Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung Allah engkau berada….Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Yeh 28:14,15.
Tidak mungkin menerangkan asal mula dosa dengan memberikan sebab-sebab keberadaannya. Namun mengenai asal mulanya dan tindakan terkhir yang akan dilakukan terhadap dosa itu, bisa cukup dimengerti, yang menyatakan sepenuhnya keadilan dan kemurahan Allah dalam segala tindakan-Nya terhadap kejahatan. Tidak ada keterangan yang lebih jelas diajarkan dalam Alkitab daripada bahwa Allah tidak bertanggung jawab atas masuknya dosa. Dosa adalah pengganggu, karena tidak ada alasan kehadirannya diberikan. Dosa adalah misterius, tak dapat diterangkan dan tak dapat dipertanggungjawabkan; memaafkannya sama dengan mempertahankannya. Seandainya dosa bisa dimaafkan, atau diberikan sebab-sebab keberadaannya, maka itu tidak menjadi dosa lagi. Definisi kita satu-satunya mengenai dosa hanyalah yang diberikan oleh firma TUHAN: “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (1 Yoh 3:4). Tindakan diluar prinsip adalah melawan hukum kasih yang agung yang menjadi dasar permerintahan Ilahi.
Dosa bermula dari mementingkan diri sendiri. Lusifer, kerub yang berjaga, ingin menjadi yang terutama di surga. Ia berusaha mengendalikan makhluk-makhluk surgawi, untuk memisahkan mereka dari Khalik mereka, dan memenangkan penghormatan bagi dirinya sendiri. Demikianlah ia menipu malaikat-malaikat. Demikianlah ia juga menipu manusia, ia menuntun mereka meragukan firman Allah, dan tidak memepercayai kebaikan-Nya. Demikianlah ia menarik manusia mengikutinya dalam pemberontakan melawan Allah, dan malam kesengsaraan pun menutupi dunia ini. Dosa muncul di alam semesta yang sempurna. Alasan lahirnya dan berkembangnya dosa itu tidak pernah dan tidak akan pernah bisa diterangkan, biarpun pada hari besar yang terakhir pada waktu penghakiman diadakan dan buku-buku dibukakan. Pada hari itu akan nyata kepada semua makhluk bahwa tidak ada, dan tidak pernah ada sesuatu alasan untuk berdosa. Pada penghukuman terakhir terhadap Setan dan malaikat-malaikatnya dan semua orang yang pada akhirnya diidentifikasi sebagai pelanggar-pelanggar hukum Allah, semua mulut akan dibungkam. Pada waktu pasukan pemberontak mulai dari pemberontakan besar pertama sampai kepada pelanggar terakhir ditanya mengapa mereka melanggar hukum Allah, mereka akan diam seribu bahasa. Tidak akan ada jawaban yang diberikan.