Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Galatia 5 : 16–18, 25
Seseorang yang mengendarai motor atau mobil perlu menguasai seluruh elemen yang menggerakkan kendaraan itu, seperti gas, rem, kopling, lampu, klakson, indikator di dasbor dan bahkan banyak panel lainnya. Sebab hanya orang yang mampu mengendalikan semua elemen itulah yang sanggup menjalankan kendaraannya dengan sempurna. Demikianlah ALLAH menghendaki kita mengendalikan kehendak dalam diri kita, agar kita hidup sesuai dengan kehendak-NYA. Orang yang hidup oleh Roh harus menuruti kehendak Roh. Penurutannya bukan atas dasar kedaulatan absolut ALLAH yang mencengkeram diri seseorang dan menghilangkan kebebasannya, tetapi merupakan kesadaran untuk melakukan penurutan sedemikian rupa karena membiasakan diri menuruti kehendak-NYA, dipimpin oleh Roh, berjalan bersama Roh (ay. 25). Sebetulnya dalam ay. 25, “dipimpin oleh Roh” dalam bahasa aslinya adalah πνεύματι καὶ στοιχῶμεν (pnévmati kaí stīkhómen). Kata stīkhómen berasal dari akar kata στοιχέω (stīkhéō), yang artinya berjalan berbaris dengan rapi, seperti tentara yang berbaris mengikuti komando. Itulah sebabnya dalam terjemahan King James Version kata-kata ini ditulis “walk in the Spirit” (berjalan dalam Roh), dan dalam New International Version diterjemahkan dengan lebih tepat lagi sebagai “keep in step with the Spirit” (berjalan seirama dengan Roh).
Berjalan seirama dengan Roh adalah suatu proses sinkronisasi atau penyesuaian. Artinya, seperti tentara yang berbaris rapi mengikuti komando, kita belajar untuk berjalan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Roh. Belajar mengendalikan kehendak kita sendiri, sehingga sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh TUHAN. Ini membutuhkan keaktifan kita untuk menyangkal diri terus-menerus. Pembiasaan diri berjalan menurut kehendak ALLAH melalui penyangkalan diri terus-menerus akan membuahkan buah Roh (ay. 22). Paulus mengajarkan bahwa orang percaya memiliki dua pilihan, menghasilkan buah Roh—yaitu kepribadian yang serupa dengan Kristus—atau buah daging (keinginan-keinginan daging). Berarti tidak mustahil bagi orang percaya untuk menghasilkan buah daging. Ini tergantung keputusan dan pilihan hidupnya setiap hari. Semakin kita memberi diri dipimpin oleh Roh TUHAN, semakin pekalah kita terhadap kehendak TUHAN. Dengan cara hidup demikian ini kita akan sungguh-sungguh dapat memuaskan hati TUHAN. Oleh sebab itu, hendaknya kita terus berjuang untuk menjadi orang yang selalu berjalan seirama dengan Roh.