Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Yohanes 12 : 24-25
Kalimat kunci pertumbuhan adalah, "Harus ada kematian kalau mau ada kehidupan." Atau bisa diuraikan dengan kalimat lain, "Kalau seseorang mau mengikut TUHAN Yesus, maka fokusnya hanyalah bagaiman memperagakan kehidupan sebagai anak-anak ALLAH di bumi ini dengan benar seperti yang diperagakan TUHAN Yesus." Ingat TUHAN tidak main-main dengan perkataan-NYA agar kita sempurna seperti BAPA di Surga (Matius 5 : 48). Kesediaan kita untuk mengarahkan fokus sepenuhnya adalah respons terhadap keselamatan yang benar, yang harus dimiliki anak-anak TUHAN. Bila kita tidak memiliki kesediaan ini berarti kita tidak berminat dengan TUHAN. TUHAN adalah Raja dan Majikan kita. Kalau kita berurusan dengan TUHAN hanya untuk menyelesaikan masalah hidup kita maka itu berarti kita mau menjadikan DIA sebagai pelayan. Itu sikap yang kurang ajar, hendak menjadikan RAJA Segala Raja sebagai pelayan. Urusan TUHAN adalah menyelamatkan roh yang ditempatkan-NYA dalam diri kita (Yakobus 4 : 5). Oleh sebab itu, hal pemenuhan kebutuhan jasmani haruslah bukan menjadi masalah lagi.
Sebelum TUHAN Yesus berbicara jaminan pemeliharaan-NYA, TUHAN sudah memulai dengan perintah untuk mengumpulkan harta di Surga. Sebelum berbicara mengenai "tambahan" IA memulai dengan perintah mendahulukan Kerajaan ALLAH (Matius 6 : 24, 33). Ini berarti TUHAN tidak akan berurusan dengan kita, kalau kita tidak mau tahu urusan-NYA. Jika ada yang mengajar seolah-olah TUHAN mau berurusan dengan kita -memenuhi kebutuhan jasmani kita- sekalipun kita tidak mau tahu urusan-NYA, dipastikan orang itu tidak berasal dari TUHAN. Kehidupan sebagai anak-anak ALLAH tidak dapat dikembangkan dalam diri kita kalau kita tidak mau mati dalam kehidupan kita yang lama, artinya menanggalkan segala ikatan beban dan dosa yang membelenggu kita. Dan orang yang sudah mati dalam kehidupannya yang lama, tidak lagi mementingkan pemenuhan kebutuhan jasmani, karena baginya hanya TUHAN yang didambakannya. Merasa cukup -meski menurut ukuran dunia kekurangan- karena TUHAN. Seperti Yesus yang mati untuk memberikan kehidupan bagi banyak orang, demikian pulalah diri kita yang lama harus mati sehingga kita memperoleh hidup yang kekal, hidup yang berkualitas. Itulah kehendak Yesus. Beban dan dosa-dosa yang ditanggalkan barulah sebuah langkah awal untuk memiliki keagungan sebagai anak-anak ALLAH. Dalam keagungan itu ada hikmat, kebijaksanaan ilahi dan segala pengertian sebagai calon pangeran dan pejabat Kerajaan Surga. Dalam hal ini barulah kita dapat mengerti mengapa TUHAN menghendaki kita melepaskan segala sesuatu barulah menjadi murid TUHAN.