Tuesday, March 29, 2011

Ala Bisa Karena Biasa

Lukas 6:35, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”


“Ayo bang, ikan yang ini kelihatannya belum abang sentuh. Ikan itu memang disisakan hanya untuk abang saja. Aku sudah ngambil jatah cukup banyak nih. Lihat saja piringku. Sudah penuh dengan duri ikan dan sambal yang pedesnya minta ampuuun.... Sementara piring abang masih mulus belum berwarna-warni.”, demikian celetuk saya pada saat saya dengan beberapa rekan-rekan mengadakan makan pagi menjelang siang bersama di salah satu restoran manado yang cukup terkenal di bilangan daerah Jakarta Selatan. "Waduh, kayaknya kalo makan ikan yang itu aku nggak kuat deh. Melihat saja, aja aku sudah merasakan pedasnya", jawabnya kepadaku. Maklum restoran Manado memang terkenal dengan bumbu masakan yang serba pedas, dengan bumbu acar yang pedas pula. Pokoknya nggak ada yang nggak pedas, kalau masakan di restoran Manado.

Pagi menjelang siang itu terhidang dengan rapi sayur bunga papaya yang tentunya ada rasa pahit namun tidak sepahit biasanya karena didominasi rasa pedas bumbu masakan. Demikian juga dengan sayuran lainnya yang hampir sepahit sayuran terdahulu namun tetap rasa pedasnya lebih mendominasi. Ayam rica-rica dengan bumbu cabe hijaunya yang memenuhi masakan juga telah terhidang di hadapan kami bersama dengan beberapa jenis ikan yang tentunya semuanya terasa pedas. “Dulu bang, pertama kali aku makan masakan Manado, wow …! Teriak dan kaget aku waktu gigitan pertama rasa pedesnya bikin bibirku terasa terbakar...!! Pokoknya keringat abiss dah kalo sudah menyantap makanan seperti ini. Tapi setelah berkali-kali menikmati makanan seperti ini, akhirnya biasa saja jadinya. Nggak sepedes yang dulu lagi...”, demikian aku bertutur kepada salah seorang teman disampingku. Serta merta ia pun menjawab, “Itulah mungkin namanya ala bisa karena biasa ya? Makanya kamu sudah nggak terlalu kepedasan lagi".

Pisau yang tumpul jika selalu diasah, lama kelamaan akan menjadi tajam. Batu padas sekalipun jika setiap hari ditetesi air, lama kelamaan akan menjadi luluh dan mudah dihancurkan. Demikian perintah agung dari Allah yang sangat mudah untuk diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan, yakni mengasihi musuh dan mendoakan mereka, akan dapat kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari jika kita meminta Roh Kudus bekerja di dalam diri kita. Lupakan siapa sesungguhnya diri kita. Jangan pernah berhitung dengan apa yang kita miliki. Jangan kita yang membuat ukuran kebaikan dan kehebatan atas apa yang ada pada diri kita namun biarkan Allah yang mengukur segala keberhasilanmu, maka kita sanggup untuk mengasihi musuh dan mendoakannya bahkan memberikan pertolongan tanpa mengharapkan balasan. Mengasihi orang yang telah mengasihi kita itu adalah hal biasa, dimana orang jahat sekalipun mengerti mengasihi orang yang berbuat baik kepadanya. Namun mengasihi, mendoakan dan memaafkan musuh adalah hal yang sulit dilakukan jikalau kita mementingkan ego diri kita. Apa bedanya kehidupan keagamaan kita jika kita hanya mengasihi dan memaafkan orang yang mengasihi serta memaafkan kita sama seperti orang jahat juga melakukan hal yang sama? Oleh sebab itu perlu belajar kepada Yesus yang mengosongkan diriNya dan tidak memperhitungkan kemuliaan yang ada pada diriNya demi membela saudara dan saya. Masihkah kita tidak mau mengasihi dan mengampuni musuh kita? Renungkan akan hal ini, dan Allah menolong hidup kita hari ini. Amin.


Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.