Matius 25:23, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah ke dalam kebahagiaan tuanmu.”
“Om, aku semester depan mau skripsi. Aku bisa kan mengadakan penelitian di kantor Om supaya skripsiku bisa cepet selesai?“ demikian keponakan kami memohon bantuan kepada kami via telepon. “Oh, itu sih bisa aja, yang penting beritahukan apa judul skripsimu dan minta surat pengantar dari kampusmu supaya Om bisa bicarakan di kantor“, saya kembali merespons permohonannya lewat telepon pada sore itu. Pembicaraan ini berlangsung akhir tahun yang lalu. Lama setelah percakapan itu, saya tidak mendapatkan perkembangan apa pun dari keponakan kami tentang kelanjutan skripsinya.
Siang itu saya mendapat pesan singkat „sms“ dari abang saya berkata, „Aku gak tau harus berbuat apa tentang skripsi keponakanmu ini, namun saya percaya kau pasti punya jalan keluar untuk menolong dia supaya bisa menyelesaikan skripsinya. Aku serahkan dia sepenuhnya ke dalam bimbinganmu supaya targetnya dapat tercapai“. Kakak saya hanya berharap supaya keponakan kami dapat menyelesaikan skripsinya dan dapat diwisuda, mengingat waktu penyelesaian skripsi kurang dari 8 minggu. Saya pun akhirnya mengerahkan segenap tenaga dan pikiran saya untuk membimbing keponakan kami bahkan mempersiapkan data-data skripsinya serta analisis yang diperlukan untuk penyelesaian skripsi tersebut hingga tiba akhirnya keponakan saya kembali menelepon saya dan berkata, „Om, terima kasih banyak untuk semua bimbingan dan pertolongannya selama ini, aku baru saja mengikuti ujian sidang skripsi dan dinyatakan lulus. Aku bisa diwisuda beberapa hari mendatang. Terima kasih untuk semua bantuan Om dan Tante serta dukungan adik-adik.“ Akhirnya, kami turut senang dan turut pula menghadiri upacara wisuda keponakan kami beberapa minggu yang lalu.
Beroleh kelulusan dari ujian sidang Sarjana dan dapat mengikuti wisuda sudah menjadi dambaan dan sukacita besar dari keponakan kami demikian papa & mamanya bahkan seluruh keluarga besar kami. Apalagi jika kelak Allah menyatakan kita „LULUS“ dan „TAHAN UJI“ dari segala penderitaan dan perjuangan iman kita selama hidup di bumi, betapa berbahagianya hati oleh karena kita akan diundang masuk dan turut dalam pesta kemenangan iman di dalam kerajaan surga kelak. Berat beban yang kita pikul, melelahkan perjalanan hidup kerohanian kita, namun kesetiaan kita untuk menanggung seluruh beban yang ada dalam pikulan kita dan kesabaran kita dalam menapaki setiap langkah perjalanan rohani akan digantikan dengan sukacita yang tiada taranya yakni „Hidup Kekal“ di surga yang penuh kedamaian. „Tidakkah saudara dan saya rindu menerima undangan Sang Juruselamat sambil berkata, „Masuklah dan turutlah ke dalam kebahagiaan tuanmu?“ Allah menolong kita untuk „SETIA“ sampai akhir. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.