Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Mazmur 90:12.
Musim panas hampir berlalu, kebun kami telah melewati masa puncaknya dan kemarin saya mendengar desau pertama dari daun-daun kering yang berguguran tertiup angin di jalan. Hari ini dalam perjalanan saya ke kota saya berhenti dibelakang bus ekolah, betapa cepat musim berganti.
Tetapi TUHAN mempunyai waktu dan tujuan untuk segala sesuatu dan walaupun banyak yang mengkwatirkan proses ketuaan, saya senang pada kata-kata Tyron Edwards: “Usia tidak bergantung kepada tahun-tahun, tetapi pada tempramen dan kesehatan… Beberapa orang merasa diri cepat tua dan beberapa tidak merasa demikian.
Ketika saya bercermin, saya kaget melihat diri saya: rambut mulai memutih, dagu mengendur, beberapa lagi bintik-bintik ketuaan dan garis-garis yang semakin dalam bila sedang tertawa. Didalam hati saya merasa berusia 25 tahun, usia yang mendabakan kehadiran anak-anak, membentuk rumah tangga dan mengejar karir; atau saya berusia 35 tahun yang sibuk mengantar anak-anak ketempat-tempat kegiatan mereka pulang dan pergi; atau mungkin saya berusia 45 tahun dengan rumah penuh dengan anak-anak remaja yang menuntut emansipasi sama seperti saya. Tetapi 65 tahun dan lebih-benarkan itu diri saya?
Maka saya dapati diri saya merenung seperti Raja Salomo, apa artinya hidup ini? Saya tahu “untuk segala sesuatu ada masanya untuk apapun dibawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk meninggal” (Pkh 3:1,2). Tetapi lebih penting lagi bagaimana saya menghidupkan kehidupan saya agar bisa memperoleh hati yang bijak seperti yang dikatakan Salomo?
Kata-kata Jean Paul Richer memberi wawasan: Bagai mimpi dipagi hari, semakin lama kita hidup terasa hidup ini semakin cerah dan alasan dari segala sesuatu itu tampak semakin jelas. Sebagaimana musim salju menggugurkan daun-daun disekitar kita, agar kita dapat melihat daerah-daerah yang jauh yang tadinya tersembunyi, demikian juga usia tua mengambil kesenangan kita hanya untuk memperluas prospek menjelang kekekalan.
Dan buah pikiran E.H. Chapin juga memberikan pengharapan: “Seorang Kristen lanjut usia dengan rambut yang memutih seperti salju dapat mengingatkan kita bahwa semakin memutihnya hal-hal itu didunia menunjukkan semakin dekat ke surga”.
Nantikanlah setiap hari yang baru bukan sebagai tanda semakin tuanya usia, melainkan untuk potensi yang mengagumkan dari pertumbuhan lebih dekat ke surga dan kepada Yesus Kristus, yang menyediakan tempat di surga.