Saya harus bekerja paruh waktu di sebuah supermarket “MOM” dari jam 7 malam sampai jam 12 malam. Hal ini harus saya lakukan demi mencukupi kebutuhan hidup dan biaya kuliah saya di luar negeri. Pekerjaan saya di bagian sayur-sayuran dan buah–buahan. Termasuk di dalamnya merapihkan, mengemas, dan menata. Tidak seperti biasanya, malam itu pekerjaan saya cepat selesai. Juga entah mengapa, hari itu saya ingin pulang lebih awal sebelum supermarket tutup. Kebetulan pula, hari itu adalah jadwal gajian dimana pembayaran gaji diterima dalam bentuk uang tunai. Biasanya saya pulang dengan sepeda bersama dengan dua atau tiga rekan kerja yang juga berkebangsaan Indonesia. ”Eh, teman-teman, aku pulang duluan yaa. Kerjaan sudah beres”, kata saya untuk berpamitan kepada mereka yang biasa pulang bersama. “Nggak sama-sama saja? Sebentar lagi kan jam 12”, jawab salah seorang teman. “Nggak deh. Hari ini saya pulang duluan ya...”, sahut saya. Akhirnya saya pulang jam 11, satu jam lebih awal dari biasanya. Perjalanan pulang ke apartemen dapat ditempuh melalui jalan pintas melewati jalur persawahan yang jarak tempuhnya relatih lebih singkat, walaupun harus melalui jalanan yang agak gelap dan sepi. Kita dapat juga melewati jalan biasa yakni menyusuri jalan raya utama yang lebih terang dan ramai. Namun malam itu entah mengapa saya memilih jalan pintas.
Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Sambil mengayuh sepeda, saya menyusuri jalanan sepi yang agak gelap namun sesekali ditemani oleh cahaya remang-remang dari lampu lalu lintas. “Hei tunggu!”, tiba-tiba saya mendengar suara orang memanggil dari belakang. Saya tidak hiraukan suara itui sambil berpikir itu mungkin orang mabuk dan ia bukan memanggil saya. Sepeda yang saya tumpangi pun mengayun lebih cepat, namun orang itu juga semakin menambah kecepatannya berlari untuk mengejar saya dan kemudian mencengkeram tangan saya. Saya pun kaget dan terjatuh ke pinggir jalan, bahkan tidak dapat melihat wajah perampok itu karena gelapnya malam. Namun, jelas saya melihat ada tiga sosok tubuh yang mendekati saya. Satu orang mendekati saya dan dua orang ada di belakang saya. “Keluarkan uang kamu!”, teriak perampok itu dengan menghadapkan mukanya ke depan saya, sambil menutup sebagian wajahnya dengan kaos warna merah yang dipakainya. Rasanya ingin melawan, tetapi akhirnya saya berdoa dalam hati dan berseru kepada Tuhan, ”Tuhan, tolong saya. Amin”. Seketika itu juga saya mendengar seperti ada suara berbisik, “Kasih saja uangmu, tidak perlu khawatir ”. Tanpa pikir panjang saya pun mengeluarkan amplop yang berisi gaji saya dan segera perampok itu mengambilnya, kemudian kabur secepat kilat. Saya menelepon teman dan melaporkan kejadian ini ke polisi untuk mencari pelakunya.
Kekhawatiran saya muncul sangat besar karena gaji tersebut akan saya gunakan untuk membayar uang ujian dan membayar sewa apartemen. Namun dibalik kekhawatiran saya, doa syafaat pun saya layangkan kepada Allah memohon petunjuk dan pertolonganNya. Ajaib dan Perkasalah Allah yang menciptakan kita oleh sebab ia memiliki seribu satu macam cara untuk menjawab doa kita. Saya pun mendapatkan bonus tiga kali lebih besar dari gaji saya yang habis diambil perampok itu. Ajaibnya Tuhan. Sebab karyawan paruh waktu, tidak biasanya mendapatkan bonus kerja. Masihkah anda dan saya memiliki keraguan untuk berjalan bersama Allah setelah kita mengalami berbagai bentuk keajaiban dan kebaikanNya? Sekali-kali tidak. Sebab Ia sanggup melakukan apa pun demi memenuhi keperluan hidup kita yang kita mintakan melalui doa, yang diserta iman dan penyerahan. Alamilah kuasa dan keajaiban-Nya hari ini dan jadilah teguh. Berjalan dengan langkah pasti sebab Allah di pihak kita. Allah memberkati kita sekalian.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.