“Menjadi bahagia adalah satu pilihan bagi kita. Bila sesuatu infomasi diterima oleh otak kita, maka akan terbentuk sesuatu yang dipercayai. Dari kepercayaan itu akan menimbulkan keinginan. Namun, keinginan ini belum tentu adalah sesuatu yang menjadi tujuan kita. Jadi, jika kita ingin merasakan sesuatu hal yang membuat kita senang, maka kita harus mempercayai hal itu terlebih dahulu.”, kata Bapak Ramlan. “Buat sebagian orang, pare adalah jenis makanan yang pahit dan tidak disukai. Namun bagi orang lain, pare digemari justru karena rasa pahitnya,
malah membuat selera makan bertambah bila ada pare di atas piring. Ini terjadi karena perbedaan kepercayaan terhadap makanan yang sama, yaitu pare. Satu orang berpikir dan percaya bahwa pare itu pahit dan tidak enak, sedangkan orang yang lain justru berpikir dan percaya rasa pahit itulah yang membuat pare enak.”, lanjut Bapak Ramlan menerangkan bagaimana proses suka atau tidak suka terbentuk dalam pikiran kita. “Hal yang sama berlaku juga dengan rasa kebahagiaan. Kebahagiaan dapat kita capai dengan mengubah cara kita berpikir dan apa yang kita percayai. Kita akan mendapatkan kebahagian dari hal yang kita alami, bila kita percaya bahwa hal itu dapat membawa sukacita. Kalau kita rasa tidak senang pada satu hal, itu terjadi karena kita percaya bahwa hal itu tidak menyenangkan. Sebagai contoh, kalau terjadi hujan, kita langsung berpikir tentang jalanan macet, banjir dimana-mana. Hujan bisa membuat kita tidak berbahagia, karena kita percaya hujan membuat kesulitan. Kita harus merubah apa yang kita percayai, agar kita dapat mengalami sesuatu yang berbeda, yang membuat kita berbahagia.”, ujar Bapak Ramlan lagi.“Keinginan yang kita miliki sering merupakan obyek. Namun, terkadang hal ini bukanlah kebahagiaan itu sendiri. Jika seorang pemuda diberikan jas baru, tentunya ia akan berbahagia. Tapi apakah itu kebahagiaan yang dia impikan ? Bila kita teliti lebih lanjut, ada kebahagian lain yang ia miliki. Ia bahagia menerima jas baru, karena mendapatkan pengganti jas lamanya yang usang. Kenapa ia senang dengan pengganti jas lama yang usang ? Karena ia dapat berpenampilan lebih baik. Kenapa dia senang berpenampilan lebih baik ? Karena dengan perpenampilan lebih
baik, ia dapat menarik perhatian dari wanita sahabatnya. Kenapa ia ingin mendapatkan perhatian dari wanita sahabatnya ? Karena ia ingin wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Jadi kebahagiaan yang pemuda ini ingin dapatkan adalah agar wanita itu menjadi pasangan hidupnya. Tapi sering orang terperangkap untuk mengatakan bahwa dengan mendapat jas baru, ia akan berbahagia. Padahal bukan karena jas baru itu ia berbahagia, namun karena dapat menarik pasangannya itulah ia berbahagia.”, kata Bapak Ramlan memberi contoh satu masalah. “Jadi jika seseorang tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dan dia merasa tidak berbahagia, maka ia telah terjebak kepada obyek fisik semata-mata. Dari contoh orang yang mendapatkan jas baru, ia tentunya akan tetap berbahagia, walaupun ia tidak mendapatkan jas baru. Kenapa ? Karena kebahagiaan yang ia cari sesungguhnya bukan pada jas baru, tetapi pada usahanya menarik perhatian pasangannya. Ia tetap dapat mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, yaitu mendapat pasangan yang dia impikan, dengan cara yang lain.”, jelas Bapak Ramlan lagi. Apa yang kita lihat, belum tentu yang dapat membuat kita bahagia. Mata dapat menipu pikiran kita. Mengutip Lukas 11 : 34, Bapak Ramlan mengingatkan kita untuk menjaga mata kita tetap terang, melihat sesuatu dengan jernih dan benar, agar terang tubuh kita. Dengan mata yang terang melihat kebenaran, kita dapat kebahagiaan selalu dalam hidup kita.“Kita harus belajar untuk bersyukur. Cobalah belajar untuk melihat apa yang indah sepanjang perjalanan kita setiap hari. Cobalah untuk melihat bunga yang indah, mencium aroma wangi roti yang baru dipanggang, merasakan panas lembut sinar matahari atau mendengarkan kicau burung yang bernyanyi. Cobalah nikmati hal-hal yang sepertinya kecil ini. Sesungguhnya
Kebaktian Vesper ditutup dengan menyanyikan Lagu Sion nomor 59, “Tuhan Pliharakan”. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Ramlan Sormin. Jemaat berkumpul di halaman Gereja, berpegangan-tangan untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu "God Is So Good”. Setelah itu mengucapkan “Selamat Sabat! Selamat Sabat! Selamat Sabat! Tuhan memberkati! Halleluyah! Amin!”.