1 Timotius 6:6, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.”
“Ayo siap-siap menuju ke mobil, kita sudah harus berangkat!”, perintahku kepada istri dan anak-anak. Saya pun segera mengeluarkan mobil dari garasi rumah sambil memastikan barang-barang yang perlu untuk dibawa telah tersimpan rapi di dalam mobil. Istri saya juga melakukan hal yang sama untuk memastikan barang-barang di rumah dalam keadaan rapi saat ditinggalkan, teristimewa memastikan kompor gas di dapur telah dimatikan untuk menghindarkan bahaya kebakaran yang kerapkali terjadi oleh karena keteledoran pemilik rumah. “Rumah sudah bicara di kunci, Pa?” tanya istriku memastikan barang-barang yang diperlukan telah dimasukkan ke dalam mobil. “Iya, udah Mam, kunci aja rumahnya”, sahutku kepadanya.
Perjalanan ke luar rumah pada hari itu ditemani dengan langit yang mendung. Beberapa menit mobil melintasi rute perjalanan yang kami sepakati, tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya membasahi bumi tempat kita berpijak. Bagi kendaraan roda empat yang sedang menggelinding di jalan raya, cuaca hujan atau panas tidak membawa dampak yang sangat berarti oleh karena penumpang dapat duduk dengan tenang sambil menikmati suhu hangat AC mobil yang tersedia. Tiba-tiba mata saya tertuju kepada satu pemandangan yakni sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang bapa bersama seorang ibu dan seorang bayi yang dapat saya pastikan itu adalah istri dan anaknya. Pengendara sepeda motor ini berusaha untuk melaju dengan kencang supaya segera mendapatkan perlindungan di tempat terdekat agar tidak mengalami basah kuyup teristimewa memberikan perlindungan bagi bayinya. “Aduh kasihan ya Ma, mereka“, demikian ujarku kepada istri sambil menunjuk kepada pengendara sepeda motor tersebut. “Ternyata Tuhan itu sungguh baik kepada kita sekeluarga. Kita tidak pernah merasakan seperti apa yang bapak dan keluarganya ini rasakan, berusaha mencari perlindungan ketika sedang berkendara di jalan raya oleh karena hujan deras mengguyur perjalanan mereka“, demikian aku lanjut berkomentar. Istri dan anak-anak hanya diam sambil terus mengarahkan pandangan kepada pengendara sepeda motor tersebut.
Saudaraku, betapa kita sering merasa serba kekurangan dan berusaha untuk meraih segala sesuatu demi kepuasan batin kita untuk dapat disandingkan dengan orang lain teristimewa dalam hal harta benda. Tidak jarang kondisi ini membuat kita sering merasa serba berkekurangan bahkan tidak puas atas apa yang ada pada kita saat ini oleh karena pandangan kita terpusat kepada persaingan materi duniawi. Ironisnya hal ini membuat kita sulit untuk bersyukur kepada Allah karena selalu membandingkan diri kita dengan orang lain yang memiliki sesuatu yang lebih dari kita gantinya melihat orang-orang lain yang lebih susah dari kita sesungguhnya Allah itu baik kepada kita. Mari kita syukuri segala berkat dan kebaikan Tuhan itu dengan ibadah yang disertai rasa cukup sehingga kita merasakan kualitas hidup yang tak tertandingi oleh karena hari demi hari berlalu disertai dengan pujian dan syukur kepada-Nya. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.