Galatia 6:2, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikian kamu memenuhi hukum Kristus.”
Pagi itu setelah kurang lebih tiga setengah jam perjalanan udara, aku mendarat dengan mulus di bandara Sam Ratulangi, Manado. Udara yang sejuk, matahari yang bersinar terang dan langit biru yang cerah, semuanya itu tentu saja membantu pendaratan pesawat kami dengan manis. Sebelum meninggalkan bandara SamRat, panggilan akrab bandara Sam Ratulangi, aku sempat membaca kata-kata bijak dalam bahasa daerah setempat yang kira-kira berbunyi demikian : “Sie Tou Timou Tu Moutou” yang dalam terjemahan bebasnya kurang lebih berarti: “Kita hidup untuk memberikan kehidupan kepada orang lain.” Dalam hati diam-diam saya terkesan dengan slogan sederhana tapi sangat mengena ini.
Dari bandara kami langsung menuju sasaran pertama yaitu “nasi kuning saroja”. Dihidangkan dengan ikang cakalang, sambal roa, serta telor ayam rebus sebagai topingnya dan nasi kuning hangat yang masih mengepulkan asap, sungguh mengugah selera setiap orang pada pagi itu. Sampai-sampai seorang teman yang ketat berdiet nasi pun, harus membatalkan niatnya untuk menolak hidangan khas ini. “Hai kawan, setahuku kamu tidak makan yang namanya nasi. Apa aku tidak salah lihat? Pagi ini, kamu ada perubahan dengan pola makanmu”, ujarku. “Nasi yang lain bisa kulewatkan, tapi tidak untuk yang satu ini”, komentarnya. “Sejalan dengan kekhasan hidangan nasi kuning saroja ini, kamu akan dapati bahwa daerah ini mempunyai kekhasan yang lebih istimewa lagi”, kata teman yang satu lagi. Coba saja lihat penduduk daerah ini. Kebanyakan dari mereka, hidup dengan sederhana dan tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu. Tapi coba perhatikan gereja mereka, bangunannya relatif besar, indah dan terbuat dari bahan bangunan yang permanen – yaitu dari beton. Hebatnya lagi setiap kampung di daerah ini, membangun gerejanya sendiri dengan semangat persaudaraan yang besar. Padahal jarak dari satu kampung ke kampung berikutnya hanya sekitar satu sampai dua kilometer saja. Alhasil ada banyak gereja yang saya lihat di sepanjang perjalananku mengelilingi daerah sekitar sini. Di tempat ini betul-betul dapat kurasakan rasa kasih dan hormat peduduknya kepada Tuhan, Sang pencipta, dengan membangun rumah Tuhan sebaik mungkin, bahkan sangat jauh lebih baik dan lebih mentereng dari pada rumah pribadi mereka.
Karena kunjunganku yang cukup singkat dalam beberapa hari saja, sangat disayangkan aku tidak sempat bergereja di daerah ini. Tapi semangat bersatu untuk membangun serta saling memelihara satu dengan yang lain, telah membuahkan banyak gereja yang besar dan indah dibangun di tempat ini. Dengan demikian pujian syukur kepada Tuhan lebih banyak lagi didengungkan dari tempat ini. Tanahnya yang subur dan diberkati memberikan kecukupan persediaan padi, umbi-umbian, sayur-sayuran dan buah-buahan bagi penduduk di tempat ini, terlebih lagi lautnya yang kaya akan ikan, memberikan tambahan gizi bagi penduduk disini. Tuhan begitu baik kepada kita semua umatNya, besar-kecil, tua-muda, kaya ataupun miskin. Tuhan tidak pernah membeda-bedakan umatnya, semuanya diperhatikan, dipelihara, dan disayang. Allah begitu baik, marilah kita mengasihi Tuhan, dengan saling melayani sesama kita dalam ke seharian kehidupan kita. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.