2 Korintus 9:10, “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.”
Hari itu berketepatan hari libur nasional, saya dan istri mengadakan perjalanan ke kota lain dengan jarak tempuh kurang lebih dua jam untuk menghadiri pesta pernikahan keponakan. Perjalanan kami lalui dengan situasi menyenangkan bahkan kami dapat menggapai lokasi dengan mudah atas bantuan alat navigasi perangkat lunak yang mendampingi perjalanan kami walaupun lokasi tersebut belum pernah kami kunjungi sebelumnya. Tentu menyenangkan dapat bertemu dengan seluruh saudara, kerabat dan handai taulan yang turut memeriahkan pesta pernikahan tersebut pada sore itu.
Tiba waktunya bagi seluruh undangan untuk memasuki ruangan resepsi dan siap untuk bersantap jamuan makan. Saya mengambil waktu bersilaturahmi sejenak dengan beberapa sahabat-sahabat seperkuliahan sekitar 20 tahun yang silam menghadiri pesta resepsi. Pikiran saya terarah kepada satu topic pembicaraan dengan seorang sahabat yang berprofesi sebagai Pendeta. "Pak, kami sangat bangga dengan keluarga bapak yang pesta ini", ujar sang Pendeta yang berasal dari propinsi tanah kelahiran yang sama dengan saya. Oh, gitu Pak ya? Memangnya kenapa dengan keluarga abang kami sehingga kalian membanggakan mereka? Bapak tau gak ya kalo katering pesta ini mendapatkan potongan sebesar 50% dari harga normal, organ tunggal ini gratis, pemberian salah seorang musisi yang berketepatan satu marga dengan kalian, ujar beliau menceritakan kepada saya. Mobil pengantin gratis juga pemberian dari keluarga kalian, lebih lanjut bercerita tentang banyak hal yang baik dari kehidupan keluarga abang sepupu kami. Keluarga ini tergolong miskin dari sudut materi, namun kaya dalam akhlak dan moral. Perilaku hidup sehari-hari mereka membuat orang lain tidak dapat mengukur harga diri keluarga ini. Mereka hidup bersahabat rukun dengan tetangga, sahabat-sahabat di gereja dan dengan lingkungan lainnya. Hidup bersahaja, aktif dalam semua jenis kegiatan gereja dan masyarakat, tidak gampang menyerah dan tidak suka menerima belas kasih orang lain dengan begitu saja tanpa mengeluarkan keringat mereka. Demikian sang Pendeta menceritakan secara terperinci tentang keluarga ini.
Saudaraku, saya terhenti sejenak berpikir menyelami semua cerita ini sambil bertanya dalam hati. "Apa kehadiran keluarga saya sudah memberitakan hal-hal yang baik bagi orang lain sama seperti keluarga abang ini? Pemikiran berikutnya yang muncul dalam benak saya, "Betapa ajaibnya Allah bagi orang yang sungguh-sungguh dalam pelayanan, tulus dalam perbuatan dan bekerja sepenuh hati untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Sungguh, tangan Allah tidak kurang panjang untuk memberikan apa yang kita perlukan bahkan ia sanggup mengirimkan orang lain memenuhi seluruh keperluan kita sama seperti ketika Allah memeliharakan Elia lewat seekor burung gagak di tepi sungai Kerit. Masihkah kita ragu untuk mengikut Tuhan sepenuh hati dengan mengingat perbuatan ajaibNya setiap hari. Allah menolong mencelikkan mata rohani kita melihat berkatNya hari ini. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.