If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Tuesday, September 06, 2016
PERTOLONGAN DARI TUHAN
Mazmur 121 : 1 – 2, “Nyanyian Ziarah. Aku melayangkan mataku kegunung gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.”
"Aduh …pak! Tolong!" Suamiku segera menemui saya yang sedang mencuci pakaian "Kenapa ma?" tanya suami saya. "Perut saya sangat sakit dan kaki saya keram... tidak bisa berdiri..." Suamiku membantu saya untuk berdiri dan dibawa masuk ke dalam rumah . Suami berusaha untuk memberikan pertolongan seadanya dengan mengoleskan minyak tawon. Tapi sakitnya tidak kunjung berkurang .Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu sore. Suami dan kedua anak kami berdoa memohon pertolongan dan petunjuk TUHAN. Pengobatan dari luar tidak dapat mengurangi sakit dan sore itu sebelum ke Perbaktian Rabu Malam kami ke dokter praktek yang dekat dengan Gereja. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa radang usus buntu dan dianjurkan untuk berpuasa malam itu dan segera ke rumah sakit. Setelah dari Dokter kami ke Perbaktian Rabu Malam , karena kebetulan malam itu suami yang melayani di acara perbaktian itu.
Di acara rabu malam Suami saya memberi kesaksian dan usulan untuk mendoakan saya, saya percaya bahwa Tuhan mendengar doa dari saudara- seiman malam itu, sehingga saya dapat bertahan untuk mengikuti kebaktian hingga selesai, seusai kebaktian kami segera pulang ke rumah mempersiapkan diri untuk masuk Rumah Sakit malam itu juga. Setelah tiba di R S dokter kembali memeriksa secara intensif dan dokter menyatakan bahwa tindakan operasi diadakan besok pagi jam 10 .00 Wita. Setelah itu suami mengantar saya kekamar dan malam itu saya sendiri, karena suami harus segera kembali untuk menemani kedua anak kami yang masih kecil dirumah. Malam itu saya terus berdoa kepada Tuhan memohon pertolongan-Nya, Pagi pun tiba, dan sekitar jam 08.00 perawat dan dokter kembali memeriksa kondisi saya dan diiangatkan lagi bahwa pada jam 10.00 akan diadakan tindakan operasi, hati saya agak kecut karena tidak seorangpun keluarga yang menemani saya. Saya tidak dapat berkomunikasi dengan siapapun karena saat itu belum ada alat komunikasi seperti sekarang, namun saya teringat sebuah syair lagu yang saya nyanyikan dalam hati saat itu, “ Telepon Kesurga Indah sentiasa ,hubunganNya baik ku rasa sungguh, Panggil pada Yesus dengan Telepon itu……”
Oh……. Tuhan saya percaya... Engkau selalu ada disisi saya, yang selalu siap memberikan semangat, kekuatan, dan pertolongan setiap saat itu doa dari hati saya. 2 Orang perawat datang mempersiapkan saya untuk dibawah ke kamar Operasi, sambil menunggu suami datang untuk menandatangani surat Operasi, jam sudah menunjukkan pukul 10,00 tepat tapi suami belum kunjung datang, sudah lewat 5 menit , 10 menit, lalu saya memohon kepada perawat agar saya saja yang menandatangani surat operasi itu, dengan alasan bahwa suami masih menunggu anak-anak keluar dari Sekolah. Dan akhirnya saya didorong ke kamar Operasi tanpa ditemani oleh keluarga. Tapi saya percaya bahwa Tuhan selalu menemani dan saya terus berdoa dalam hati, memohon pertolongan TUHAN buat saya, buat dokter dan bagi perawat agar diberikan hikmat oleh Tuhan dalam tindakan operasi , hingga saya tidak sadar lagi.
Sayup-sayup saya dengar ada suara –suara dan lama kelamaan saya pun sadar saya dapat melihat suami dan ke dua anak kami serta saudara – saudara seiman yang datang mengunjungi dan mendoakan saya. Setelah liwat 7 hari dirawat di Rumah Sakit, saya pun dapat kembali kerumah.
Saat itu saya teringat peristiwa 16 tahun yang lalu ketika saya mengalami sakit yang sama dan dokter pun menyatakan harus segera menjalani tindakan operasi, tapi TUHAN berkata lain melalui obat sederhana yang diberikan oleh orang tua dan campur tangan TUHAN menunda hingga 16 tahun kemudian baru tindakan operasi diadakan, dan ternyata usus buntu saya membiru dan membesar.
Semuanya ini terjadi hanya karena kemurahan TUHAN saja, dan apapun yang terjadi dalam kehidupan kita berada dalam sepengetahuan-Nya.