Tuesday, September 13, 2016

3S – Seyum, Sapa, Santun




Amsal 17:22, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Walaupun pada hari itu cuaca tidak bersahabat, hujan deras dan angin cukup kencang, menambah suasana hati kurang bersemangat untuk berangkat kantor, tetapi saya putuskan,  “Ma brangkat dulu yaa “ dan saya pun berangkat ke kantor.  Setelah beberapa menit berkendara, saya pun tiba di pintu Tol yang mengarah ke Jakarta, seperti biasa ketika saya membayar untuk masuk tol, Bapak penjaga Tol itu, menyambut saya dengan 3S – Seyum, Sapa, dan Santun…
Bapak penjaga pintu tol ini melempar seyuman dengan ramahnya dan menyapa “Selamat Pagi Pak !! “..dan kebetulan uang yang saya bayarkan ada kembaliannya, dan sambil terseyum kembali, Bapak penjaga tol itu berkata, “Ini kembaliannya pak……..”! “ terima kasih, hati – hati dijalan selamat sampai tujuan !” lanjut Bapak itu berkata kepada saya. ….Waaauw, Bapak yang  luar biasa pikir saya… Saya langsung merasakan satu hal yang sedikit berbeda pagi itu atas keramahan bapak penjaga Tol ini. 

Gardu pintu tol itu, hanya berukuran kira-kira 2 x 1m dan bapak ini berada didalamnya, bekerja sepanjang hari, sekitar 7 ~ 8jam, apakah dia tidak merasa jenuh? dan bahkan ia harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan tol, dengan sapaan dan keramahan. “Customer Satisfaction“ banget yaa…pikir saya! kemudian muncul banyak pertanyaan di benak saya, pada saat itu, apa bapak itu melakukan hal yang sama kepada semua orang saat bertransaksi di gardu tol tersebut?, apakah ia tidak capek?, apakah ada tambahan bonus bagi bapak itu dengan berlaku demikian?, apakah bapak itu melakukannya karena ada CCTV atau ada atasannya yang mengawasinya?, apa bapak itu sedang gembira hari itu? dan apakah bapak  itu akan melakukannya setiap hari? 
Terkadang didalam kehidupan ini, kita kurang peduli dengan orang sekitar kita dalam berinteraksi, kita menunggu orang lain untuk melayani kita dalam hal – hal yang terkecil sekalipun, kita berpikir dan mungkin mengharapkan orang lain memberikan sesuatu kepada kita lebih dulu agar kita dapat memberi. Atau mungkin kita akan melakukan sesuatu yang baik itu oleh karena sesuatu hal? ada imbalan yang besar dijanjikan ? atau karena merupakan tuntutan pekerjaan kita. Apapun itu kalau itu bukan menjadi kebiasaan kita, ketulusan hati kita, kesadaran kita. Maka itu tidak akan menjadi sesuatu hal yang besar yang dapat merubahan kehidupan kita yang memiliki hati yang gembira, malahan sebaliknya manjadikan kita beban. 

Marilah dimanapun kita berada teristimewa didalam pelayanan kita di dalam keseharian kita, Kita memiliki sesuatu pengalaman yang berbeda, menjadi saluran berkat bagi orang disekitar sekaligus kita memiliki hati yang gembira karena itulah obat yang manjur. 
Kiranya Tuhan memberkati kita sepanjang hari ini dalam aktivitas kita.