Pada hari Sabat 12 Maret 2011, kami berkesempatan bersabat di Jemaat Bukit Zaitun, Cibadak - Sukabumi. Jemaat kecil ini merupakan anak dari jemaat Sukabumi yang telah di organisir bebarapa tahun yang lalu. Walaupun jemaat ini kecil, namun, Puji Tuhan, jemaat ini dapat berbakti di sebuah gedung yang memang diperuntukan untuk kebaktian.
Sedikit sejarah mengenai pendirian jemaat Bukit Zaitun ini: Jemaat ini berawal dari cabang sekolah sabat dari jemaat Sukabumi. Seingat kami, pada saat penggembalaan pdt. R. Sinambela (Alm), sekolah sabat cabang telah dilaksanakan di daerah Cibadak. Saat itu, kebaktian sekolah sabat dilakukan di rumah keluarga bapak Mansyur (Alm). Kegiatan ini tetap berlanjut saat jemaat Sukabumi digembalakan oleh Pdt. James Tambanon. Namun, setelah sekian lama berjalan, kegiatan ini tersendat dan bahkan terhenti. Setelah sekian lama tidak ada aktivitas, dengan pencanangan program KPA yang dikumandangkan oleh konferens DKI Jakarta dan sekitarnya, maka cabang sekolah sabat Cibadak ini dimulai kembali, bahkan menjadi sebuah jemaat di Konferens DKI Jakarta dan sekitarnya dibawah pengembalaan Pdtm. Samuel Sumampouw. Kini, jemaat Bukit Zaitun digembalakan oleh Pdt. Brame Sondakh dan melakukan kebaktian di sebuah gedung, atas kebaikan pemiliknya. Memang, saat jemaat ini diorganisir, gedung dan lahan (taman rekreasi) itu adalah milik salah satu anggota jemaat (Pendiri), namun karena kel, Eddy Marlisa (pemilik yang lama) pindah ke luar kota, maka tempat itu di jual kepada orang lain.
Saat kami menghadiri perbaktian di jemaat ini, terasa sekali suasana kekeluargaan dalam jemaat ini. Dengan anggota yang hanya sekitar 20 orang saja, jemaat yang digembalakan oleh Pdt. Brame Sodakh ini dapat membangun perbaktian yang solem. Tidak terdengar bisik-bisik yang kadang menggangu perbaktian. Bahkan anak-anak duduk manis di dekat orang tua mereka. Semua berlangsung dengan tertib dan hikmat.
Pada acara khotbah, yang membawakan pekabaran khotbah adalah Pdtm. John Firmanto, yang merupakan guru Alkitab di Perguruan Advent Sukabumi. Diawali dengan pembacaan ayat Alkitab bersahutan yang diambil dari Mazmur 133:1-3, kemudian dilanjutkan dengan lagu pembukaan "Adakah Yesus Lindung Aku" dari Lagu Sion no. 123. Doa pembukaan sekaligus doa syafaat dibawakan oleh bapak Sontani Purnama. Bacaan persembahan dibawakan oleh bapak Silas Banu, yang merupakan ketua jemaat Bukit Sion. Usai diakon mengumpulkan persembahan, kembali bapak Sontani Purnama melayangkan doa syukur atas persembahan yang sudah dikumpulkan. Sabat ini cerita untuk anak tidak ada, oleh sebab itu acara dilanjutkan dengan mendengarkan lagu pujian yang dibawakan oleh kel. Sontani Purnama.
Ayat inti pekabaran sabat ini diambil dari Kejadian 17:1 "Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela". Pdtm. John Firmanto memulai khotbahnya dengan menceritakan bagaimana dunia sudah rusak. Ada gempa bumi, ada tsunami, kebakaran dan lain-lain. Ini semua disebabkan karena bumi sudah tidak kuat lagi, karena manusia sudah melanggar 10 hukum. Ada suatu pengalaman unik sekaligus ironis, saat pembicara melakukan perjalanan laut di daerah Sulawesi Utara. Saat itu, kapal yang ditumpangi oleh pembicara terhantam badai. Badai yang mengamuk membuat semua orang ketakutan dan berteriak-teriak. Doa-doa sudah dilayangkan, namun badai tidak kunjung berhenti. Akhirnya, beberapa orang menyanyikan lagu "El Shaddai". El Shaddai - Allah Maha Kuasa. Dan benar, setelah lagu itu dinyanyikan, badai mulai mereda. Semua bersuka cita. Namun, dalam sukacita mereka, bukan pujian yang dilayangkan, namun lagu "El Shaddai" berubah menjadi lagu "Pato-pato". Dalam Matius 28:18 dikatakan "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi". Yesuslah yang Maha Kuasa. Tidak ada persoalan apapun yang tidak dapat diselesaikan oleh-Nya.
Diakhir perbaktian, semua yang hadir bersalaman dan membentuk lingkaran, kemudian mengucapkan selamat sabat 3x, Haleluhya. Amin. Usai perbaktian, acara dilanjutkan dengan potluck. Sungguh suatu perbaktian yang penuh dengan kekeluargaan.
Tuhan Memberkarti.
-aster ungu-