Kebaktian Sabat
GMAHK Kemang Pratama
Pembicara : Pdt. H.J. Tielung
Sabat, 21 Juni 2014
GMAHK Kemang Pratama
Pembicara : Pdt. H.J. Tielung
Sabat, 21 Juni 2014
Kebaktian khotbah di awali dengan menyanyi dari LS No. 515 "Tuhan Ada Dalam Bait Allah" di pimpin oleh Chorister Sdri. Fidella Tambunan di iringi pianist Sdri Velan, dan musik pengiring kebaktian Biola Ivana Tobing dan Kanya Karman. Participant khotbah perlahan memasuki mimbar. Jemaat menyanyi dari LS No. 1 "Di Hadapan Hadirat Mu", dilanjutkan doa penghkhotbah yang dilayangkan oleh Pdt. H.J. Tielung. Bacaan ayat bersahutan di pimpin oleh Bp. David Tampubolon, terdapat dalam Yohanes 13:12-7, dibacakan oleh pemimpin dan jemaat secara bergantian. Sebagai lagu buka, jemaat menyanyi dari LS No. 284 "Eden Taman Yang Terindah", dilanjutkan doa syafaat dilayangkan oleh Sdr. Ridwan Sihombing. Sambutan doa, jemaat menyanyi dari LS 517 "Dengar Ya Tuhan Kami Berdoa". Bacaan persembahan di bawakan oleh Bp. Sontani Purnama, mengajak anggota jemaat untuk memberikan persembahan kepada Allah yang telah menjadi penebus dosa2 kita. Persembahan di jalankan oleh diakon diiringi musik instrumentalia, diakhiri dengan jemaat menyambut dengan menyanyi dari LS No. 21 "Pada Mu Allah Bri Puji", diakhiri doa persembahan yang di layangkan oleh Bp. Sontani Purnama.
Sebuah lagu istimewa di bawakan oleh Kayla Karman dengan judul "You are My All in All", dilanjutkan cerita anak yang dibawakan oleh Ibu Pdt. Tielung yang menceritakan bagaimana seorang anak berumur 4thn yang bernama Cooper, yang setiap pagi bersama ibunya mengantar kakaknya ke halte bis sekolah. Sampai suatu hari tanpa sengaja seseorang anak laki2 berusia 15htn mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan menabrak Cooper. Diketahui kemudian anak remaja tsb adalah tetangga yang tinggal tidak jauh dari kediaman keluarga Cooper. Saat menuju rumah sakit, nyawa Cooper tak dapat tertolong dan dia akhirnya meninggal. Orangtua dan remaja tsb datang menemui keluarga Cooper untuk meminta maaf. Pada awalnya mereka khawatir akan tanggapan keluarga Cooper, namun di luar dugaan ayah dan ibu Cooper dengan penuh kasih memaafkan tetangganya tsb. Bahkan ketika pengadilan akan mengadili perbuatan remaja tsb, ayah dan ibu Cooper meminta pihak pengadilan untuk tidak menghukumnya. Mereka katakan mereka telah memaafkannya dan meminta untuk tidak mengingat2 kembali kesalahan anak itu. Demikian pula dengan Yesus Kristus, sebesar apapun dosa dan kesalahan kita, oleh karena kasihNya kepada kita, Dia akan mengampuni kita dan tidak mengingat kembali kesalahan yang kita lakukan.
Ayat inti terdapat dalam Roma 6:23 dibacakan oleh Bp. David Tampubolon, dilanjutkan dengan jemaat menyanyi lagu penghantar khotbah "Tuhan Bersabda Padaku" dengan setengah suara. Judul firman Tuhan yang dibawakan oleh Pdt. H.J. Tielung adalah "Harga Penebusan Kita". Diawali dengan sebuah ilustrasi yang menceritakan sebuah kesaksian yang disampaikan seorang bintang film Hollywood yang bernama Jim Caviezel yang memerankan tokoh Yesus dalam sebuah film yang di release tahun 2004, berjudul "The Passion of the Christ". Penulis skenario sekaligus sutradara Mel Gibson tertarik untuk menjadikan Jim Caviezel untuk memerankan tokoh Yesus oleh karena penghayatan peran yang sangat baik di film2 yang dibintangi sebelumnya.
Dalam kesaksiannya, Jim Caviezel mengatakan 2 moment yang memerlukan penghayatan yang sangat mendalam, dan dia senang untuk melakukannya :
1. Saat dia harus memikul salib Yesus yang berukuran dan memiliki berat yang sama dengan salib yang asli. Beberapa kali terlihat dia hampir pingsan oleh karena berat salib yang di pikulnya. Bahkan bahunya sempat copot - terlepas saat pengambilan adegan memikul salib, dan memerlukan perawatan beberapa waktu lamanya. Sutradara Mel Gibson mengamati apa yang terjadi ketika itu, dan dia berpikir apa yang dilihatnya adalah sebuah penghayatan atas peran yang disodorkan kepada Jim Caviezel. Namun tidak bagi Jim Caviezel, dia benar2 melakukannya, penghayatan total. Layaknya dia adalah Yesus ketika itu. Melihat apa yang terjadi, Mel Gibson bertanya apakah dia (Jim Caviezel) masih mau meneruskan peran itu. Jim Caviezel menjawab dia tetap ingin meneruskan peran itu walaupun terlihat sangat tersiksa dan menderita. Dia melanjutkan, Yesus mampu dan kuat melakukan hal besar tsb (memikul salib menuju bukit Golgota), kenapa saya tidak mau melakukannya?.
2. Saat dia di cambuk, tubuhnya harus di lilit/dibungkus beberapa mili agar terhindar dari sakit ketika di cambuk. Demikian setelah di bungkus pun, dia masih merasakan sakit yang luar biasa pada bagian tubuh yang di cambuk.
Jim Caviezel senang melakukan peran itu. Bahkan melalui perannya dia mengajak penonton untuk bersama2 dengan dia menghayati peran Yesus, merasakan apa yang Dia rasakan ketika itu, dan tidak malu mengakui iman kita di hadapan banyak orang
Pengalaman Jim Caviezel mengingatkan kita akan apa yang pernah terjadi sekitar dua ribu tahun yang lalu. Kejadian 3:1-8 menjelaskan bahwa dosa telah memisahkan manusia dengan Allah. Manusia memiliki kecenderungan untuk tidak mendengar Allah, dan tidak suka dekat dengan Allah. Setan menjadi penghalang antara manusia dan sang Pencipta.
3 Hal yang Allah dapat lakukan ketika manusia jatuh ke dalam dosa:
1. Allah dapat saja membinasakan manusia sesaat setelah mereka jatuh ke dalam dosa.
2. Allah bisa saja membatalkan hukumNya.
3. Allah bisa saja memaafkan manusia atas dosa yang mereka lakukan.
Namun Allah tidak melakukannya. Dia tidak ingin merubah rencanaNya. Bahkan lebih jauh Allah berinisiatif untuk menutupi tubuh manusia yang berdosa itu dengan mengenakan mereka kulit binatang sebagai penutup tubuh yang telanjang. Kulit binatang menandakan bahwa ketika itu seekor binatang telah mati, dan bukan manusia itu. Kejadian 3:21 "Dan Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk istrinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka".
Yesus Kristus mengorbankan anak domba Allah untuk menebus dosa manusia. Allah sangat mengasihi kita sehingga Dia rela mati di kayu salib. Yohanes 1:29 "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata : "Lihatlah anak domba Allah yang menghapus dosa dunia".
Apa respons kita ?
Yohanes 3:16 "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal".
Yohanes 15:12 "Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu"
Matius 11:29 "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Kerendahan hati adalah penyerahan total hidup kita kepada Allah. Menjadi rendah hati tidaklah mudah. Menjadikan Dia teladan, dan meminta tuntunan Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupan kita, memampukan kita memiliki kerendahan hati. Membasuh kaki sesama manusia adalah wujud kerendahan hati yang Kristus ajarkan kepada kita. Kerendahan hati dapat memelihara setiap anggota jemaat agar tidak keluar dari pintu belakang. Tugas Diakon dan Diakones adalah memelihara kerendahan hati itu. Upacara perjamuan kudus dilakukan secara berulang2 untuk mengingatkan kita agar selalu memandang kepada Salib. Bukan kepada manusia karena mereka tidaklah sempurna seperti Allah Bapa di surga. Meminum anggur dan memakan roti perjamuan melambangkan bahwa manusia mati terhadap dosa dan dibangkitkan kembali menjadi manusia baru. KematianNya di kayu salib menjadi jaminan bahwa manusia yang percaya kepadaNya akan mendapatkan hidup kekal. Demikan Pdt Tielung mengakhiri firman yang dibagikan pada siang Sabat itu.
Untuk mengamini firman yang dibawakan, jemaat menyambut dengan menyanyi dari LS No. 244 "Hiduplah dalam Aku", diakhiri dengan doa tutup sekaligus doa pembasuhan kaki yang di layangkan oleh Pdt H.J Tielung. Selanjutnya adalah acara pembasuhan kaki dan perjamuan kudus meminum anggur yang melambangkan darah Yesus yang tercurah di kayu salib, dan memakan roti yang melambangkan tubuh Yesus yang tersalib.
Upacara perjamuan kudus di pimpin oleh ketua2 jemaat dan Pdt H.J Tielung, dilayani oleh para diakon Bp. Ramli Manurung, Sdr. Dodi Manurung, Bp. Dharlen Simanjuntak, Sdr. Herrys Kore, Bp. Richard Pelaupessy, Sdr. Michael Raintung, Sdr. Edward Simangunsong dan Sdr. Donny Ham. Diakones yang bertugas : Ibu Ully Tambunan, Ibu Lynda Karman, Ibu Tina Wira dan Ibu Odoria Pelaupessy.
Acara di akhiri dengan saling bersalaman, kemudian membentuk lingkaran, dan bergandengan tangan sambil mengucapkan "Selamat Sabat, Maranatha, Tuhan memberkati". Selanjutnya anggota jemaat bersama2 menikmati potluck.
Acara di akhiri dengan saling bersalaman, kemudian membentuk lingkaran, dan bergandengan tangan sambil mengucapkan "Selamat Sabat, Maranatha, Tuhan memberkati". Selanjutnya anggota jemaat bersama2 menikmati potluck.
Lynda Karman