Banyak orang Farisi membuat lingkungannya penuh dengan kecaman. Mereka berpusat pada diri, kesan kesombongan mereka membutakan keadaan mereka yang sebenarnya pada pemandangan Allah. Terbungkus dengan jubah mewah kebenaran diri, dengan cepat mereka menghakimi orang-orang lain. Mereka mengirimkan mata-mata untuk menjerat orang yang ingin mereka hancurkan. Yesus mengenal mereka semua. Pelanggaran terkecil yang mereka lihat pada sesama dibeberkan kepada tiap orang yang mereka sendiri pun secara rahasia mempraktikkannya. Tidak seorangpun di dunia yang layak menghakimi orang lain, karena tolok ukur manusia bukanlah milik Allah. “Jangan buat dirimu menjadi tolok ukur, jangan buat pendapat-pendapatmu, pandangan dalam tugasmu, interpretasimu tentang Alkitab, jadi patokan untuk orang-orang lain dan menyalahkan mereka dalam hatimu jika mereka tidak mencapai ukuranmu. Jangan kritik orang-orang lain, dengan menerka motif mereka dan menghukum mereka.” Hanya Allah yang dapat mengenal kita. “TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku” (Maz 139:1). Kita perlu memeriksa keadaan kerohanian kita sendiri untuk menentukan apakah Kristus sesungguhnya berdiam di dalam diri kita (2 Kor 13:5). Penelitian seperti itu akan benar-benar merendahkan diri kita di hadapan Pencipta dan Bapa kita.
Apabila kita menyadari posisi kita sendiri, kita akan enggan menghakimi motif orang lain. “Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita” (1 Kor 11:31). Mereka yang menghakimi orang lain menerima roh Satan, “pendakwa saudara-saudara kita” (Wahyu 12:10). Kita boleh saja menyalahkan pelanggaran tetapi harus sedia mengampuni pelanggar. Ilustrasi yang Yesus berikan adalah tentang selumbar atau serpihan kayu atau sekam yang nampak pada mata orang lain. Orang-orang yang hidup untuk mengeritik dan menghakimi sesama umat percaya mereka akan sedia melihat sebuah kesalahan kecil, tetapi mereka akan buta melihat balok di dalam hidup mereka. Dan mereka yang suka mengeritik selalu orang munafik, karena mereka melakukan dosa yang lebih besar dan muslihat roh mencerca. “Hanya Kristuslah tolok ukur tabiat yang benar, dan orang yang membuat dirinya tolok ukur bagi orang lain menempatkan diri pada tempat Kristus”.