Thursday, March 03, 2011

Seminar Diakon & Diakones

Minggu 27 Februari 2011, diakon dan diakones dari jemaat Kemang Pratama berkesempatan untuk mengikuti seminar “Diakon dan Diakones Melayani Jemaat” yang diselenggarakan oleh Sekretaris Asosiasi Kependetaan Konferens DKI Jakarta, bertempat di Gedung Pertemuan Advent, lantai 2, MT Haryono Jakarta.

Acara yang dimulai sekitar pukul 9 pagi, diawali dengan renungan yang disampaikan oleh Pendeta L Situmorang. Dalam renungannya , Pendeta L. Situmorang kembali menegaskan bagaimana pentingnya peranan diakon dan diakones didalam jemaat. Sebagai pelayan jemaat yang diurapi, keberadaan diakon dalam gereja termasuk sebagai salah satu “officer” bersama dengan ketua, sekretaris dan bendahara jemaat. Yang menjadi tugas utama dari diakon dan diakones dalam jemaat adalah sebagai orang pertama yang harus menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi didalam gereja. Hal ini adalah sebagai salah satu peranan diakon dan diakones sebagai orang yang turut terlibat didalam penginjilan. Dalam renungannya Pendeta L. Situmorang mengambil contoh Stephanus sebagai seorang diakon yang patut diteladani kehidupannya.

7 orang diakones dan 4 orang diakon , Bapak Dharlen , Bapak Mulana, Bapak Karman dan sdr. Didin, yang didampingi oleh Pendeta Sonny Kapitan dari jemaat Kemang Pratama yang hadir pagi itu tampak serius mengikuti penjelasan atas materi seminar yang disampaikan oleh Pendeta BAF Simanjuntak. Beberapa arti kata Diakon adalah hamba, pelayan, penulis, atau pembantu. Dalam pembahasannya pendeta BAF Simanjuntak juga menyampaikan tugas dan tanggung jawab Diakon dan Diakones di dalam jemaat, yaitu:

  • Pelayanan dalam perbaktian
  • Pelayanan dalam menjaga harta milik gereja
  • Pelayanan dalam upacara babtisan
  • Pelayanan sebelum dan sesudah perjamuan kudus
  • Pelayanan pada saat perjamuan Kudus
  • Pelayanan dalam penerimaan tamu-tamu
  • Pelayanan pada saat kedukaan/pemakaman
  • Pelayanan dalam perlawatan
  • Pelayanan dalam sakramen


Dianjurkan agar diakon dan diakones mengadakan majelis diakon dan diakones untuk menyampaikan beberapa ide atau usulan untuk kemudian dipilih berdasarkan prioritas yang akan menjadi program kerja diakon dan diakones sepanjang tahun. Diakon baru dapat menjalankan tugasnya setelah mendapatkan pengurapan. Tujuan pengurapan bagi diakon adalah agar para diakon lebih memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Ibu Linda dan ibu Meiske, tampaknya tidak dapat mengikuti seminar ini sampai akhir oleh karena harus mendampingi anak-anak yang ikut dalam acara “Children’s Talent Primary” yang saat itu juga sedang berlangsung di GMAHK MT Haryono I, begitu juga dengan ibu Lies dan ibu Sitimei yang terlibat sebagai juri dalam acara tersebut.

Seminar berlanjut dengan sharing dari beberapa jemaat yang hadir pagi itu. Beberapa permasalahan yang sering timbul dalam jemaat dan beberapa solusi yang diusulkan adalah sbb:

  1. Handphone (Hp).
  2. Laptop
  3. Pencucian alat-alat perjamuan dan sisa roti dan anggur
  4. Pelaksanaan pembasuhan kaki
  5. Pakaian saat kebaktian Sabat
  6. Keributan yang ditimbulkan oleh anak-anak kecil

Handphone (Hp).
Masih sering terdengar dering hp pada saat kebaktian, bahkan tidak jarang terlihat anggota yang berdiskusi melalui hp atau saat kebaktian berlangsung. Bahkan membaca Alkitabpun saat ini dilakukan lewat hp.
Beberapa usulan yang dianjurkan untuk mengatasi masalah ini adalah:
  • Mensosialisasikan agar pendeta dan seluruh anggota jemaat untuk tidak membuka Alkitab dari HP atau alat elektronik sejenisnya.
  • Seluruh anggota majelis tidak menggunakan HP di sepanjang acara kebaktian, selanjutnya kembangkan aturan ini kepada seluruh staff pegawai jemaat dan juga kepada anggota keluarganya.
  • Penerima tamu agar mengingatkan setiap anggota dan tamu yang hadir untuk menonaktifkan HP-nya di sepanjang acara kebaktian.
  • Mencetak selebaran berupa himbauan untuk menonaktifkan HP dalam acara kebaktian dan dibagikan kepada setiap orang yang hadir dalam perbaktian itu
  • Anjurkan kepada semua anggota jemaat yang punya akun facebook atau twitter atau akun lainnya untuk mensosialisasikan anjuran untuk menonaktifkan HP selama perbaktian berlangsung dan untuk membaca Alkitab dari buku Alkitab.
  • Bilamana Diakon mendapat kesempatan untuk berkhotbah, sampaikan khotbah tentang "Peribadatan" sebagai sarana sosialisasi dan penegasan pentingnya kesoleman dalam acara perbaktian.


Laptop

Seringkali terjadi keterlambatan dalam perbaktian oleh karena ada hambatan pada laptop yang digunakan. Penggunaan Projector terkadang membuat anggota tidak membuka Alkitab lagi oleh karena semua sudah tampil di layar. Oleh karena itu, diharapkan agar gereja-gereja yang memiliki fasilitas seperti itu dapat lebih bijaksana dalam penggunaannya.

“Wah, bener tuh. sepertinya ini hal yang baik yang bisa kita sampaikan digereja supaya kita bisa kembali membuka dan membaca dari buku Alkitab kita”, sambut ibu Yunita atas sharing tentang laptop yang juga disambut dengan tanda setuju dari ibu Adeline, ibu Tina, ibu Lamria dan ibu Sari.


Pencucian alat-alat perjamuan dan sisa roti dan anggur

Untuk handuk, tugas pencuciannya dilakukan oleh para diakones dan dalam pencuciannya tidak boleh diwakilkan oleh orang lain. Bilamana berhalangan untuk tugas ini lebih baik diberikan kepada diakones yang lain. Baskom dan alat-alat perjamuan lainnya, dicuci oleh para diakon setelah kebaktian tutup sabat. Sisa roti dan anggur yang sudah didoakan tidak boleh dimakan lagi dan jangan sembarangan dibuang tetapi harus dikuburkan

Pelaksanaan pembasuhan kaki

Pembasuhan kaki sebaiknya dilakukan terpisah antara pria dan wanita. Demikian juga dalam memberikan air untuk pencucian, pria dilayani oleh diakon dan wanita dilayani oleh diakones.

Pembasuhan kaki antara suami dan istri diperbolehkan tetapi dianjurkan untuk tidak dilakukan di setiap acara perjamuan karena tujuan pembasuhan kaki sendiri adalah saling mengampuni, yang bagi suami istri tentu bisa dilakukan bukan hanya pada waktu acara perjamuan suci. Bila ingin dilakukan, baiknya dilakukan setahun sekali saja, pada akhir tahun.

Pakaian saat kebaktian Sabat

Dalam perbaktian sabat, bagi wanita janganlah menggunakan celana panjang. Gunakanlah pakaian yang sopan. Bilamana ada anggota jemaat wanita yang menggunakan pakaian yang terlalu minim, adalah menjadi tugas diakones untuk memberikan himbauan dan nasehat agar dapat merubah cara berpakaian yang lebih sopan.Para Diakon dan Diakones harus menjadi contoh yang baik dalam cara berpakaian sehingga hal ini diharapkan akan menular kepada anggota-anggota jemaat lainnya.

Keributan yang ditimbulkan oleh anak-anak kecil

Untuk menjaga ketertiban dan kesoleman dalam perbaktian adalah menjadi tugas Diakon dan Diakones, tetapi yang bertanggungjawab terhadap anak-anak adalah orangtua masing-masing. Diakon dan Diakones boleh mengingatkan orangtua untuk menjaga anak-anak agar tidak membuat keributan didalam gereja.

Perlu juga disampaikan kepada jemaat agar tidak tersinggung bilamana ada diakon atau diakones yang menegur atau menasehati anak-anak agar tidak ribut, tidak berjalan-jalan atau berlari-lari di dalam gereja.


Diakhir seminarnya, Pendeta BAF Simanjuntak kembali menegaskan bahwa berbagai usulan-usulan yang akan dibuat demi kebaikan dan ketertiban di dalam gereja harus dibawakan dulu dalam majelis jemaat dan bilamana semua anggota majelis jemaat telah menyetujuinya maka hal ini harus disampaikan atau disosialisasikan kepada semua anggota jemaat, bahkan bilamana perlu dapat juga dilakukan konferensi jemaat.

Jam 1 siang, acara seminar ini selesai. Semoga seminar ini dapat menolong para Diakon dan Diakones semakin giat dalam melayani jemaat dan bersaksi dengan sungguh-sungguh untuk meneguhkan umat Tuhan dan menuntun banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Tuhan memberkati.

-anyelir jingga-