Monday, August 30, 2010

HIDUP DALAM PERLINDUNGAN TUHAN

Jadisekarang, hai kamu yang berkata: "Hari iniatau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akanterjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Yakobus 4 : 13–15



TUHAN lah Perlindunganku”, demikian kita nyanyikan lagu di gereja. Tetapi tanpa disadari, banyak orang tidak mengerti apa artinya berlindung kepada TUHAN itu. Buktinya, mereka merasa sudah atau sedang berlindung kepada Tuhan, padahal mereka menolak perlindungan TUHAN. Bagaimana hal ini terjadi? Manakala seseorang dalam keadaan tanpa masalah dalam segala segi kehidupannya, ia tidak sungguh-sungguh berlindung kepada TUHAN. Setelah masalah timbul, barulah ia berurusan dengan TUHAN. Kalau begitu TUHAN dipandang laksana ban serep: kalau ban tidak pecah, tak akan dicari; TUHAN disamakan dengan rumah sakit, kalau orang tidak sakit parah, tidak perlu berurusan dengannya. Padahal kita sangat membutuhkan perlindungan TUHAN setiap saat, tanpa mengurangi bahwa tetap ada bagian tanggung jawab kita yang memang harus kita lakukan. Ada pengertian penting yang harus dipahami untuk hidup dalam perlindungan TUHAN. Seseorang tidak dapat membutuhkan dan berlindung kepada TUHAN, kalau tidak mengakui bahwa dirinya adalah mahkluk yang sangat lemah dan ringkih. Bukankah Alkitab berkata hidup manusia seperti uap? Karena itu kita harus memahami kenyataan mengenai keringkihan manusia.


Pertama, manusia memiliki tubuh fana yang kemampuannya sangat terbatas. Tubuh manusia yang telah jatuh dalam dosa sangat rapuh, bukan bertulang besi, berotot kawat dan berkulit baja. Kunjungi rumah sakit dan akan kita sadari betapa rapuhnya tubuh manusia. Kedua, manusia hidup di dunia yang penuh bahaya melampaui kekuatan dirinya. Di masa depan, manusia lebih diperhadapkan dengan keadaan dunia yang penuh ancaman seperti bencana alam, bencana buatan manusia, epidemi penyakit dan sebagainya. Ketiga, adanya kuasa gelap yang jahat, yang berusaha menyeret kepada kegelapan abadi. Ingat, bahaya iblis bukan pada sepak terjangnya yang membuat hidup manusia sengsara di dunia ini, melainkan pada usahanya mempersiapkan manusia menjadi warga api kekal. Kalau iblis hanya membuat manusia sengsara di bumi, itu bukan masalah sama sekali, justru bisa menguntungkan, karena sengsara di bumi bisa menggiring manusia ke dalam Kerajaan ALLAH. Berwaspadalah, karena iblis hanya dapat dilawan dan diatasi jika kita bersama TUHAN. Kita harus selalu menghayati keringkihan diri kita ini, supaya kita tidak sombong. Jangan berpuas diri apabila keadaan kita hari ini tanpa masalah, sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kembangkan sikap rendah hati, dan dengan tulus kita belajar berlindung kepada TUHAN sembari tetap melakukan bagian tanggung jawab kita yang memang harus kita lakukan.Dengan menghayati keringkihan diri kita sebagai manusia, kita belajar hidup dalam perlindungan TUHAN.