Jam sudah menunjukkan pukul 23:00 WITA pada hari Minggu 4 Oktober 2009, saat pesawat Garuda Indonesia yang membawa jenasah Ferdy Rusdiansyah tiba di bandar udara Sepinggan, Balikpapan. Di ruang tunggu bandar udara terlihat Pendeta A.S.M Tulalessy, Sekretaris Daerah GMAHK Kalimantan Kawasan Timur, Pendeta M. Sinambela, gembala jemaat Batu Ampar - Balikpapan, Pendeta K. Ginting, ketua jemaat Batu Ampar yaitu Dr. Edwin Suak dan Tommy Repi, majelis dan anggota-anggota jemaat Batu Ampar , serta keluarga besar Rusdiansyah dan Papudi menyambut datangnya Ibu Elda dan beberapa anggota keluarga yang tiba malam itu. Iring-iringan kendaraan membawa jenasah Ferdy Rusdiansyah ke Paguyuban Guang Zhao yang letaknya di samping gedung Kaltim Post. Kebaktian untuk keluarga yang berduka diadakan pada malam itu.Bapak Ronny Panelewen, salah seorang anggota majelis jemaat Batu Ampar, memimpin jalannya kebaktian penghiburan. Pdtm. Yosis Poke
membawakan renungan penghiburan. “Kematian adalah sesuatu yang lazim dan setiap manusia akan mengalaminya tanpa kecuali. Hanya saja setiap orang memiliki waktu yang berbeda. Walaupun kematian membawa perpisahan dari orang-orang yang dikasihi, namun berbahagialah orang yang mati di dalam kebenaran Tuhan. Mereka ini semua akan dibangkitkan kembali pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali. Dan kita semua yang setia akan kembali berjumpa dengan orang-orang yang kita kasihi yang telah mendahului kita.”, kata Pdtm. Yosis memberikan penghiburan kepada keluarga besar Rusdiansyah dan Papudi yang tengah berdukacita. Acara kebaktian penghiburan berakhir lewat dari tengah malam.Hari Senin 5 Oktober 2009, jam menunjukkan pukul 11:00 WITA. Tempat di Paguyuban Guang Zhao dipenuhi oleh jemaat Batu Ampar, dan pendeta-pendeta dari kantor daerah
maupun jemaat lain, yang akan mengadakan kebaktian pelepasan jenasah pagi itu. Pendeta M. Sinambela yang memimpin jalannya acara mengajak semua yang hadir menyanyikan lagu “Boleh Jadi Pada Waktu Pagi”. Pdtm. U. Malau melayangkan doa buka. Sebuah lagu pujian dari jemaat Batu Ampar berjudul “Janganlah Tawar Hatimu” memberikan kekuatan bagi keluarga besar yang berduka. Bapak Richard, kakak dari almarhum Ferdy, membacakan riwayat hidup dari Ferdy. Setelah itu keluarga Papudi menyanyikan sebuah lagu “Di Tempat Yang Lebih Tinggi”. Keharuan terasa menyeruak di ruangan itu. Keluarga Tjiang Gono Suhendra juga membawakan sebuah lagu berjudul “Kurindu MenyembahMu”.Pendeta E. Simanjuntak, Ketua Daerah GMAHK Kalimantan Kawasan Timur, membawakan khotbah pelepasan jenasah. “Kita tidak bisa mengukur atau menimbang dosa seseorang melalui cara kematiannya. Ada banyak orang yang memiliki persepsi kalau kematian seseorang itu tragis atau karena penyakit berat, maka dosa orang itu besar.
Iring-iringan kendaraan meninggalkan halaman Paguyuban Guang Zhao menuju ke tempat pemakaman kristen. Area pemakaman seluas 3 hektar ini berada di jalan Soekarno Hatta KM