Wednesday, March 30, 2011

Digendong Sampai Ubanan

Yesaya 46:4, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”



“Kakak, Adek! Ayo, matiin TV nak. Sikat gigi. Terus masuk kamar! Kita mau berdoa lalu tidur. Sekarang udah jam setengah sembilan malam. Sudah waktunya tidur supaya besok nggak terlambat bangun jadi nggak terlambat juga ke sekolah”, demikian perintah saya kepada kedua anak saya. “Sebentar dong Pa. Filmnya nanggung nih. Sebentar lagi juga selesai kok. Paling juga jam sembilan filmnya selesai”, jawab anak saya yang tertua sambil asyik menonton dan mengikuti alur cerita yang ada di TV. Boleh dikatakan hampir setiap malam saya pasti memerintahkan hal yang sama kepada anak-anak saya terkecuali saat saya harus pulang malam ke rumah oleh karena menghadiri acara kebaktian di gereja atau ada kunjungan ke tempat lain yang memang perlu.

Segera setelah anak-anak saya memasuki kamar tidur, saya pun biasanya mendampingi mereka. Kami akan berdoa bersama, lalu mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur dan meminta mereka tidur. “Pa, mau dong dipijatin kelopak mata dan dahi kakak seperti biasanya”, pintanya kepada saya. “Iya Pa, adek juga mau donk digarukin punggung biar cepat tidur”, pinta anak saya yang bungsu. Kebiasaan ini sudah mendarah daging bagi anak-anak saya sejak mereka mulai memasuki usia enam tahun. Itulah sebabnya setiap kali saya mengantar mereka untuk tidur pasti meminta hal yang sama untuk dilakukan. Bagi saya, ini adalah suatu kenikmatan yang istimewa dapat memberikan perhatian dan pelayanan yang mereka sukai bagi anak-anak saya gantinya merasakan itu sebagai beban. Adalah menjadi kebiasaan saya untuk selalu menjenguk kedua putri saya ke kamarnya, memastikan selimut anak-anak saya menyelimuti tubuh mereka serta memastikan suhu pendingin di kamar mereka tidak terlalu dingin atau terlalu hangat supaya mereka dapat tidur nyenyak. Hal ini telah saya kerjakan dengan senang hati berpuluh tahun lamanya sejak kami dikaruniai anak sebelas bulan setelah usia pernikahan kami. Betapa bersyukurnya kami atas kehadiran mereka.

Kalau saja kita sebagai orang tua berusaha semaksimum mungkin untuk memberikan perhatian dan menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak kita, apalagi Bapa kita yang di surga yang tidak pernah terlelap dan tidak pernah tertidur berjanji akan tetap menggendong kita sampai tua. Allah tidak saja hanya menggendong kita namun ia memikul dan menyelamatkan kita. Bilamana anak-anak kita menaruh rasa bangga dan sayang kepada kita orang tuanya karena segala apa yang telah kita perbuat kepada mereka, kita lebih pantas dan patut berbangga oleh karena orang tua yang kita miliki yakni Khalik serwa sekalian alam itu mampu memberikan yang dunia tidak dapat berikan kepada kita dan tak ternilai harganya. Tidakkah kita pantas bersyukur dan berterima kasih oleh sebab Allah yang kita kenal adalah Allah yang Peduli? Masihkah kita ragu untuk memegang janjiNya bahwa Ia akan menggendong kita hari ini, esok dan seterusnya sama seperti Ia telah menggendong kita di hari-hari yang telah kita lewati. Semoga saudara dan saya mengerti kebaikan Tuhan bagi kita.


Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.