"Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." Lukas 6 : 43–45
Sebagai umat pilihan yang diproses oleh TUHAN untuk menjadi serupa dengan gambar-NYA dan memiliki standar kebaikan seperti yang dikehendaki-NYA, sesungguhnya tidak ada alasan sama sekali bagi kita untuk menjadi sombong atau angkuh. Mengapa? Karena kebaikan yang ada pada kita itu bukan kebaikan secara lahiriah, bukan kebaikan yang artifisial. Meskipun kebaikan kita terbaca, terekspresi, terkristal secara konkret dalam bentuk yang dapat dilihat dan dirasa, kebaikan kita itu berangkat dari batin kita. Menyadari bahwa kebaikan itu berangkat dari dalam hati atau batin akan mengajarkan kita memahami apa artinya rendah hati. TUHAN Yesus memperingatkan orang-orang Yahudibahwa pohon dikenal dari buahnya. Jadi orang yang baik mengeluarkan kebaikan dari hatinya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan kejahatan dari hatinya yang jahat. Jadi, jika seseorang sengaja menunjukkan kebaikannya di mata orang, atau sengaja membanggakan kelakuan baiknya didepan orang, maka ia belum memiliki kebaikan itu dan ia tidak tahu apa sebenarnya kebaikan itu. Ini bedanya kebenaran Kristiani dengan keberagamaan. Keangkuhan lahiriah itu terekspresikan dari hatinya yang sombong, sehingga di mata TUHAN itu bukan kebaikan, melainkan kejahatan.
Kita sering melihat ada orang Kristen secara langsung atau tidak langsung, secara terselubung atau terang-terangan, ingin menunjukan kebaikannya di mata orang lain. Tak jarang ia berusaha membandingkan dirinya dengan orang lain dan seolah-olah ia ingin membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Orang-orang seperti ini belum mengerti apa itukebaikan, sebab kebaikan-kebaikan lahiriah yang tidak berasal dari batin adalah munafik. Kebaikan dari dalam akan terekspresi secara konkret, maka sikap batiniahnya memahami benar apa artinya rendah hati. Kerendahan hati akan mencegah seseorang menjadi sombong. Dalam hal ini kerendahan hati sifatnya sangat pribadi: jika seseorang melakukan suatu kebaikan karena mengharapkan pujian atau karena gerakan hatinya yang mencintai TUHAN, hanya TUHAN lah yang dapat menilainya dengan sempurna. Tetapi sebagaimana buah yang tidak baik merupakan hasil dari pohon yang tidak baik, orang yang sombong pastilah tidak baik. Sebagai anak-anak TUHAN yang diajar untuk memiliki sikap batiniah yang baik, kita harus belajar memahami kebenaran yang sejati, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan adalah dorongan pikiran dan perasaan yang telah diimpartasikan oleh TUHAN di dalam diri kita. Batin yang baik niscaya membuahkan perbuatan yang baik.