Yohannes 13:34, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
Kami mempunyai satu tambahan anggota keluarga yang kami sudah anggap bagaikan adik bagi kami. Selama ini ia bekerja bersama kami untuk menemani anak-anak kami yang masih kecil ketika kami menghabiskan waktu seharian untuk bekerja di luar rumah. Kami tahu ia sangat senang tinggal bersama kami, bahkan ia sangat sayang terhadap anak kami. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu anak kami sangat merasakan kedekatannya dengan tantenya yang menemaninya sepanjang hari ketika kami pergi bekerja. Kami sangat senang melihat perlakuan anak kami terhadapnya dan juga sebaliknya. Seolah olah mereka seperti hubungan kakak adik saja.
Namun beberapa hari yang lalu, kami sangat di kagetkan oleh satu kabar yang kami tidak sangka sama sekali. ”Kakak, sebelumnya saya minta maaf kepada kakak dan juga adek-adek, karena saya harus meninggalkan kakak dan adek-adek, saya harus pulang kampung.” Itulah perkataan dari orang yang kami sudah anggap seperti keluarga sendiri. Kami sangat keget, “Ada masalah apa Dek?” tanyaku kepadanya. Malam itu, saya dan istri baru saja tiba dirumah setelah seharian menghabiskan waktu bekerja di kantor. “Baru aja kami tiba di rumah, tiba-tiba kamu ngomong gitu, ada apa? Apa masalah kamu?” demikian kami mempertegas pertanyaan kepadanya. “Tidak kak, karena saya diminta untuk segera menikah oleh calon suami saya, sebenarnya saya juga sangat sayang sama adek-adek, namun minggu depan saya akan pulang kampung”, jawabnya sambil menangis. Kami pun bersiap-siap mengantarnya pulang tepat ketika hari yang direncanakan tiba. Kami pun saling berbicara satu dengan yang lain dan bermaaf-maafan sebelum ia meninggalkan rumah dan berpisah dengan kami. Saat itu anak kami bertanya, “Ibu Aunti mau ke mana?” Ibunya menjawab, “ Sayang, Aunti mau pulang kampung, karena auntie mau menikah.” Anak kami pun kaget dan menangis sambil tidak mengijinkan auntinya untuk pulang kampung. Pada saat yang sama auntienya juga menangis sambil memeluk anak kami sepertinya ia juga merasa berat untuk meninggalkan adek-adeknya di rumah. Tanpa kami sadari, kami pun meneteskan air mata sementara anak kami tetap bertahan tidak memperbolehkannya untuk pulang.
Melalui kisah ini, satu pelajaran yang sangat berguna bagi kami, di mana tanpa kami sadari selama kami tinggal bersama-sama, ternyata kami telah membangun suatu hubungan yang baik, walaupun sebelumnya kami belum pernah mengenal satu sama lain. Saling menghormati satu dengan lain terlebih lagi apabila kita saling mengasihi. Kasih akan melampaui segala hal, oleh kasih kita bisa membangun suatu hubungan yang baik sehingga kita bisa memancarkan tabiat Yesus Kristus. Kita sebagai manusia ciptaan Tuhan semua sama, Tuhan tidak pernah membedakan umat-Nya. Perintah Tuhan kepada kita apabila kita mau menjadi murid-murid-Nya maka kita harus saling mengasihi. Selamat bekerja dan Tuhan memberkati. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.