Tuesday, March 01, 2011

Nilai Sebuah Kehidupan

Yesaya 53:5, “Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh.”

Ketika kami belum menyelesaikan obrolan sore itu, Anton tetangga saya, menggandeng tangan Bobby, anaknya yang baru berusia 5 tahun dan mengajaknya untuk memasuki kamarnya yang saat itu dalam keadan berantakan. “Nak, ayo kita beresin mainanmu yang berceceran ini yuk. Enggak enak kan mata melihat barang-barang berantakan dimana-mana”, ajaknya sambil aku tetap perhatikan terus kejadian itu. Tidak lama setelah selesai membereskan mainan yng berserakan dikamar Bobby, Anton pun kembali menemui saya dan melanjutkan obrolan kami sambil melanjutkan cerita yang sempat terputus. Ia menceritakan pengalamannya ketika ia berusia sama seperti usia Bobby, anaknya saat ini.

"Ada satu pengalaman yang aku tidak bisa lupakan, bahkan itu sudah menjadi satu batu sandungan dalam hidupku sampai aku dewasa, "kata Anton melanjutkan pembicaraannya. “Oh begitu?,” ujarku sambil lanjut bertanya, “Memangnya hal apa yang sudah menjadi batu sandungan itu?” Anton pun melanjutkan ceritanya yakni dia pernah lalai untuk mendengarkan dan menurut permintaan ibunya untuk membereskan kamarnya yang sangat berantakan. Walaupun dia sudah di peringatkan berulang-ulang, karena dia sedang asyik bermain dengan mainannya, dia tidak menghiraukan perintah ibunya. Akhirnya, ibunya pun marah dan menghukum Anton, bahkan memukul Anton dengan ikat pinggang ayahnya sambil mengatakan bahwa Anton anak nakal yang tidak mendengar perintah orang-tua. Demikian berkesannya kejadian itu, sehingga Anton masih saja selalu mengingat peristiwa itu sampai dia dewasa. Aku pun bertanya,“Apa sih hal yang masih mengganggu pikiranmu sampai engkau sudah dewasa saat itu?” "Iya, aku enggak mampu berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaanku, apabila aku mengingat kata-kata ibuku yang mengatakan bahwa aku ini anak yang nakal dan tidak berguna," jawab Anton. Perasaan itu selalu menghantui Anton dalam segala aspek kehidupannya. Sampai suatu saat Roh Tuhan menunjukkan kepadanya bahwa sesungguhnya Yesus yang lebih menderita, karena ketika Anton dipukul ibunya saat itu, disitu Yesus hadir dan mengambil tempat Anton. Ketika ibunya memukulnya dengan ikat pinggang, disitu Iblislah yang datang dan bukan ibunya.

Yesus telah menanggung segala pukulan kita, yang disebabkan oleh godaan iblis, bilur-bilur kita ditanggungNya agar kita pun bebas dari hukuman dosa. Setan selalu berusaha untuk membuat kita menderita dengan berbagai cara namun kita puji Tuhan karena kita mempunyai Yesus, yang merasakan semua penderitaan kita dan ditanggungnya dikayu salib, sehingga kita bebas dari hukuman dosa dan mendapatkan hidup yang kekal, gantinya kematian. Mari kita naikkan ucapan syukur kepada Allah atas kasih dan rahmatNya yang tak terbilang.

Selamat bekerja !


Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.