If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Wednesday, September 14, 2016
Beratkah bebanmu?
Matius 11 : 28, “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
"Terima kasih Tuhan atas penyertaanMu......" adalah doa yang kulayangkan, segera setelah pesawat yang kutumpangi mendarat dengan mulus di bandara International Soekarno Hatta. Menurut statistik, pesawat adalah salah satu alat tranportasi yang teraman di dunia, namun setahuku, hanya pesawat yang menyiapkan “penuntun doa” dalam berbagai bahasa, untuk dilayangkan sebelum pesawat akan "take off" Rasanya kita semua setuju, ketika bepergian dengan pesawat, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menyerahkan perjalanan itu ke dalam tangan Tuhan.
Setelah mengambil bagasi, aku berjalan ke luar, membeli tiket bus Damri jurusan Bekasi. Selang beberapa saat, bus yang ditunggu tiba, aku segera naik diikuti beberapa penumpang lainnya. Koper bawaan kuletakkan di tempat yang disediakan di dalam bus. Di sampingku duduk seorang penumpang yang berbadan cukup besar. Sementara duduk, dia memangku barang bawaannya yang cukup besar pula. Aku merasa sedikit kurang nyaman, bukan saja karena badannya yang besar, tapi karena barang bawaannya sudah mengenai tubuhku. " Pak, di depan itu ada tempat untuk menaruh bawaan. Di atas kepala juga ada. Bapak taruh saja bawaan yang besar di depan, sedangkan yang kecil taruh di tempat di atas." Aku berusaha menganjurkan kepada bapak di sampingku agar dia meletakkan barang bawaannya pada tempat yang disediakan. Si Bapak menoleh, memandangku tanpa berkedip, tapi tidak ada tanda-tanda untuk bergerak. "Aman pak, daripada bapak memangku sepanjang perjalanan, Bekasi kan jauh." Kataku lebih lanjut untuk meyakinkan si bapak, kalau-kalau ada barang berharga yang dia kuatir akan hilang. Kembali, si bapak hanya menoleh kepadaku tanpa berucap sepatah katapun. Akupun jadi terdiam seribu basa, ada rasa kesal dan ingin marah, tapi aku berusaha menahan diri. Akhirnya, aku berusaha menikmati perjalanan panjang dari Cengkareng ke Bekasi dengan posisi duduk terhimpit oleh tubuh dan bawaan besar penumpang yang duduk di sampingku.
Pengalaman kurang nyaman yang aku alami dalam bus Damri sebenarnya memberikan pelajaran yang sangat berarti bagiku. Sering, ketika beban permasalahan rasanya begitu berat, gantinya kita menyerahkan kepada Tuhan, kita berusaha untuk menanggungnya sendiri, padahal Tuhan sudah meminta kita untuk menyerahkan kepadaNya segala beban kita. Yang lebih parah, ketika kita berusaha menanggungnya dengan kemampuan kita sendiri, tanpa kita sadari, kita sudah menyusahkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Oleh sebab itu, mari kita belajar menyerahkan semua beban2 kita kepada Yesus, maka Diapun akan memberikan kelegaan pada kita. Tuhan memberkati.