Thursday, September 30, 2010

BENTURAN KONSEP

Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehaendaki Aku perbuat bagimu?" Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" Markus 10 : 35–38


Konsep yang berbenturan antara TUHAN Yesusdan murid-murid-NYA ternyata berulang-ulang terjadi menurut catatan Alkitab. Benturan konsep ini terutama mengenai kerajaan Israel yang akan dipulihkan oleh TUHAN. Kedua anak Zebedeus yaitu Yakobus dan Yohanes meminta agar mereka menjadi pejabat di sebelah kanan dan kiri Yesus saat TUHAN Yesus memerintah sebagai Raja. Ini juga menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti pemerintahan TUHAN Yesus. Mereka memiliki konsep bahwa kerajaan yang akan dibangun TUHAN Yesus adalah kerajaan di dunia ini. Itulah sebabnya TUHAN Yesus menjawab mereka, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.” (ay. 38) Benturan konsep juga terjadi di kesempatan lain. Contohnya, Petrus melarang Yesus pergi ke Yerusalem, sebab ia takut Yesus akan terbunuh dan harapan mereka memiliki raja seperti Daud buyar (Mat. 16:21–23). Mereka tak bisa menerima perkataan Yesus bahwa tubuh-NYA adalah makanan dan darah-NYA adalah minuman, sebab itu mengisyaratkan IA akan mati dan tidak menjadi raja (Yoh. 6:55, 66). Kerajaan yang akan dibangun TUHAN Yesus adalah Kerajaan yang tidak datang dari dunia ini (Yoh. 18:36). IA naik ke Surga; ini membuktikan dan menunjukkan bahwa sesungguhnya Kerajaan dan diri TUHAN Yesus Kristusbukan dari dunia ini, Tetapi janji-NYA, IA pasti datang kembali, dan membangun Kerajaan-NYA.
Jadi kalau kita melihat hari ini banyak orang Kristen yang selalu ingin menikmati pemulihan atas segala aspek hidupnya sekarang juga di bumi ini menurut waktu dan seleranya, sesungguhnya mereka berkeadaan sama dengan murid-murid yang salah konsepnya. Mereka berhasrat menjadikan Yesus sebagai Raja dan Mesias model mereka: Raja duniawi, Mesias duniawi, dan TUHAN duniawi yang berkutat pada pemulihan kebutuhan ekonomi, kesehatan, keluarga, pekerjaan, jodoh, keturunan dan hal-hal lainnya. Yesus sendiri menegur mereka bahwa mereka mencari TUHAN bukan karena melihat tanda agar mereka mengerti maksud penyelamatan dalam diri-NYA, namun mereka mencari TUHAN hanya karena roti fana (Yoh. 6:26). Sadarilah bahwa hal-hal jasmani itu semestinya tidak menjadi masalah utama ketika kita berurusan dengan TUHAN. TUHAN sudah menyediakan berkat-NYA asal kita bertanggung jawab dalam hidup ini, bekerja keras, menjaga kesehatan dan berhati-hati dalam setiap tindakan atau langkah kita. Jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk memerintah di Kerajaan kekal hanya karena kita mau hidup enak di kerajaan fana. Kenakan konsep yang benar dan kejarlah Kerajaan kekal.

Wednesday, September 29, 2010

RESTORASI YANG BENAR

Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Kisah Para Rasul 1: 6-8



Sebelum TUHAN Yesusnaik ke Surga, IA ditanyai oleh murid-murid-NYA, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Dari pertanyaan ini ada dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, “pada masa ini” (ἐν τῷ χρόνῳ τούτῳ, én tó khrónō tutō), dan yang kedua, “memulihkan kerajaan bagi Israel” (ἀποκαθιστάνεις τὴν βασιλείαν τῷ Ἰσραήλ, apokathistanīs tēn basilían tó Israél). Maksud bagian kalimat yang kedua ini adalah merestorasi, memugar, atau membangun kembali kerajaan Israel. Dari pertanyaan para murid ini tampak bahwa mereka menghendaki agar pada masa mereka masih hidup di dunia, TUHAN Yesus merestorasi atau membangun kembali (apokathistanīs) kerajaan Israel yang pernah mengalami puncak keemasannya pada zaman Raja Daud dan Salomo. Tidak pernah bangsa Israel mengalami kejayaan seperti pada zaman dua raja besar itu.
Sebenarnya pertanyaan para murid ini lebih tepat disebut sebagai tuntutan. Mereka menuntut sebab mereka masih belum mengerti visi dan misi kedatangan TUHAN Yesus ke dalam dunia ini. Ironis, padahal mereka sudah belajar selama tiga setengah tahun siang dan malam dari Sang Mahaguru Agung, tetapi mereka masih mempunyai konsep yang salah. Di mana letak kesalahannya? Pertama, mereka tidak mengerti bahwa pemulihan kerajaan Israel bukanlah pada waktu yang diingini oleh mereka, melainkan pada saat yang akan ditentukan oleh BAPA (ay. 7). Kedua, mereka seharusnya sadar bahwa mereka tidak perlu tahu kapan BAPA mengadakan pemulihan itu. Secara tidak langsung TUHAN juga ingin mengisyaratkan ada hal yang lebih penting yang harus mereka tahu dan kerjakan, yaitu menerima kuasa untuk menjadi saksi TUHAN sampai ke ujung bumi (ay. 8). Ketiga, yang akan berdiri sampai selama-lamanya bukanlah kerajaan Israel duniawi, tetapi Kerajaan TUHAN Yesus Kristus setelah semua zaman raja-raja dan kerajaan berakhir. Empat puluh tahun setelah percakapan itu, Yerusalem dihancurkan dan mereka tidak lagi memiliki tanah air sampai 14 Mei 1948, saat Negara bernama Israel berdiri di tanah itu. Murid-murid Yesus ternyata salah, tetapi ini tidak boleh menjadi alasan pembenaran untuk kita juga berkonsep salah. Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama, tetapi kita harus mempelajari Alkitab sampai mengerti konsep TUHAN Yesus yang benar dan memeliharanya. Nantikanlah Kerajaan TUHAN Yesus dengan sukacita, bukan kerajaan duniawi.

Tuesday, September 28, 2010

BUKAN UNTUK YANG TIDAK PENTING

Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Lukas 12 : 13-15



TUHAN Yesus menolak orang yang datang meminta-NYA untuk membantunya dalam berbagi warisan. Ini bukan berarti TUHAN menolak orang ini, tetapi yang ditolak adalah bisnisnya. Misi TUHAN Yesus adalah menyelamatkan manusia dan membawa mereka ke langit baru dan bumi baru, bukan mengurusi masalah fana yang tidak penting. Ternyata banyak orang seperti orang di kisah ini. Mereka berurusan dengan TUHAN hanya untuk bisnis di bumi ini. Selanjutnya di keabadian mereka tidak akan berurusan dengan TUHAN. Betapa liciknya orang yang melibatkan TUHAN hanya dalam masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani saat masih mengenakan tubuh jasmani di bumi. Mereka tidak mau masuk kepada proses penyempurnaan dari TUHAN, tetapi kalau mati nanti minta dibawa ke Surga. Maunya enaknya saja. TUHAN kita dahsyat. Tentunya dari-NYA kita mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia atau kuasa lain. Kalau hanya mengenai kesehatan, rezeki, karier dan lain sebagainya, kita bisa berusaha mencapainya dengan sekuat tenaga, dan TUHAN pasti menegakkan hukum-NYA: apa yang ditabur orang, itu juga yang dituainya. Tetapi untuk menjadi sempurna atau memiliki kehidupan sesuai dengan kehendak TUHAN, harus ada pertolongan TUHAN, sebab manusia tidak bisa melakukannya sendiri maupun dengan bantuan kuasa lain. Manusia hanya perlu memiliki kemauan, kerinduan, dan tekad yang kuat untuk masuk kepada proses penyempurnaan.

Jadi kita perlu berhati-hati dengan ajaran yang menggiring pemikiran orang untuk mengandalkan kuasa TUHAN untuk masalah-masalah hidup di dunia ini, mengalami kuasa TUHAN hari ini di bumi ini, tetapi tidak mempersoalkan dengan serius rencana TUHAN agar manusia kembali kepada rancangan-NYA yang mula-mula. Hal ini menggiring jiwa kepada tujuan yang salah. Banyak orang berpikir ia sedang berurusan dengan TUHAN di bumi, dan ia akan diterima BAPA selamanya. Padahal dengan keinginannya berurusan dengan TUHAN hanya mengenai kehidupan di dunia ini, di keabadian mereka tidak akan dikenal oleh BAPA. TUHAN Yesus berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah,” artinya yang harus diutamakan adalah bagaimana menjadi warga Kerajaan Surga yang baik. Berurusanlah dengan TUHAN dalam rangka mau menjadi warga Kerajaan Surga yang baik. Yang terpenting adalah perjalanan menuju Kerajaan-NYA dan berkat abadi yang TUHAN sediakan. Berkat inilah yang seharusnya menjadi fokus kita. Adapun berkat jasmani sudah TUHAN sediakan, tidak perlu diminta lagi. Dengan bekerja untuk meraihnya, TUHAN pasti menyertai dan membekati kita dengan berkat jasmani. Jangan libatkan TUHAN untuk urusan yang tidak penting; berurusanlah dengan-NYA untuk menuju kesempurnaan

Monday, September 27, 2010

MENGHARGAI KESUCIAN DAN KEBENARAN TUHAN

Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Lukas 12 : 15



Tingkat kesucian dan kebenaran TUHAN rentangnya atau jaraknya bisa tidak terbatas. Seandainya seseorang memiliki masa umur hidup 1000 tahun, itu pun tak akan cukup untuk menjangkau kesucian dan kebenaran TUHAN yang tersedia bagi manusia. Sangat mungkin bahwa perkembangan kesucian dan kebenaran TUHAN dalam hidup seseorang akan berlanjut nanti di langit dan bumi yang baru, tetapi ini hanya dialami oleh orang-orang yang selama hidup di dunia ini menghargainya. Menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN berarti berusaha untuk melakukan kehendak TUHAN: apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (Rm. 12:2). Sayang sekali, kalau hari ini kita lihat banyak orang mau memiliki rumah, mobil, kehormatan, pangkat dan fasilitas lain yang serba terbaik, tetapi tidak merindukan kehidupan rohani yang terbaik. Inilah yang Alkitab katakan sebagai orang-orang bodoh (Luk. 12:20), tak beda dengan Esau yang menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan. Jika seseorang tidak kaya di hadapan ALLAH, ketika ia menutup mata, barulah ia menyadari kebodohannya, namun tak ada kesempatan lagi. JadiFirman TUHAN agar kita mengumpulkan harta di surga dan bukan di bumi, maksudnya adalah agar kita membenahi jiwa kita untuk diisi kebenaran TUHAN, menggantikan segala hal busuk yang ada di dalamnya. Jika seseorang mempertahankan jiwa yang busuk, tak heran jika ia berprinsip “makanlah, minumlah, dan bersenang-senanglah,” hidup bagi dirinya sendiri dan bersikap seolah-olah tidak ada kehidupan di balik kubur.
Kesempatan membenahi jiwa kita ini merupakan kesempatan yang diberikan hanya kepada orang percaya. Orang percaya diberi kuasa untuk hidup sebagai anak-anak TUHAN (Yoh. 1:12), yaitu kemampuan untuk hidup dalam pimpinan Roh (Rm. 8:14). Paket ini hanya disediakan bagi orang yang percaya TUHAN Yesus Kristus. Jadi kalau seseorang hanya mau hidup sebagai orang baik, ia tidak perlu menjadi orang Kristen. Orang Kristen adalah orang yang dipanggil untuk mencapai standar kesucian dan kebenaran TUHAN serta menghargai kesucian dan kebenaran TUHAN tersebut. Itulah sebabnya IA menghendaki kita memprioritaskan Kerajaan-NYA. Ini tidak akan mengganggu kegiatan hidup kita setiap hari, bahkan sebaliknya TUHAN akan membuat masalah pemenuhan kebutuhan jasmani kita tidak mengganggu pergumulan dalam mencapai standar kesucian dan kebenaran-NYA yaitu menjadi sempurna sama seperti BAPA Di Surgaadalah sempurna. Ya inilah pergumulan kita sebagai anak TUHAN. Kita harus menghargai kesucian dan kebenaran-NYA agar perkembangannya terus berlanjut dalam diri kita di langit dan bumi baru kelak.

Friday, September 24, 2010

MENYANGKAL DIRI

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Matius 16 : 24–26


Kegagalan orang mengenal gambar dirinya terutama bersumber kepada satu hal saja, yaitu tidak mengenal kebenaran TUHAN. Pengalaman hidup dan lain sebagainya juga berpengaruh secara langsung maupun tidak, namun tetap saja dapat dikatakan bahwa sumber yang terutama adalah ketidakmengertian terhadap kebenaran TUHAN. Jaditidak seperti yang dikatakan oleh motivator dan pembicara bahwa pengalaman buruk masa lalulah yang menyebabkan rusaknya gambar diri, tetapi semua pengalaman baik positif dan negatif dapat merusak gambar diri seseorang, sebab dunia yang fasik dan tidak mengenal kebenaran TUHAN telah membangun gambar diri yang salah dalam kehidupan setiap individu. Untuk memulihkan gambar diri, kita harus bersedia menyangkal diri (ay. 24). Menyangkal diri adalah kesediaan untuk membuang segala konsep dan asumsi mengenai kehidupan ini: asumsi mengenai keberhasilan, kebahagiaan dan lain sebagainya. Konsep mengenai kehidupan yang salah menyebabkan seseorang membangun gambar yang salah pula. Hanya dengan penyangkalan dirilah maka gambar diri yang salah itu bisa diganti. Dengan menyangkal diri artinya kita bersedia menanggalkan gambar diri yang salah yang tertanam dalam benak kita.


Jadi kita perlu mengoreksi pemahaman umum selama ini mengenai penyangkalan diri, yang dipahami hanya sebagai sikap yang menolak perbuatan salah—pelanggaran terhadap moral—dan kesediaan melakukan hukum yang dianggap sebagai standar moral. Ini sebenarnya belum bisa dikatakan sebagai penyangkalan diri, tetapi pertarakan. Penyangkalan diri adalah berkata “tidak” bukan hanya kepada perbuatan amoral, melainkan berkata “tidak” kepada semua filosofi hidup yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN. Filosofi hidup yang diwariskan kepada kita pada umumnya adalah perjuangan untuk meraih keberhasilan melalui bersekolah, berkarier, mencari nafkah, menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, membesarkan cucu dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan untuk meraih apa yang disebut sebagai keberhasilan atau paling tidak sebuah kelayakan atau kewajaran hidup. Namun anak-anak TUHAN dipanggil untuk mengabdi kepada TUHAN. Kita harus melakukan apa pun juga termasuk makan dan minum hanya untuk kemuliaan ALLAH (1Kor. 10:31). Jadi anak TUHAN memang harus bersekolah, berkarier, menikah dan lain sebagainya, tetapi semua itu harus dilakukan bukan untuk keberhasilan pribadi kita, melainkan bagi TUHAN yang telah menebus kita dan membeli kita dengan darah-NYA. Menyangkal diri berarti berkata “tidak” kepada semua filosofi hidup yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN.

Thursday, September 23, 2010

KRISIS GAMBAR DIRI

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya. Roma 8 : 28–30



Keselamatan dalam Yesus Kristus membuka peluang manusia untuk dapat belajar mengenal dirinya dengan benar dan mengembangkannya sesuai dengan apa yang TUHAN kehendaki. Pernyataan TUHAN Yesus bahwa orang percaya harus sempurna seperti BAPA di Surga (Mat. 5:48) sebenarnya sama dengan panggilan untuk menemukan gambar diri yang dikehendaki BAPA di Surga. Gambar diri ini adalah kesempurnaan. Pergumulan untuk menemukan gambar diri ini belum tuntas diselesaikan oleh Adam. Sekiranya Adam tuntas mengejar kesempurnaan seperti BAPA di Surga, niscaya ia tidak jatuh ke dalam dosa dan tidak berada di bumi lagi. Kesempurnaan, yaitu keadaan segambar dan serupa dengan ALLAH, berarti iblis tak akan mampu mengungguli manusia. Dengan demikian istilah “krisis gambar diri” harus dikoreksi dan dipahami dengan pemahaman yang baru. Sebab kalau dikatakan “krisis”, seolah-olah pernah ada suatu masa saat manusia pernah memiliki gambar diri yang sempurna. Padahal sebelum Anak ALLAH datang, manusia belum sempat sampai kepada tingkat mengungguli iblis. Jadi pengertian yang benar mengenai krisis gambar diri bukanlah pengembalian gambar diri seolah-olah manusia pernah mencapai gambar diri yang ideal atau sempurna dan pernah menetap permanen dalam dirinya, melainkan pengembalian proses penyempurnaan untuk menemukan gambar diri yang telah gagal oleh manusia pertama.
Maka panggilan untuk sempurna seperti BAPA adalah menjalani proses penyempurnaan manusia yang tertunda karena jatuhnya Adam dalam dosa. Kedatangan TUHAN Yesus sebagai Adam kedua merupakan awal dari dimulainya kembali pencarian gambar diri oleh manusia yang diciptakan segambar dengan ALLAH agar sempurna seperti BAPA di Surga dengan menjalani proses penyempurnaan di kehidupan ini. Tidak semua manusia diberikan kesempatan menjalani proses penyempurnaan ini dan pemahaman akan arti proses penyempurnaan ini., namun hanya kepada oang percaya saja. Maukah kita menjalani proses penyempurnaan ini agar menemukan gambar diri kita yang sempurna, seperti BAPA Di Surga. Panggilan untuk sempurna seperti BAPA adalah menjalani proses penyempurnaan untuk menemukan gambar dirinya.

Tuesday, September 21, 2010

MENGENAL GAMBAR DIRI

Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Mazmur 51 : 4–6


Manusia pada dasarnya telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan ALLAH, serta terlahir dalam keadaan yang tidak berpotensi sama sekali untuk memiliki dan mengenal gambar diri yang benar. Ini bagian dari dosa warisan yang diterima setiap anak-anak Adam (Mzm. 51:7). Jadi adalah keliru kalau orang berpendirian bahwa manusia dapat mengenal gambar dirinya tanpa perlu mengenal kebenaran Injil. Adam sendiri telah kehilangan kesempatan untuk menemukan gambar dirinya dengan benar dan bertumbuh menuju keserupaan dengan ALLAH lebih baik. Manusia jatuh ke dalam dosa karena terkecoh tipuan dan bujuk rayu Iblisuntuk menjadi seperti ALLAH (Kej. 3:5) dengan cara yang instan (cukup memakan buah) & melanggar perintah ALLAH. Ini membuktikan bahwa saat itu Adam dan Hawapun belum mengenal gambar dirinya dengan benar. Kalau manusia memahami gambar dirinya dengan benar, maka ia tidak akan makan buah terlarang, karena itu dilarang ALLAH. Siapakah sebenarnya manusia itu? Manusia adalah mahkota ciptaan ALLAH; ciptaan ALLAH dengan kualitas tertinggi; raja di bumi oleh kuasa yang TUHAN berikan. Manusia diberi kemampuan untuk menaklukkan bumi dan menaklukkan semua rintangan yang merintangi penyelenggaraan pemerintahannya. Potensi terbesar yang dapat mengganggu pemerintahan manusia di bumi adalah malaikat-malaikat pemberontak yang dibuang ke bumi (Why. 12:4).

Dengan mandat menaklukkan bumi, berarti manusia juga diberi kesanggupan untuk mengalahkan iblis. Mana bisa manusia menaklukkan iblis? Mengapa tidak? Itulah rencana awal BAPA, sebab tak mungkin IA sengaja merancang kejatuhan manusia ke dalam dosa. Seharusnya manusialah yang menjadi alat ALLAH untuk mengalahkan iblis dengan segala tipu muslihatnya. Kita harus menolak pandangan yang menganggap bahwa ALLAH merancang skenario kejatuhan manusia ke dalam dosa dengan alasan inkarnasi ALLAH ANAKmenjadi manusia merupakan skenario yang pasti harus dilakukan, sebab pandangan ini sama dengan menuduh ALLAH sebagai sumber dosa dan bencana. Sesungguhnya manusia dirancang untuk bersekutu dengan ALLAH dalam kurun waktu yang tidak terbatas. IA menciptakan manusia hanya untuk hidup dalam persekutuan dengan DIA dan pengabdian kepada-NYA selamanya. Betapa dahsyat makhluk ini. Sayang Adam belum menemukan gambar diri ini dengan sempurna. Sekiranya gambar diri ini telah dipahami Adam dengan utuh dan benar, manusia tidak akan jatuh dalam dosa. Manusia dirancang menurut gambar dan rupa ALLAH; menjadi seperti BAPAnya, yaitu ALLAH sendiri. Manusia adalah makhluk yang dahsyat, yang dirancang untuk bersekutu dan mengabdi kepada ALLAH selamanya.

Thursday, September 16, 2010

PEMULIHAN GAMBAR DIRI

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Galatia 5 : 19–21


Dewasa ini banyak orang sedang berbicara mengenai pemulihan gambar diri, baik di dalam maupun di luar lingkungan gereja. Karena dianggap penting, dalam pelatihan-pelatihan para pemimpin dan pejabat gereja pun tema ini juga diangkat ke permukaan sebagai materi pengajaran wajib. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan gambar diri itu? Gambar diri adalah pemahaman seseorang mengenai siapa dirinya dan harus menjadi apa atau bagaimana dirinya tersebut. Bagaimana seseorang memandang dirinya saat ini merupakan aspek kekinian (present) dari gambar diri. Setiap orang memiliki penilaian atau harga terhadap dirinya sendiri. Ada orang yang menilai dirinya terlalu tinggi, tetapi ada pula yang menghargai dirinya terlalu rendah. Contohnya, tak jarang orang yang secara ekonomi pas-pasan merasa minder apabila berkumpul dalam kelompok orang berada; sebaliknya, ada orang yang merasa dirinya terhormat, sehingga punya kepercayaan diri yang tinggi dan merasa pasti diterima siapa pun dan di mana pun. Kebanyakan orang menganggap kepercayaan diri yang tinggi seperti ini positif, padahal belum tentu, sebab bisa jadi ada kesombongan terselubung dalam dirinya. Sebaliknya orang yang minder tadi juga sesungguhnya orang yang sombong. Karena ia tidak bisa mencapai standar yang ditetapkannya, ia tidak menerima diri sebagaimana adanya. Ia tidak menerima keadaan dirinya. Itulah letak kesombongannya.
Dalam ceramah dan pelatihan penemuan gambar diri, biasanya kepercayaan diri dianggap sebagai salah satu ukuran dan tanda bahwa seseorang telah menemukan gambar dirinya. Dengan mengutip ayat seperti Mzm. 139:13–14, orang didorong untuk merasa dirinya berharga dan memiliki kepercayaan diri. Padahal sesungguhnya itu hanya merupakan pengembangan kepribadian, yang tidak ada bedanya dengan pelatihan pengembangan diri oleh para motivator di luar gereja. Pengembangan kepribadian seperti ini bila diajarkan tanpa landasan kebenaran Injil, sekali lagi jika diajarkan tanpa landasan kebenaran Injil, dapat membangun sikap humanisme (menganggap manusia lebih penting daripada segalanya) dan antroposentrisme (berpusat kepada diri sendiri). Padahal Alkitab mengajarkan bahwa semestinya kita bersikap bahwa kita yang lama telah mati, dan hidup kita sekarang bukan kita lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita. Memang saat manusia jatuh ke dalam dosa, gambar diri yang ditempatkan ALLAH telah rusak. Namun IA ingin agar kita memiliki kembali gambar diri dari ALLAH tersebut. TUHAN Yesuslah teladan kita, IA harus hidup di dalam diri kita. Itulah sebabnya kita harus selalu mengenakan pikiran dan perasaan Kristus. Gambar diri yang benar ada dalam diri Kristus yang hidup dalam diri kita.

Wednesday, September 15, 2010

DETIK DEMI DETIK

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. 2 Korintus 4 : 16–18


Masa hidup manusia hanya tujuh puluh tahun; jika kuat, delapan puluh tahun (Mzm. 90:10). Tujuh puluh tahun tersebut menentukan nasib kekal atau keberadaan abadi seseorang. Paulus menulis bahwa penderitaan ringan yang sekarang ini (selama 70 tahun), mengerjakan bagi orang percaya kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan itu. Kalau penderitaan selama tujuh puluh tahun akan menghasilkan kemuliaan tujuh juta tahun, setiap detiknya sangat berarti. Kalau tujuh puluh tahun menghasilkan kemuliaan tujuh milyar tahun, setiap detiknya berarti sangat besar. Kalau tujuh puluh tahun menghasilkan kemuliaan di kekekalan, maka setiap detiknya mengerjakan kemuliaan yang tiada tara. Mata perhatian kita tidak boleh hanya memandang seolah-olah hanya detik terakhirlah yang menentukan nasib kekal. Yang menentukan nasib kekal manusia bukan hanya akhir perjalanan hidupnya, melainkan sepanjang perjalanan hidupnya. Kalau awalnya sudah salah, maka sulit untuk menjadi benar kemudian. Awalnya benar saja belum tentu akhirnya benar; apalagi kalau awalnya sudah salah, maka kesalahan akan terjadi terus sampai akhir.


Harus diingat bahwa tak seorang pun tahu kapan detik terakhirnya. Setiap detik adalah momentum (kairós) yang memuat pelajaran rohani yang berharga, sesuai dengan jadwal pembentukan yang TUHAN susun seperti kurikulum (khrónos). Itulah sebabnya Firman TUHAN menyatakan bahwa kita harus memanfaatkan setiap waktu yang ada, sebab hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:16). Satu detik kita memiliki arti yang sangat berharga, karena itu bagian dari durasi (hóra), urut-urutan (khrónos) dan kesempatan (kairós) yang TUHAN berikan. Bila waktu digunakan dengan baik, maka waktu itu membawa kita kepada kemuliaan. Ingatlah bahwa hóra kita makin berkurang, kairós dapat berlalu tanpa hasil, dan khrónos pembentukan TUHAN atas kita dapat menjadi sia-sia. Detik demi detik berlalu, TUHAN menunggu anak-anak-NYA untuk menggunakan kesempatan hidup ini untuk meraih berkat kesulungan yang dimiliki orang percaya, yaitu menjadi sempurna agar bisa dipermuliakan bersama-sama dengan Yesus. Jangan seperti Esau yang mengkhianati TUHAN, dengan menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan. Jadi bukan hanya detik terakhir yang menentukan, tetapi juga semua detik hidup yang diberikan TUHAN kepada kita. Detik demi detik hidup kita harus digunakan sebaik-baiknya untuk menuju kesempurnaan.

Tuesday, September 14, 2010

BERJUANG

Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Lukas 13 : 24


Mengapa banyak orang Kristen menganggap bahwa yang terpenting adalah akhir perjalanan hidup kita? Harus diakui ini diakibatkan pengertian yang salah mengenai keselamatan dalam pikiran banyak orang Kristen. Keselamatan dianggap begitu murahan dan gampangan. Inilah yang menyebabkan banyak orang Kristen memiliki hidup kerohanian yang tidak bermutu. Padahal TUHAN Yesus sendiri berkata, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!” (Luk. 13:24) Berjuang, atau ἀγωνίζεσθε (agōnizesthe) mengandung arti “berusaha keras”, atau “bekerja dengan semangat menyala-nyala.” Pemahaman keselamatan yang salah disebabkan juga karena interpretasi yang salah terhadap fragmen penyaliban, yaitu keselamatan yang diterima oleh salah satu penjahat yang disalib di samping TUHAN Yesus. Hanya dengan mengucapkan, “Ingatlah aku kalau ENGKAU datang sebagai Raja”, ia sudah selamat. Sesederhana itukah? Banyak orang tidak memahami bahwa penjahat tersebut memiliki sikap hati yang luar biasa, yang karenanya ia layak menerima keselamatan. Ini tampak dalam beberapa pernyataan yang diucapkannya di kayu salib tersebut: ia mengakui bahwa TUHAN Yesus adalah Mesias; ia mengakui Yesus berkuasa menyelamatkan dirinya di kekekalan; ia percaya bahwa Yesuslah Raja. Saat orang-orang—termasuk murid-murid Yesus—meninggalkan TUHAN Yesus, justru si penjahat inilah satu-satunya orang yang masih percaya pada waktu itu.


Keselamatan seseorang ditentukan oleh kesetiaannya sampai akhir, tetapi ini tidak hanya ditentukan oleh menit-menit terakhir. Seperti kemenangan petinju bukan hanya ditentukan oleh menit-menit terakhir di atas ring tinju, tetapi oleh hari-hari panjang saat ia mempersiapkan diri berlatih sebelum pertandingan. Penjahat ini menerima dengan rela hukuman salib terhadap dirinya, sebab ia merasa bahwa pantas menerimanya (Luk. 23:41). Ini menunjuk pengakuan dosanya yang tulus dan jujur. Inilah pertobatan yang sesungguhnya, bukan pertobatan semu. Tidak mungkin sikap hati seperti ini dapat dimilikinya secara mendadak. Tentu ia telah membangunnya melalui detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun-tahun yang panjang. Apa yang dilakukan penjahat ini adalah peta perjalanan yang telah dilaluinya. Bukan detik terakhirnyalah yang merupakan penentu satu-satunya untuk keselamatannya. Keselamatan tidak murahan, tetapi membutuhkan perjuangan hidup.

Monday, September 13, 2010

MENGENAL ISI HATI TUHAN

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. 1 Korintus 13 : 13


Satu hal yang harus dimengerti dan dipahami adalah bahwa kebaikan yang dimiliki orang percaya haruslah kebaikan yang menurut standar ALLAH. Itu bukan diukur dari apa dan bagaimana kebaikan itu, tetapi apakah tujuan perbuatan itu, berangkat dari isi hati TUHAN atau kehendak manusia? Sebab selama ini yang menjadi ukuran berbuat baik adalah jika perbuatan kita membuat orang senang: orang lapar diberi makanan sehingga kenyang, orang telanjang diberi baju sehingga berpakaian. Sesederhana itu, padahal membuat orang lain senang belum tentu baik. Baik di sini menurut ukuran TUHAN tentunya. Kalau kebaikan berangkat dari isi hati dan pertimbangan manusia, misalnya menyenangkan orang lain, itu belum tentu berarti dia orang baik. Tetapi bila perbuatan baik yang kita lakukan berangkat dari isi hati TUHAN, maka orang itu pasti adalah orang baik. Kepada jemaat di Korintus, RasulPaulus menjelaskan mengenai kasih. Apa itu kasih?… sekalipun membagi-bagikan segala sesuatu… sekalipun menyerahkan tubuh untuk dibakar, tanpa kasih sia-sia.” Tidakkah ini membingungkan?

Kasih itu bukan sekadar perbuatan baik. Belum tentu perbuatan baik itu adalah tindakan kasih. Kasih adalah semua tindakan yang berangkat dari hati TUHAN. Ingat ketika pemimpin yang kaya datang kepada TUHAN Yesusdan berkata, “Guru yang baik,” (Luk. 18:18) lalu Yesus menyahut, “Tidak ada yang baik selain ALLAH.” Ini bukan berarti Yesus tidak baik; tetapi Yesus ingin meluruskan pandangan orang itu, bahwa hanya tindakan yang berangkat dari hati ALLAH lah yang baik; kebaikan itu tidak seperti apa yang dianggap orang itu. Jadikalau ada tindakan yang tidak sesuai dengan pikiran ALLAH, itu tidak baik, itu pasti kejahatan di mata TUHAN, apa pun perbuatan itu. “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1Yoh. 4:8) Berarti semua tindakan di luar pikiran dan kehendak ALLAH, pasti bukan kasih, pasti tidak baik, pasti kejahatan. Jadi jangan heran kalau ada orang yang misalnya bisa bernubuat, memberikan seluruh hartanya, atau mengorbankan dirinya untuk dibakar. Bila tidak sesuai dengan kehendak dan isi hati TUHAN, berarti itu tanpa kasih, sia-sia belaka, tidak baik. Jadi untuk memiliki perbuatan baik, marilah kita bukan sekadar belajar moral dan budi pekerti, tetapi lebih dari itu, mari belajar semakin mengenal isi hati TUHAN.

Thursday, September 09, 2010

BUKAN MENCARI KEHORMATAN

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Matius 5 : 14–16



Kebaikan yang sesungguhnya adalah kebaikan yang dilakukan seseorang tanpa mencari penghormatan; kebaikan yang dilakukan tanpa maksud untuk menunjukkannya kepada orang lain supaya mendapat pujian. Ini bukan hal yang mudah, sebab umumnya setiap orang memiliki kecenderungan mencari penghargaan dari apa yang dilakukannya. Kebaikan yang tulus lahir dari sikap batiniah seseorang; sesungguhnya adalah kebaikan yang diraih melalui pergumulan berat disertai pertolongan Roh Kudus. Dalam Mat. 5:45 diajarkan kepada umat pilihan, bahwa mereka harus seperti BAPA yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Ini bukan sesuatu yang mudah. Ini bagi manusia rasanya mustahil; tetapi apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi ALLAH. Hanya oleh pimpinan Roh TUHAN setiap harilah kita didewasakan sehingga mencapai satu tingkat kesempurnaan, meraih tingkat kebaikan yang TUHAN kehendaki. Jika kita benar-benar menyadari bahwa semuanya tercapai oleh karena pimpinan TUHAN, maka kita pun tidak akan sanggup menyombongkan diri bahwa apa yang kita capai adalah karena jasa atau kehebatan kita. Kita tahu bahwa jika bukan TUHAN yang menuntun kita, kita tidak bisa mencapai kebaikan seperti BAPA.


Jadi jika kita bisa berbuat baik, kita tidak merasa berjasa; kita juga tidak merasa hebat, karena hanya oleh pertolongan Roh Kudus lah kita dapat berbuat baik. Kebaikan yang dihayati seperti ini akan membuat kita benar-benar memuliakan BAPA di Surga. Seperti diungkapkan oleh TUHAN Yesus, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Surga.” (ay. 16) Artinya, bukan diri kita yang dimuliakan atau dipuji, melainkan BAPA di Surga. Dalam dunia ini banyak perbuatan baik yang dilakukan seseorang yang membuat orang tertarik kepada seorang individu, tertarik kepada manusianya, sehingga fokusnya adalah ke orang yang melakukan perbuatan baik itu. Tetapi TUHAN mengajarkan kepada kita perbuatan baik yang dikehendaki oleh TUHAN adalah perbuatan baik yang membuat orang terfokus kepada TUHAN. Jika perbuatan baik yang dilakukan oleh orang percaya adalah perbuatan baik hasil pimpinan Roh Kudus dan memiliki kualitas yang tinggi, yaitu seperti BAPA, maka perbuatan baik yang dilakukan itu adalah perbuatan baik yang memuliakan BAPA di Surga.

Wednesday, September 08, 2010

KEBAIKAN

"Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." Lukas 6 : 43–45



Sebagai umat pilihan yang diproses oleh TUHAN untuk menjadi serupa dengan gambar-NYA dan memiliki standar kebaikan seperti yang dikehendaki-NYA, sesungguhnya tidak ada alasan sama sekali bagi kita untuk menjadi sombong atau angkuh. Mengapa? Karena kebaikan yang ada pada kita itu bukan kebaikan secara lahiriah, bukan kebaikan yang artifisial. Meskipun kebaikan kita terbaca, terekspresi, terkristal secara konkret dalam bentuk yang dapat dilihat dan dirasa, kebaikan kita itu berangkat dari batin kita. Menyadari bahwa kebaikan itu berangkat dari dalam hati atau batin akan mengajarkan kita memahami apa artinya rendah hati. TUHAN Yesus memperingatkan orang-orang Yahudibahwa pohon dikenal dari buahnya. Jadi orang yang baik mengeluarkan kebaikan dari hatinya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan kejahatan dari hatinya yang jahat. Jadi, jika seseorang sengaja menunjukkan kebaikannya di mata orang, atau sengaja membanggakan kelakuan baiknya didepan orang, maka ia belum memiliki kebaikan itu dan ia tidak tahu apa sebenarnya kebaikan itu. Ini bedanya kebenaran Kristiani dengan keberagamaan. Keangkuhan lahiriah itu terekspresikan dari hatinya yang sombong, sehingga di mata TUHAN itu bukan kebaikan, melainkan kejahatan.


Kita sering melihat ada orang Kristen secara langsung atau tidak langsung, secara terselubung atau terang-terangan, ingin menunjukan kebaikannya di mata orang lain. Tak jarang ia berusaha membandingkan dirinya dengan orang lain dan seolah-olah ia ingin membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Orang-orang seperti ini belum mengerti apa itukebaikan, sebab kebaikan-kebaikan lahiriah yang tidak berasal dari batin adalah munafik. Kebaikan dari dalam akan terekspresi secara konkret, maka sikap batiniahnya memahami benar apa artinya rendah hati. Kerendahan hati akan mencegah seseorang menjadi sombong. Dalam hal ini kerendahan hati sifatnya sangat pribadi: jika seseorang melakukan suatu kebaikan karena mengharapkan pujian atau karena gerakan hatinya yang mencintai TUHAN, hanya TUHAN lah yang dapat menilainya dengan sempurna. Tetapi sebagaimana buah yang tidak baik merupakan hasil dari pohon yang tidak baik, orang yang sombong pastilah tidak baik. Sebagai anak-anak TUHAN yang diajar untuk memiliki sikap batiniah yang baik, kita harus belajar memahami kebenaran yang sejati, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan adalah dorongan pikiran dan perasaan yang telah diimpartasikan oleh TUHAN di dalam diri kita. Batin yang baik niscaya membuahkan perbuatan yang baik.

Monday, September 06, 2010

SEKALIPUN HIDUP SERATUS TAHUN

Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya. Mazmur 116:1-2


Apakah anugerah itu? Anugerah adalah pemberian tanpa melihat kelayakan si penerima pemberian itu. Sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah ALLAH, sesungguhnya kita tidak layak menerimanya. Karena itu kita berutang budi, berutang nyawa, berutang kehidupan kepada ALLAH. Sungguh, apa yang telah diberikan-NYA kepada kita sangat indah, yaitu keselamatan abadi. Tidak ada seorang pun bisa memberikan itu kepada kita. Dan tidak ada seorang pun bisa melakukannya bagi kita, kecuali TUHAN Semesta Alam yang menciptakan langit dan bumi, yang mengutus Putra-NYA, Yesus Kristusbagi kita. Menyikapi kebaikan TUHAN itu, kita harus mengobarkan niat yang kuat untuk membalas kebaikan TUHAN itu, sekalipun kebaikan TUHAN itu tidak akan dapat kita balas. Seandainya kita memiliki waktu hidup seratus tahun, dengan perbuatan sebaik apapun, tidak cukup mengimbangi kebaikan yang TUHAN berikan. Seandainya kita hidup seribu tahun, itu pun tak akan cukup untuk membalas kebaikan TUHAN. Bahkan seandainya umur hidup kita sejuta tahun pun tidak akan cukup membalas kebaikan TUHAN.


Jadi manakala kita meresponi keselamatan yang TUHAN berikan, baik dalam bentuk pujian dan penyembahan, membaca dan menaati Firman, melakukan perbuatan baik, jangan dinilai sebagai jasa. Perbuatan baik kita sangat tidak sebanding dengan apa yang telah TUHAN lakukan bagi kita. Oleh sebab itu sisa umur hidup ini seharusnya hanya untuk membalas kebaikan TUHAN. Marilah kita selalu mengingat kebaikan-NYA (ay. 2). Hidup kita singkat. Kita tidak punya waktu banyak. Kalau kita harus menunda apa yang seharusnya kita lakukan sekarang yaitu membalas kebaikan TUHAN, kita mungkin tidak akan punya kesempatan lagi untuk waktu-waktu yang akan datang. Selama TUHAN masih memberikan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik, mari kita lakukan itu dengan sikap hati yang benar, bahwa kita telah berutang kebaikan kepada TUHAN. Sekalipun sampai mati kita tidak akan pernah bisa mengimbangi apa yang telah TUHAN lakukan bagi kita, tetapi kita akan berbuat semaksimal mungkin. TUHAN memang tidak memaksa kita membalas kebaikan-NYA, tetapi dengan rela kita akan melakukan dan menyukakan hati-NYA. Suatu hari nanti, setiap anak TUHAN yang berusaha membalas kebaikan TUHAN di bumi ini, akan diberi kesempatan melayani DIA selama-lamanya.

Friday, September 03, 2010

SEPERTI RUSA

Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Mazmur 42 : 2-3


Banyak orang berurusan dengan TUHAN hanya saat mereka dalam masalah kehidupan yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Kalau ada pujian yang dinaikkan kepada TUHAN, pada dasarnya bukan karena kagum terhadap pribadi-NYA, tetapi pada kekuatan-NYA yang dapat dimanfaatkan. Seperti orang yang menyanjung kemampuan dan kekuatan sahabatnya dengan tujuan mencari keuntungan pribadi. Ternyata, terdapat para rohaniwan yang mendukung hal ini juga. Ironisnya, diajarkan bahwa TUHAN menjadi senang kalau manusia datang minta pertolongan kepada-NYA, seolah-olah TUHAN dapat berbangga diri karena memenangkan perlombaan melawan dukun atau kuasa lain. Bila rohaniwan mempromosikan TUHAN sebagai jalan keluar dari masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, tidak jarang pula pesan atau nasihat itu juga mengandung kepentingan-kepentingan pribadi; bukan hanya uang tetapi juga penghargaan terhadap dirinya, pengultusan terhadap dirinya, dan keuntungan lain yang tersembunyi. Inilah orang-orang yang menjual TUHAN. Pelayananan gereja dijadikan sarana jual jasa atau semacam broker yang menghubungkan manusia yang membutuhkan pertolongan TUHAN. Ia menjadi makelar yang mendapat persenan dari pelayanan gereja.


TUHAN mengajar kita untuk mempunyai hati seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Kitaharus mempunyai kerinduan yang dalam untuk bertemu dengan-NYA. Kehausan akan TUHAN ini membuat kita menjadi kekasih-NYA. Ada ketergantungan jiwa kita terhadap TUHAN. Inilah ketergantungan yang benar. Orang seperti ini akan bergantung secara permanen kepada TUHAN dalam segala keadaan. Jadi kalau selama ini kita mencari TUHAN hanya kalau hidup jasmani kita bermasalah, semestinyalah kita bertobat, karena orang-orang yang seperti ini sebenarnya menyatakan dirinya tidak membutuhkan TUHAN. Untuk apa TUHAN menyertai orang-orang yang hanya memperalat diri-NYA dan tidak menjadikan DIA sebagai kekasihnya? TUHAN juga kadang-kadang mengizinkan masalah terjadi dalam hidup orang-orang yang tidak merasa membutuhkan TUHAN pada saat hidupnya tidak bermasalah, apabila dalam hatinya masih ada kerinduan terhadap TUHAN. Ini salah satucara bagi TUHAN untuk mengembalikan orang-orang tersebut menjadi kekasih-NYA. Bagi orang yang sama sekali tidak merasa membutuhkan TUHAN walau sudah mendapat peringatan-NYA, TUHAN juga tidak perlu berurusan dengan DIA.Kehausan akan TUHAN akan membawa kita untuk terus bergantung kepada TUHAN kapan pun dan di mana pun

Thursday, September 02, 2010

HIDUP DALAM PERLINDUNGAN TUHAN - Lanjutan

Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Roma 8 : 5–8


Keselamatan dalam TUHAN Yesus Kristus membuka pintu agar manusia dikembalikan kepada posisinya, yaitu menjadi sekutu TUHAN. Untuk ini manusia harus terlebih dahulu diperbaharui untuk menjadi anak-anak ALLAH, mengerti kehendak TUHAN: apa yang baik, berkenan dan yang sempurna. Sebenarnya sejak manusia diciptakan, manusia adalah anak-anak ALLAH, sebab manusia memiliki roh dari ALLAH. Tetapi manusia jatuh ke dalam dosa, sehingga tidak hidup di dalam roh lagi, tetapi di dalam daging. Orang yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada ALLAH. Maka orang yang berurusan dengan TUHAN hanya karena membutuhkan pertolongan bagi persoalan-persoalan pemenuhan kebutuhan jasmani keberhasilan karir, bisnis, keluarga bahagia, tubuh sehat dan lain sebagainya—tidak memperlakukan TUHAN secara pantas. Apalagi yang bertujuan memuaskan ambisi pribadinya. Itu semua dipikirkan oleh mereka yang hidup menurut daging. Sikapseperti ini ada pada orang-orang beragama pada umumnya. Inilah permainan iblis yang sangat cerdas. Mereka seolah-olah bersekutu dengan TUHAN karena berurusan dengan TUHAN, tetapi sebenarnya tidak. Bukan persekutuan semacam itu yang dikehendaki oleh TUHAN. IA melihat bahwa hati mereka masih kepada kerajaan dunia ini, bukan kepada Kerajaan Surga.

Pada dasarnya sikap berurusan dengan TUHAN untuk pemenuhan kebutuhan jasmani adalah sikap orang yang belum memahami bagaimana seharusnya hidup sebagai umat ciptaan dan menempatkan TUHAN sebagai pribadi yang terhormat secara benar. Banyak orang Kristen yang tidak bertumbuh dalam kebenaran memperlakukan TUHAN seperti ini, tidak ada bedanya dengan umat agama lain memperlakukan allahnya. Kalau hal ini terjadi dalam mekanisme hubungan antara umat dan allah yang disembah, maka pastilah itu bukan agama yang benar yang membawa manusia kepada ALLAH Yang Benar. Hari inibanyak komunitas Kristen yang diasuh oleh kuasa kegelapan tanpa mereka sadari, sebab mereka tidak menuju kepada arah yang benar bagaimana menjadi sekutu TUHAN. Dalam TUHAN kita menerima anugerah Roh Kudus yang menuntun kita untuk mengerti kehendak TUHAN. Seharusnya bila kita berurusan dengan TUHAN, inilah yang kita persoalkan terus-menerus; inilah yang kita prioritaskan. Sebab bila kita menjadi sekutu TUHAN, maka segala sesuatu diluar kesanggupan kita untuk menyelesaikan pasti dibereskan oleh ALLAH sebagai BAPA. Umat ALLAH yang benar adalah umat yang memindahkan hatinya kepada Kerajaan Surga. Marilah memindahkan hati kita kepada Kerajaan Surga.