Saturday, March 20, 2010

ORANG-ORANG BERDOSA MEMERLUKAN PERTOBATAN

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa. Markus 2:17.
Setelah kembali ke pantai barat, Yesus pergi ke rumah Matius, Lewi tempat sebuah pesta diadakan. Dia tidak enggan menerima undangan itu. Undangan Matius Lewi menimbulkan kebencian besar di antara pengikut-pengikut Krsitus. Pilihan nampaknya sebuah penghinaan terhadap kebiasaan agama dan sosial. Orang-orang Farisi dengan segera menggunakan hal itu sebagai pemisah antara para pengikut-Nya dari Dia. Namun, para pemungut cukai, bereaksi dengan penuh perhatian. Ia mengetahui bahwa hal ini akan memberi pertentangan kepada partai Farisi, dan juga mengkompromikan Dia dalam pemandangan orang banyak itu. Akan tetapi tidak perlu ada peraturan yang dapat mempengaruhi gerak-Nya. Bagi-Nya perbedaan-perbedaan luar tidak memberatkan. Yang menarik hati-Nya adalah suatu jiwa yang haus akan air hidup.
Tamu-tamu makan pada meja yang diatur empat persegi dengan tiga sisinya tertutup dan sisi keempat terbuka untuk para pelayan datang dan pergi dengan makanan. Sekeliling luarnya, dipan-dipan dijauhkan dari meja. Para tamu beristirahat dengan santai. Yesus mengambil kesempatan dari peristiwa itu untuk menyajikan pelajaran-pelajaran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan para pendengar-Nya. Oleh teladan-Nya sendiri Ia mengajar mereka bahwa, jika menghadiri pertemuan umum, percakapan mereka tidak perlu sama sifatnya seperti yang biasanya disenangi dalam peristiwa seperti itu. Beberapa dari yang hadir berpendirian memihak pada Yesus, sedangkan yang lain mengkuti setelah kebangkitan-Nya.
Pesta itu menyebabkan muka orang-orang Farisi pucat. Mendektai murid-murid, mereka mengeluh kepada mereka, berharap menjauhkan diri mereka dari Yesus. Inilah caranya Setan telah bekerja semenjak ketidakpuasannya di surga; dan semua yang mencoba menyebabkan perselisihan dan perpisahan digerakkan oleh rohnya. Makan dan minum dengan orang bukan Yahudi melanggar hukum acara, menyebabkan upacara najis orang-orang Yahudi menyamakan para pemungut cukai dengan yang bukan Yahudi, menganggap mereka orang terbuang. Orang-orang Farisi menganggap diri mereka lebih layak namun para pemungut cukai itu berpikiran sempit, tidak mementingkan diri. Mereka lebih terbuka menerima dan menghargai karunia keselamatan daripada orang-rang Farisi, yang memandang tidak perlu rahmat. Orang-orang yang merasa sehat secara rohani tidak perlu seorang dokter, akan tetapi mereka yang merasa berpenyakit dosa menyadari kekurangan mereka.

Ujian pelayanan-Nya sebagai Juruselamat manusia berkisar dari hal apa yang ia dapat lakukan untuk orang-orang berdosa.