada pemainnya. Tuhanlah yang disorak-soraki, dielu-elukan, dipuja-puji didalam hidup dan karya kita, karena Dia-lah pemainnya. Kita hanyalah alat yang dipakai-Nya untuk menyatakan kemuliaan kerajaan-Nya.

Kemudian pak Willy membaca Firman Allah dari 1 Korintus 9 : 25: “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”

Dalam kesimpulannya, pak Willy mengatakan bahwa semuanya, dari, oleh, dalam dan untuk Yang Empunya Hidup semata. Dengan demikian, kiranya tidak ada alasan untuk bermegah dan memegahkan diri, hidup dan karya. Biarlah kiranya kita mau digunakan oleh Tuhan untuk kemuliaanNya. Amin.

Jamesson Silitonga,
Dept. PP (Pelayanan Perorangan)

Tuesday, June 19, 2012

Hati yang Memberi


Kebaktian Vesper
GMAHK Kemang Pratama
15 Juni 2012
Phd. Piter Ling
"Hati Yang Memberi"
 
“Berilah dan kamu akan diberi : suatu takaran yang baik,
 yang dipadatkan, yang digoncang tumpah ke luar akan 
dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu 
pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu“
Lukas 6 : 38
Setelah beraktifitas sepanjang enam hari lamanya, umat–umat Tuhan datang untuk mengikuti perbaktian vesper. Perbaktian vesper Jemaat Kemang Pratama di mulai tepat pukul 19.30. Sebelum memulai acara jemaat berdoa didalam hati untuk mengundang kehadiran Roh Suci melalui doa didalam hati masing-masing. Untuk memulaikan acara jemaat menyanyikan lagu sion nomor 242 “Enam Hari Sudah Lalu” dengan pianis Timothy Purnama, yang dipimpin oleh bapak Joko Prasetyo kemudian dilanjutkan dengan doa oleh ibu Sitimey Kapitan. Lagu penghantar Firman Tuhan dibawakan oleh ibu-ibu dengan “Apakah Jangkarmu Akan Tahan.”
Firman Tuhan pada malam vesper dibawakan oleh PHD. Rey Renjay Piter Lien yang berjudul “Hati yang Memberi” banyak orang mengatakan bahwa mereka suka untuk memberi. Ada orang yang mengatakan bahwa mereka suka memberi baik kepada orang yang berkekurangan atau kepada setiap orang yang membutuhkan pertolongan. Akan tetapi apakah itu keluar hanya dari mulut mereka saja atau dari hati mereka yang tulus. Sama seperti kisah Alkitab dalam buku Lukas 10 : 25-37 tentang Orang Samaria Yang Baik Hati. Seorang yang dirampok dalam perjalanan. Sebagai umat Tuhan kita mempunyai tugas sebagai orang yang suka memberi. Bilamana kita memberi maka kitapun akan diberi dan akan diberi berlipat ganda oleh Allah. Namun ada pengertian yang salah dimana sering kita menunggu untuk diberi barulah kita memberi. Sama seperti petani yaitu menabur barulah akan menuai. Sebuah kisah Alkitab mengenai Elisa yang meminta untuk memberi makan musuh mereka. Suatu ajaran yang menurut manusia tidaklah wajar. Namun sebagai umat Tuhan hendaklah mengasihi musuh mereka. Harta yang dimiliki tidaklah berguna bila tidak memiliki hati yang suka memberi dan hati yang suka membantu orang lain. Sebuah kisah mengenai seorang professor, yakni seorang pengajar di Perguruan tinggi, ia seorang doctor yang mengajarkan kepada siswanya untuk suka memberi dan memahami akan rahmat yang Tuhan telah berikan kepada manusia. Sebagaimana Tuhan telah memberikan dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan dan menebus dosa manusia. Himbauan, Tuhan telah memberikan hati yang memberi, apakah kita sudah menggunakan hati yang suka memberi dan menolong orang lain sama seperti yang dilakukan Tuhan?.
Ibadah kebaktian vesper ditutup dengan Jemaat menyanyikan lagu penutup nomor 113 “Tuhan Batu Karang Kita” dan dilanjutkan dengan dengan doa penutup oleh PHD. Rey Renjay Piter Lien. Selesai acara Vesper jemaat membentuk lingkaran di halaman gereja dan sambil bergandengan tangan menyanyikan lagu “God Is So Good” serta mengucapkan selamat Sabat dan yel-yel Sabat. Kiranya menjadi berkat dan sampai berjumpa Sabat pagi…
-Mei-

Monday, June 18, 2012

Father's Day


Penerima Tamu
Ada yang sedikit berbeda saat kami tiba di gereja. Di pintu depan, beberapa pemudi tampak disana membawa baki. Ketika dekat, di bagian atas pintu terdapat tulisan “Blessed Sabbath & Happy Father’s Day”. Rupanya pada sabat ini, 9 Juni 2012 departemen Sekolah Sabat bekerja sama dengan departemen BWA dan Pelayanan Anak menggelar acara Hari Bapak.
Pengalungan Bunga Sebagai Ungkapan Rasa Terima kasih
Kepada Para Ayah
Semua bapak-bapak yang hadir pada hari itu diberikan kalungan bunga oleh penerima tamu. Surprise, itulah kometar  dari bapak-bapak.
Semua anak2 menyatakan cinta sama papanya...Thank you anak2 semua
Seperti biasanya, sebelum acara Kebaktian Sekolah Sabat, diadakan Doa Percakapan. Doa ini dilakukan per kelompak oleh dua atau tiga orang yang masing-masing berdoa hanya satu sampai dua kalimat saja secara bergantian. Doa akan dipandu oleh pemandu doa yang akan memulai doa dengan menyanyikan satu ayat lagu Sion dan membacakan satu ayat Alkitab. 

Doa terbagi menjadi empat bagian, yaitu Adoration – Penyembahan dan Pujian, Confessions – Pengakuan Dosa, Thanksgiving – Ucapan Syukur, dan Supplication – Permohonan. Pada Sabat ini, ibu Yunita Wuisan mendapat kesempatan untuk memandu Doa Percakapan.
Setelah Doa Percakapan, kebaktian Sekolah Sabat dimulai oleh ibu Lamria Simanjuntak. Ayat Inti dan doa pembukaan dibawakan oleh Veber Sormin. Berita Mision pada Sabat ini dibawakan dalam bentuk fragmen oleh Randy, Fidella dan Irel. Kemudian kelompok Angklung ibu-ibu mengiringi anak-anak menyanyikan lagu pujian yang berjudul “Di Doa Ibuku”, namun kata Ibuku diganti menjadi Ayahku.
Setelah diskusi pelajaran Sekolah Sabat di Unit Kerja Sekolah Sabat selesai, ditampilkan video para anak yang bersekolah jauh dari orang tua mereka. Rerin Tampubolon, Darrel Wuisan, Fernando Tambunan dan Daniel Simanjuntak yang masing-masing mengungkapkan bagaimana peran bapak yang menjadi sumber inspirasi bagi mereka.
Para Ayah sedang didoakan oleh Gembala Jemaat 
Usai  itu, ibu Lies Purnama , pemimpin departemen Sekolah Sabat, mengundang semua bapak-bapak untuk tampil ke depan. Dan, setelah para bapak, termasuk tamu-tamu ada di depan, anak-anak menghampiri para bapak dan memberikan bingkisan serta ciuman kasih sayang sebagai tanda terima kasih mereka kepada para bapak.  Gembala jemaat, bapak Pdt. Sonny Kapitan kemudian diminta untuk memdoakan para bapak.

Kebaktian Sekolah Sabat diakhiri dengan penuh sukacita, terutama para bapak-bapak yang telah hadir pada Sabat itu. Tuhan Kirannya memberkati para bapak dalam kesehatan, kedamaian dan kerohanian yang makin bertumbuh , karena para bapak adalah imam dalam keluarga.
Kirannya memberkati para bapak dalam kesehatan, kedamaian dan kerohanian yang makin bertumbuh , karena para bapak adalah imam dalam keluarga.

Tuhan Yesus Memberkati.
Kalung Tanda Terima Kasih kepada para Ayah
 - Aster Ungu -

Serupa Tapi Tak Sama

Kebaktian Sabat, 16 Juni 2012

Perbaktian pada jam khotbah dimulai dengan menyanyikan lagu-lagu pujian yang dipimpin oleh bapak Jamesson Silitonga dan diiringi pianis Felisya Tambunan. Selanjutnya bacaan Alkitab bersahutan dipimpin oleh bapak Erhart Tobing dan dilanjutkan dengan nyanyian pembukaan lagu sion nomor 145 “Kalau Serta Tuhan” Doa syafaat dipimpin oleh bapak Chandra Perangin-angin. Bacaan persembahan dibawakan oleh bapak Donny Ham dan dilanjutkan dengan respon jemaat melalui pemberian persembahan yang dikumpulkan oleh para diakon. Cerita anak-anak penghantar khotbah dibawakan oleh ibu Etty Sukarwaty yang menghimbau anak-anak untuk menjadi anak penurut sama seperti anak bernama Tini yang suka menurut orang tuanya. Selanjutnya sebuah lagu pujian dibawakan oleh Pemuda-Pemudi Kemang Pratama diiringi pianis Sari Silalahi dengan judul “Lord Let Your Light” dilanjutkan dengan pujian oleh Pathfinder Kemang Pratama dengan judul “God And God Alone”.

“Serupa Tapi Tak Sama”

Pengkhotbah oleh : Rey Renjay Piter Lien (Field School UNAI / PHD)

“Tuhan Bersabda Padaku” sebuah lagu pujian mengiringi khotbah pada siang Sabat kali ini. Firman Tuhan pada sabat ini mengambil ayat inti dari Ibrani 7 : 25, ‘karena itu ia sanggup menyelamatkan dengan sempurna…’, yang mengingatkan kepada umat-umat Tuhan untuk selalu menjadi serupa dengan Allah. Sebuah illustrasi mengawali firman Tuhan dimana disebuah kampung ada satu keluarga yang memiliki anak kembar dan memiliki sikap masing-masing. Anak pertama suka berburu dan tinggal didalam hutan dan disayangi keluarganya, sedangkan adiknya seorang yang tenang dan suka tinggal didalam rumah dan ibunya sangat menyayanginya. Adiknya suka memasak makanan sehingga pada waktu abangnya pulang dan mencium bau masakan sehingga abangnya menginginkannya dan pada akhirnya abangnya menukarkan makanannya dengan hak kesulungannya. Itu adalah merupakan kisah Alkitab dalam buku kejadian mengenai Esau dan Yakub. Mereka bersaudara namun memiliki sikap yang berbeda. Pada masa ini banyak yang tidak sama namun serupa. Persamaan Yesus dan Iblis adalah sama sama menyelamatkan namun Yesus meyelamatkan untuk memperoleh kehidupan kekal sebaliknya setan menyelamatkan untuk masuk kepada kematian kekal. Perbedaan Yesus dan Iblis antara lain yakni, diam diantara manusia, jalan yang ditunjukkan berbeda yaitu jalan berbelok untuk keselamatan dan jalan yang lurus namun menuju maut dan banyak perpedaan lainnya yang terdapat di dalam Alkitab. Banyak hal-hal yang serupa namun tidak sama yang ditawarkan iblis kepada umat-umat Tuhan yang dapat mendatangkan maut. Namun bilamana umat-umat Tuhan senantiasa berserah kepada Tuhan dan bersandar kepada kebenaran akan Firman Allah maka setiap keputusan yang benar dan salah dapatlah untuk dibedakan. Kehidupan ini dihadapkan kepada pilihan-pilihan, namun dalam memilih tetaplah mengingat bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh dari Tuhan. Himbauan, marilah kita memilih Allah yang memberikan kehidupan dan menjadikan Firman Allah untuk dapat menjadi pedoman dalam kehidupan.

Untuk meng-aminkan Firman Tuhan yang baru disampaikan jemaat menyanyikan lagu sion nomor 139 “Ingatkanlah Nama Yesus” dan dilanjutkan dengan doa oleh Reey Pieter Ling. Selesai acara perbaktian, jemaat dan para tamu yang hadir diundang untuk potlak bersama dan mengikuti acara PA yang akan diadakan pukul 16.30 Wib. Tuhan Memberkati. Amin.

-Mei-

Sunday, June 17, 2012

Wow! Aku Lulus

1Tesalonika 5:18, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Memang hidup ini unik, perasaan dan keadaan kita dapat saja berubah dalam sekejap. Belum lama aku merasa lega, seperti terlepas dari ikatan yang menjerat kebebasan ruang gerakku, kini rasa was-was muncul kembali sesekali. “Baru beberapa minggu lalu aku bebas dari rasa stress karna menghadapi ujian akhir nasional, kok rasanya waktu cepet banget berlalu yah … sekarang jantungku mulai terasa dag dig dug lagi, gerakannya gak menentu. Lulus gak aku yah?” Perasaan ini sesekali mulai menghantuiku, bahkan lebih sering mengganggu pikiranku ketika tiba hari H saat hasil kelulusan akan diumumkan oleh pihak sekolahku.

“Gimana Adek, apa udah denger berita kelulusan nak?” tanya ayahku ketika hari telah petang bahkan menjelang malam. “Udah Papi, aku udah terima sms dari wali kelasku, kami lulus 100%”, jawabku kepada ayah, yang ternyata juga penasaran dan was-was dengan hasil ujian akhirku. Betapa hatiku terasa lega, beban pikiranku terasa seperti hilang begitu saja, saat aku mendapatkan berita kelulusanku. “Mari kita berdoa terlebih dahulu”, kata ayahku kepada kami semua yang telah berada di dalam mobil. Ayahku pun memimpin kami dalam doa. Rupa-rupanya doa yang ayahku panjatkan pada petang hari itu adalah doa ucapan syukur kepada Allah karena kelulusanku. Bahkan ayah mendoakan pendidikanku dan kakakku untuk yang selanjutnya supaya Allah yang tetap menjadi sumber hikmat dan akal budi bagi kami berdua. Terharu dan rasa senang dalam hatiku.

Sebagai umat Kristiani, yang menyadari bahwa hidup kita adalah anugerah dari Tuhan, marilah kita tak jemu-jemu hampir kepada Allah dalam ucapan syukur atas segala apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, sebab kita yakin Allah yang mengendalikan hidup kita seutuhnya. Bahkan ketika kita mengalami suatu pengalaman pahit dalam hidup ini, itu pun harus kita nyatakan ucapan syukur kepada Allah, sebab kita yakin pasti Allah hadir dalam pengalaman pahit kita untuk memberi kekuatan dan pertolongan sehingga kita sanggup menjalani pengalaman pahit yang kelak menjadi suatu pengalaman iman yang berharga bagi masing-masing kita. “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini:

Friday, June 15, 2012

Kuis Follow The Bible 16 Juni 2012



History Game created on Quizz.biz

Latihan Berkesinambungan

Lukas 12:36-37, “Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilahkan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.”

“Nak, bangun yuk! Kita harus bersiap-siap, kan kamu katanya mau latihan.” Terdengar suara Ibu membangunkan saya pada pagi hari. Rasa kantuk yang amat sangat masih sangat terasa, badan saya pun enggan untuk bangun dan beranjak dari tempat tidur. Mata masih terasa berat untuk dibuka. Namun, tidak ada pilihan, saya harus segera bangun dan bersiap untuk menjalani aktifitas hari itu.

Sebenarnya saya sudah libur dari sekolah untuk beberapa minggu ini lamanya. Ujian akhir untuk tingkat Sekolah Dasar sudah saya selesaikan. Namun saya belum benar-benar bebas dari semua kegiatan sekolah. Dua minggu terakhir ini saya masih harus datang ke sekolah setiap pagi karena saya dan teman-teman sekelas harus berlatih untuk persiapan acara penamatan kelas selama satu hingga dua jam lamanya. “Ayo berangkat Mami! Kita kan harus latihan di MT Haryono!” Aku mengajak Mami supaya segera berangkat. Dua hari terakhir ini kami berlatih di MT Haryono, karena lokasi acara penamatan kelasku akan diadakan di sana.

Latihan dan latihan terus! Rasa bosan untuk berangkat latihan sesekali muncul, namun demi kebaikan acara penamatanku bersama teman-teman sekelas, saya pun mengalahkan rasa kebosanan itu dan berlatih terus menerus demi persiapan yang matang. Latihan memelihara iman secara terus-menerus pasti akan membuat kita selalu bersiap untuk bertemu dengan sang Khalik alam semesta ini. Kita akan menjadi orang yang sangat berbahagia, ketika kita didapati selalu memelihara iman bagaikan seorang hamba yang setia dan berjaga menantikan tuannya pulang dari acara perkawinan, sang hamba dapat segera membukakan pintu bagi tuannya. Berbahagialah orang-orang yang memelihara imannya hingga Yesus datang. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: