If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Tuesday, November 08, 2016
Kekhawatiran
Matius 6:34, Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Dalam perjalanan ke kantor, saya mendapat kiriman gambar dari istri saya melalui Whatsapp. Gambar itu adalah photo partisi di rumah sakit dengan keterangan "Lg di igd". Maksudnya "Sedang berada di Instalasi Gawat Darurat". Tentu saja, pesan ini membuat saya terkejut dan takut. Dan, ketika saya hubungi, dia mengatakan bahwa ketika dia sedang menuju ke tempat kerjanya, dia merasakan dada sebelah kirinya. Lalu ia memutuskan untuk mampir ke rumah sakit. "Ini sedang diperiksa EKG", katanya.
Selang beberapa saat, saya kembali menghubunginya. "Tidak apa-apa pah", katanya. "Kata dokter, asam lambung naik dan menekan ke atas, sehingga menyebabkan nyeri di dada dan tekanan darah sedikit drop". Lega hati saya. Puji Tuhan, ternyata menurut pemeriksaan dokter, didapati bahwa permasalahan bukan oleh karena penyakit yang serius. Lebih lanjut dokter mengatakan bahwa itu dikarenakan terlalu lelah dan terlalu banyak pikiran.
Tuhan Yesus dalam Matius 6:34 mengatakan "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Ya! Kita terkadang terlalu jauh menguatirkan hal-hal yang buruk. Kita kuatir akan terjadi sesuatu yang mengakibatkan kesusahan dan penderitaan. Dan, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan kita. Pagi ini kita dinasehati, untuk menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan. Allah akan menyertai dan tidak akan memberikan pencobaan lebih dari yang dapat kita tanggung. Dan, lebih dari itu, Allah meminta kita untuk tidak kuatir akan masa depan kita.
Mari kita belajar untuk menghapus kekuatiran kita yang berlebihan. Tuhan Yesus memberkati,
Monday, October 24, 2016
PRAYER IS POWERFUL
1 Yohanes 5:14
Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
Saya baru saja tiba di rumah saat tiba-tiba saya teringat sesuatu. "Astaga, laptop saya tetinggal di mobil itu", saya setengah berteriak dan bergegas untuk kembali kesana. "Mami mau ke Semanggi lagi ya, mau ketemu dengan supir-supir mobil pribadi yang masih standby disana", saya meninggalkan anak-anak di rumah dan kembali ke Semanggi menggunakan taxi. Anak-anak keheranan melihat saya begitu terburu-buru meninggalkan mereka malam itu.
"Pak, bisa lebih cepat?", saya meminta supir taxi melajukan kendaraannya lebih cepat agar saya masih sempat bertemu dengan supir-supir kendaraan pribadi lainnya yang masih mangkal disana. Hari itu saya menggunakan "omprengan" sebutan kendaraan pribadi yg banyak digunakan untuk mengangkut karyawan yang enggan membawa kendaraan ke kantor. Seperti biasa saya meletakan tas laptop saya di samping tempat duduk saya, dan sepertinya saya sempat tertidur sehingga saat turun saya terburu-buru dan lupa mengambilnya.
Di dalam taxi saya mengingat-ingat kejadian itu dan saya benar-benar tidak mengingat apa yang mengalihkan pikiran saya hingga saya lupa membawa laptop saya turun. Jam menunjukan pukul 11.00 malam. "Pak, bisa lebih cepat lagi?", saya mulai khawatir tidak bertemu dengan salah satu supir disana. "Ibu tampak sangat cemas, ada yang ibu tunggu di Semanggi?", saya tidak menjawab supir taxi tsb, dan saya dapati beberapa kali dia mencoba memperhatikan saya melalui kaca spion. Saya mulai berdoa. Doa saya adalah menemukan kembali laptop saya dan saya tidak di pecat karena lalai menjaga barang milik kantor.
"Kami tidak bisa menghubungi supir itu Bu", kata salah.satu supir yang masih standby disana, setelah saya menceritakan apa yang saya alami sore itu saat menggunakan mobil omprengan di sana. "Tapi saya bisa hubungi koordinator yang mengatur mobil-mobil disini, karena dia memiliki semua nomor telepon supir", dia mencoba menenangkan saya. "Saya melihat tadi ibu berdoa di dalam taxi, semoga doa ibu dijawab", supir taxi yang sempat menemani saya beberapa saat turut menenangkan saya sebelum akhirnya meninggalkan saya bersama supir mobil omprengan itu.
"Ini nomor telepon genggam saya, ini nomor telepon kantor saya, dan ini nomor telepon rumah saya, mohon hubungi saya jika ada intormasi tentang laptop saya", saya meninggalkan supir omprengan itu setelah memberikan nomor-nomor telepone yang dapat menghubungi saya. Dalam perjalanan pulang dengan taxi, saya teringat ucapan supir omprengan yang mengatakan jika barang tertinggal di dalam mobil biasanya supir akan mengembalikannya melalui koordinator, dan biasanya.tidak pernah tidak kembali, asal bukan diambil oleh penumpang lain. Saya berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, jika Engkau masih mengijinkan laptop itu kembali, Engkau akan mudahkan proses pengembaliannya. Jika tidak kembali, mungkin ada orang lain yant lebih membutuhkannya. KehendakMu saja yang jadi". Sambil memikirkan alasan yang tepat untuk saya berikan kepada atasan saya, saya terus berdoa, bahkan doa tengah malam beberapa hari berturut-turut. Saya memilih untuk tidak masuk kantor agar lebih leluasa menghubungi beberapa nomor telepon supir omprengan yang diberikan kepada saya melalui koordinator supir.
"Selamat pag ibu, apa benar ibu ketinggalan laptop di mobil saya dua hari lalu?", saya sedang dalam perjalanan ke kantor saat saya menerima telepon ini. "Iya betul", saya menjawab setengah berteriak. "Saya sudah titipkan di koordinator pagi ini, ibu bisa mengambilnya disana hari ini", saya menjawab "Ya, iyaaa, baik saya akan mengambilnya", saya menjawab dengan suara kuat saking gembiranya. Segera saya lupakan alasan yang sudah saya siapkan untuk menghadap atasan saya. Saya lupakan kecemasan saya atas data-data yang harus saya kumpulkan dan susun kembali, yang tentunya memerlukan waktu dan tenaga ekstra untuk melakukannya jika laptop saya benar-benar tidak kembali. Saya lupakan juga kekhawatiran saya atas sangsi pecat yang sempat membuat saya tidak tidur sepanjang malam. Yang saya ingat saat itu adalah mengucap syukur yang sebesar-besarnya atas kebaikanNya telah mendengarkan doa-doa saya. Doa tengah malam yang saya panjatkan beberapa malam berturut-turut.Terima kasih Tuhan.
Saya berterima kasih oleh karena saya masih diingatkan untuk berdoa. Saudara-saudariku terkasih, mari kita selalu bawakan dalam doa segala persoalan kita, kekhawatiran dan kesulitan yang kita hadapi dalam hidup. Mari jadikan doa sebagai nafas hidup kita, denyut nadi kita, menjadi kekuatan di setiap hari kita. Doa menjawab segalanya. Prayer is Powerful.
Saturday, October 22, 2016
PELAYANAN PATHFINDERS KEMANG PRATAMA KE PERGURUAN ADVENT SUKABUMI (PASMI)
Pada hari Sabat, 22 Oktober 2016, semua
rombongan Pathfinders Kemang Pratama sudah berkumpul di rumah keluarga Willy
Wuisan pada pukul 4:30 pagi. Sesuai rencana, kami akan mengadakan
pelayanan ke Perguruan Advent Sukabumi (PASMI).
Walaupun masih terlihat agak mengantuk, tetapi semua menunjukkan
semangat pada pagi itu. Tepat pukul
5:00 pagi rombongan terdiri dari 4 mobil berangkat meninggalkan komplek
perumahan Kemang Pratama menuju ke Sukabumi.
Perjalanan pagi itu ditempuh dengan waktu sekitar 3 jam. Kami tiba di tujuan sekitar pukul 8:00
pagi. Saat itu suasana gereja PASMI
masih terbilang sepi. Semua bersiap-siap
berganti pakaian seragam Pathfinder tipe A.
Acara Sekolah Sabat dimulai pukul 9:00
tepat yang dipimpin oleh Marcel Karamoy.
Sebuah lagu istimewa dinyanyikan oleh semua Pathfinders di jam kebaktian
itu. Pelayanan Perorangan dibawakan oleh ibu Debby Simanjuntak.
Kita diajak untuk merasakan nikmatnya pulang
kampong. Dulu MG Debby pernah bersekolah di PASMI saat duduk di bangku SMP.
Setelah berkeluarga dia juga mengajar di PASMI selama 3 tahun. Itu sebabnya dia merasakan indahnya pulang
kampong. Ibu Debby mengatakan bahwa
kehidupan berasrama seperti di PASMI memberikan motivasi untuk siswa memiliki
banyak sahabat dan teman. Di jam
kebaktian khotbah, MG Annie Simanjuntak, membawakan khotbah. Ibu Annie mengajak semua Pathfinders untuk
mengikuti tabiat dari Yesus. Semua
diajak untuk seperti tanah liat yang dibentuk oleh tukang periuk, yaitu Yesus
sendiri yang dapat mengubah tabiat kita bila kita mau dibentuk seperti
Dia. Dua buah lagu pujian dilayangkan
oleh Suara Amsal dan Trio Pathfinder.
Usai khotbah, kami dijamu dengan ramah oleh
anggota jemaat PASMI.
Setelah menikmati
makanan rohani, kami disuguhkan oleh makanan sehat dengan menu vegetarian yang
nikmat. Semua merasakan sukacita.
Setelah makan, semua kembali ke dalam gereja untuk mengikuti beberapa seminar
yang dibawakan kakak-kakak Pembina dari Kemang Pratama. MG Sofie Manurung membawakan seminar tentang
Sopan Santun. Semua diajak mengikuti
cara yang patut dan sopan dalam kehidupan social Kristen yang baik. Seminar sekitar satu jam ini diikuti dengan
antusias. MG Lies Purnama membawakan
seminar tentang Lingkungan Hidup dan Daur Ulang. Kita diajak untuk menjaga kelestarian
lingkuangan hidup yang Tuhan sudah ciptakan.
Jam Pemuda Advent dimulai pukul 16:15
sore. CMG Veber Sormin memimpin acara
dan mengajak semua untuk saling berkenalan satu dengan yang lain.
Sebuah lagu pujian dibawakan oleh Pathfinder
dari PASMI. Verel Sormin membawakan ice
breaker dan meminta yang hadir membentuk beberapa kelompok. Mereka diminta membentuk format barisan
berdasarkan berbagai aturan yang diminta.
Semua merasa gembira mengikuti acara tersebut. MG Ramlan Sormin membawakan seminar berjudul
Etika Dalam Mengambil Keputusan. Acara
yang dibawakan secara interaktif melibatkan semua peserta. Masing-masing diajak untuk merenun
gkan bahwa
pengambilan keputusan akan membawa kepada tujuan akhir kita, baik itu kehidupan
kekal atau kebinasaan. Oleh karenanya
diingatkan agar kita boleh ambil keputusan berdasarkan petunjuk perintah Tuhan
di Alkitab. Mengakhiri acara PA sore
itu, MG Dixon Simanjuntak membawakan renungan tutup Sabat yang intinya mengajak
semua yang hadir untuk rajin membaca Alkitab yang akan menjadi penuntun kehidupan kita.
Usai tutup Sabat, kembali lagi keramahan
anggota jemaat PASMI mengajak kami untuk menikmati makan malam yang hangat dan
lezat. Puji Tuhan !
Semua pelayanan telah selesai dengan baik dan
kami pulang dari lokasi sekitar pukul 20:00 malam. Semua merasakan sukacita dan berkat sepanjang
pelayanan sabat itu. Kami tiba di rumah
masing-masing sekitar pukul 24:00 malam.
Memang lumayan panjang perjalanan malam itu. Tetapi semua merasakan sukacita penuh.
Wednesday, October 05, 2016
We Are the Church - Sabat Anak 2016
Memasuki gereja pada hari Sabat ini, anggota gereja
disambut oleh spanduk yang bertuliskan “ We are the Church”. Ya, hari Sabat ini, tanggal 24
September 2016, jemaat Kemang Pratama mengadakan acara Sabat Anak. Tema Sabat
Anak pada tahun ini adalah “We are the
Church“, dengan ayat inti dari 2Koritus 3:2,3 “Kamu adalah surat pujian
kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh
semua orang. Karena telah ternyata,
bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis
bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh
batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.”.
Seperti biasanya, anak-anak dan guru-guru sekolah
sabat dari depertemen Pelayanan Anak membawakan acara sejak Sekolah Sabat
sampai dengan acara Khotbah. Kebaktian dimulai dengan Doa Percakapan yang
dibawakan oleh pemimpin Sekolah Sabat, bapak Jamesson Silitonga. Kebaktian
Sekolah Sabat yang dipimpin oleh Veber Sormin
dengan menyanyikan lagu pembukaan yang diringin oleh Fanny Saragih
sebagai pianis. Ayat Inti dan Doa Pembukaan dibawakan oleh Marchell Karamoy.
Dan, seperti biasanya, untuk mempromosikan “Follow
The Bible”, diadakan acara kuis Alkitab, yang pada Sabat ini dibawakan
oleh staf Sekolah Sabat. Berita Mision sabat
ini dibawakan dalam drama oleh kelas anak-anak.
Pada hari Sabat anak ini, diskusi Sekolah Sabat di
kelas-kelas, dipimpin oleh para guru-guru Sekolah Sabat anak. “Bagaimanakah
kita menunggu?”, itulah topik pelajaran yang didiskusikan di kelas
masing-masing. Doa Tutup kebaktian Sekolah Sabat dibawakan oleh Sandy Silalahi.
Memasuki acara Khotbah, korister Glory Karamoy
mengajak semua yang hadir untuk berdiri dan menyanyikan lagu “Berdiam”.
Protokol dan ayat bersahutan pada acara khotbah dibawakan oleh ibu Martha
Nenoharan dan doa syafaat dilayangkan oleh Meiwan Tobing. Setelah bacaan
persembahan yang dibawakan oleh Rosa
Sulasta, dilanjutkan dengan pengumpulan persembahan dan doa. Sabat ini, koor
anak-anak membawakan lagu pujian dan kemudian disusul cerita untuk anak, berupa
drama yang dibawakan oleh departemen Sekolah Sabat.
Pengkhotbah Sabat ini, dibawakan oleh ibu Lies
Purnama yang merupakan pemimpin Pelayan Anak,
Pekabarannya berupa khotbah dan
lagu yang dibawakan oleh anak-anak:- Audrey Silaban membawakan pekabaran “Menolong dan melayani”, dan dilanjutkan dengan Vokal Grup Remaja Putri yang membawakan lagu “Blessing”
- Dave Tobias Purnama membawakan pekabaran “Menginjil dan Mendoakan” dan dilanjutkan dengan Suara Amsal yang membawakan lagu “Good News”
- Marchell Pelaupessy membawakan pekabaran “Memaafkan” dan dilanjutkan dengan Instrumentalia Verrel dkk.
- Vita Silalahi membawakan pekabaran “Sopan Santun dan Sikap Hormat” dan dilanjutkan dengan Vokal Grup Guru-guru SS yang membawakan lagu “It was In a Country Church”
- Ray Kapitan membawakan pekabaran “Tertib di Gereja” dan dilanjutkan dengan Koor Anak-anak dan Guru Sekolah Sabat Anakyang membawakan lagu “We Are the Church”
Inti dari pekabaran Sabat ini
adalah bagaimana semua anggota jemaat, bahkan anak-anak adalah bagian dari
gereja. Dari ayat inti, jelas sekali bahwa yang dimaksud Tuhan dengan gereja
adalah orang-orangnya, bukan gedungnya. Dan orang-orang yang dimaksud disini
adalah orang-orang yang dapat memancarkan dan menghidupkan kasih Tuhan dalam
diri kita, kehidupan kita, di lingkungan gereja dan di luar gereja, yaitu di
sekitar kita. DAlam hal ini, anak-anak dan orang-orang muda adalah calon
tiang-tiang gereja, ituah yang sering kita dengar. Oleh sebab itu, sebagai
tiang, tentunya harus kokoh dan tidak mudah goyah. Raja Salomo dalam Amsal
22:6, mengatakan“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka
pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Bila kita dapat membentuk calon tiang-tiang gereja
itu dengan baik, maka gereja pada masa depan tidak akan goyah. Gereja akan
bertambah kokoh, oleh sebab orang-orang muda tidak menyimpang dari jalan yang
telah diajarkan oleh Allah melalui orang-orang tua mereka. Lebih jauh Raja
Salomo mengatakan dalam Ams 29:17
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan
mendatangkan sukacita kepadamu.” Benar! Siapakah yang tidak akan berbahagia
bilamana melihat anak-anaknya hidup dalam kebenaran? 3Yohanes 1:4 “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar
dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran”.
Anak-anak ini adalah bagian dari gereja, dan bahkan
mereka juga adalah gereja. Mereka akan menjadi surat yang akan dikenal dan
dibaca oleh semua orang. Mereka akan menjadi surat Kristus yang ditulis oleh
Roh Allah yang hidup.Pekabaran yang mereka berikan merupakan hal-hal yang
sederhana yang dapat kita aplikasikan, sehingga itu juga dapat memotivasi kita
untuk melakukan hal yang sama.
Audrey dalam pekabarannya mengatakan ada perbedaan
anatar menolong dan melayani. Menolong adalah membantu untuk meringankan beban,
misalnya penderitaan, kesukaran, dan sebagainya. Dengan kata lain, kita
membantu orang lain walaupun orang tersebut telah melakukan bagiannya. Jadi
dalam menolong, kita hanya sebagai pelengkap, bukan pemeran utama. Sedangkan
dalam melayani, kita melakukan semua bagian orang tersebut, tanpa membebani
atau membiarkan orang itu untuk melakukan bagiannya. Jadi, dalam melayani, kita
bukan sekedar pelengkap, namun sebagai pemeran utama.
Dave mengatakan, bahwa untuk menjadi seorang
penginjil tidak harus melakukan KKR atau menjadi Misionaris. Cukup dengan
menyaksikan (mengobrol) tentang kasih Tuhan yang telah menyembuhkan seorang
teman mereka saat mereka sedang berada di tempat umum, sehingga orang-orang
turut mendengar pekabaran tersbut. Dengan cara ini, orang-orang akan
mendengarkan kasih Tuhan.
Marchell mengingatkan kita bahwa berkata maaf
memang sulit, namun ternyata memaafkan tidak lebih mudah dari meminta maaf.
Vita mengatakan cara kita berurusan dengan orang
akan meninggalkan kesan baik ataupun buruk. Kalau kita sopan, kemungkinan besar
orang akan menganggap kita dewasa dan bertanggung jawab; dan mereka juga akan
memperlakukan kita dengan cara yang sama! Tapi, kalau kita kasar, orang akan
menganggap kita hanya memikirkan diri sendiri. Akibatnya, kita bisa kehilangan
banyak kesempatan, seperti mendapat pekerjaan dan yang lainnya. Kalau kita selalu sopan, walaupun orang yang
selalu kasar terhadap kita pun akhirnya mungkin perlahan-lahan akan
memperlakukan kita dengan baik. Tentu, kalau kita kasar, kita juga akan
diperlakukan dengan buruk. Intinya: Kita
setiap hari berurusan dengan orang-orang. Cara kita menghadapi orang bisa
mempengaruhi cara mereka menilai dan memperlakukan kita. Singkatnya, sopan
santun memang penting!
Dan terakhir, Ray memberitahukan bagaimana yang
dimaksud dengan Tertib itu. Dengan Hidup
Tertib, diharapkan dapat menjadi kunci kesuksesan, menghasilkan terobosan, dan
Tuahn akan berkerja melalui ketertiban hidup. Dan khususnya dalam ketertiban di
gereja, kita dihimbau untuk: Berpakaian rapi dan sopan, Menjaga ketenangan,
Mematikan gadget, Menghargai waktu dan Tuhan, dan Tenang serta menghargai
lingkungan Gereja.
Diakhir pekabaran khotbah, ibu Lies mengingatkan
kembali agar kita dapat memulai dari "Menolong dan Melayani", lalu kita mulai "Menginjil dan Mendoakan". Di lain pihak, kita belajar "Memaafkan" sehingga kita
dapat memiliki sikap "Sopan Santun dan Hormat". Dan ini semua akan membawa "Ketertiban", bukan saja di dalam gereja, namun dalam semua aspek kehidupan kita.
Pekabaran mereka sangat sederhana. Namun dalam
kemudaan mereka, mereka sudah mampu melakukan pelayanan ini. Kita Puji Tuhan,
oleh kerena mereka diberikan kemampuan untuk membawakan pekabaran pada Sabat
ini. Dan, sama seperti Timotius, kita
tidak akan menganggap mereka rendah karena kemudaannya. Mereka dapat menjadi
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataannya, dalam tingkah lakunya,
dalam kasihnya, dalam kesetiaannya dan dalam kesuciannya. 1Timotius 4:12
Sebab “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis
dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah
surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta,
tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada
loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.”
Kebaktian ditutup dengan doa oleh gembala jemaat,
Pdt. N.Z. Nenoharan untuk secara khusus mendoakan anak-anak dan orang muda agar
dapat menjadi surat pujian yang ditulis dengan Roh Allah yang hidup pada hati manusia.
Tuhan Yesus memberkati.
Lies Purnama
Departemen Pelayanan Anak Jemaat Kemang Pratama
Monday, October 03, 2016
Bertemu Sang Pencipta
Amos 4 : 12 b “Oleh
karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu
dengan Allahmu, hai Israel!”
“Pa, nanti si Dee mau datang loh ke sekolahku…tadi ibu guru
sudah kasih tahu ke kita semua di kelas,” celetuk anakku yang bungsu malam
itu. “Dee itu siapa ya? Papa
baru dengar namanya... Orang
terkenal dek?” tanyaku ringan. “Masa
papa nggak kenal sih? Dia kan pencipta banyak
novel dan lagu yang terkenal. Itu loh pa, novel Supernova. Dia juga kan
salah satu penyanyi trio RSD…” jawab si adek sambil senyum berharap papanya
bisa mengenali nama itu. “Ohhh… Dee
Lestari ya…Wah, adek beruntung sekali bisa ketemu sama dia nanti…” sahutku
sambil menepuk bahunya. Si adek
tersenyum lebar.
“Iya pa, tapi sebelum ketemu dia nanti katanya ada yang musti
kita siapkan,” lanjut si adek agak serius.
“Kita harus menciptakan sebuah lagu karya kita sendiri…kita ciptakan musik
yang orisinil dan juga liriknya. Terus…,
liriknya harus diambil dari kalimat-kalimat yang ada di novelnya si Dee. Nanti pas dia datang, kita akan tampilkan
karya kita…sekalian berdiskusi nanti,”
jelas si bungsu panjang lebar tentang rencana bertemu sang pencipta novel dan
lagu ini nantinya. “Wah, bagus banget
ide nya! Adek siap-siaplah untuk mulai
cari ide untuk bikin musik dan lagunya dari sekarang…” balasku memberi semangat. “Iya pa, ini aku lagi coba-coba ,” sahut si
bungsu singkat sambil sibuk meniupkan beberapa nada di saxophone-nya. Anakku terlihat
begitu antusias mau bertemu dengan sang pencipta yang dikenal rajin berkunjung
dan berbagi pengalaman ke sekolah-sekolah dan kampus. Dia pun sungguh-sungguh melakukan
persiapan.
Ayat inti Roti Pagi hari ini menyerukan agar bangsa Israel
bersiap untuk bertemu dengan Allah. Mereka banyak berbuat dosa yang membuat mereka tidak siap bertemu dengan
Allah. Karena itu mereka diberi nasehat
untuk bersiap agar dapat bertemu Allah. Ayat ini juga menjadi
nasehat bagi kita. Kita harus bersiap dengan
sungguh untuk bertemu dengan Pencipta kita. Karena diri kita kotor sementara Allah
kudus. Kita harus bersiap karena banyak
hal yang harus kita tinggalkan, kesenangan dunia, perbuatan dosa, tabiat yang
tidak berkenan pada Allah dan banyak lagi yang harus kita lepaskan agar kita
siap bertemu dengan Pencipta kita. Mintalah Roh Kudus untuk mengingatkan kita
untuk bersiap, menolong kita untuk sanggup meninggalkan kelemahan kita,
memastikan kita untuk bersedia dari sekarang untuk kedatangan Yesus yang tidak
lama lagi.
Have an awesome day !
Friday, September 30, 2016
Terlambat Dianggap Tidak Masuk
Matius 25:10 “Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk
membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk
bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.”
“Tok..tok..tok…!!” sayup-sayup aku dengar suara ketukan di pintu
kamarku. “Hmmm…rasanya masih ingin tidur…”
gumamku dalam hati sambil menggerakkan sedikit tubuhku di atas kasur. Semalam aku tidur agak larut, karena banyak
sekali tugas-tugas dari dosen yang harus diselesaikan. “Bang, bangun ! Nanti kamu terlambat ke
kampus…” kali ini aku dengar suara papa dari balik pintu. “Wah, sudah jam setengah enam !” aku
terperanjat melihat jam dan segera melompat dari tempat tidur. “Waduh ! Aku
lupa pasang alarm untuk bangun pa! Oke,
aku mandi sekarang…” ucapku tergesa sambil membuka pintu dan segera mandi. “Jam berapa kuliah pagi ini, bang?” tanya
papa sambil mengantar aku ke tempat perhentian bis. “Jam 7:40 pa.
Mudah-mudahan tidak telat ya…Bye pa!” aku cium papa dan bergegas naik
bis.
“Sudah sampai dimana kamu bang?” tanya papa di layar telepon
genggamku. “Wah, gawat pa! Ini baru
sampai tol di Halim. Macet banget !
Sudah jam 7:15…Aku pasti telat deh!”
balasku sambil melihat-lihat ke depan jalan. Mobil-mobil hampir tidak bergerak sama
sekali. “Ya, abang sabar aja ya. Kita nggak bisa buat apa-apa juga kan?” tulis
papa lagi sambil mencoba menghiburku. “Iya
sih pa…tapi aku nggak enak nih sama dosen-nya nanti. Apalagi dia punya peraturan, kalau datang
terlambat di kelas, maka itu akan dihitung sebagai absen. Dosen akan anggap aku tidak hadir pa…”
jelasku lagi. Pagi itu aku sampai di
ruang kelas hampir jam 9 pagi. Terlambat
1 jam dari jadwal kelas. Dosen
membolehkan aku masuk kelas, tapi aku tetap dianggap absen untuk hari itu. Itu adalah kebijakan dari salah satu dosenku
di kampus. Tujuannya jelas, supaya semua mahasiswa datang tepat
waktu. Walau terlambat, mahasiswa
diperbolehkan masuk dan mengikuti kelas seperti biasa.
Hal ini berbeda kalau kita bicara tentang terlambat masuk ke
surga. Di dalam ayat inti Roti Pagi hari
ini, ada 5 anak dara yang terlambat masuk ke dalam pesta pernikahan. Mereka tidak mempersiapkan diri. Minyak untuk pelita habis. Dan ketika mereka membeli minyak, pesta telah
dimulai. Ketika mereka tiba, pintu telah
ditutup! Mereka terlambat dan tidak bisa masuk ke ruang pesta. Tidak ada kata terlambat untuk masuk dalam
kerajaan surga. Terlambat berarti tidak
masuk ke dalam surga. Yesus akan datang
segera. Apakah kita sudah bersiap dan
bersedia? Jangan tunda lagi persiapan
kita. Karena untuk Allah, terlambat
berarti tidak bisa masuk bersama Yesus ke dalam surga. Saya tidak mau terlambat masuk ke surga
! Bagaimana dengan anda?
May the Holy Spirit help us to be ready every day!
Sunday, September 25, 2016
Perkataan yang baik akan diingat
Amsal 25 : 11
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”
Dalam sebuah kesempatan membawakan firman Tuhan, dari atas mimbar saya memperhatikan ada seorang ibu dengan wajah yang tidak terlalu asing, sepertinya sangat mengikuti firman yang saya sampaikan. Ibu itu selalu tersenyum, sekali-sekali mengangguk, bahkan sering kali merespon pertanyaan yang saya lontarkan.
"Mari kita berfoto bersama, setelah itu langsung ke ruang serba guna di belakang gereja. Kita akan makan bersama. Makanan sederhana yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu." Demikian seorang ketua jemaat menghampiri kami sekeluarga, setelah jam khotbah selesai.
Di ruang serba guna, saya melihat meja penuh dengan makanan yang lezat-lezat, tidak ketinggalan semua makanan khas daerah setempat yang tersaji dengan lengkap. Dalam setiap kesempatan berkunjung ke kota ini, selalu banyak kenangan masa lalu yang kadang-kadang muncul tanpa di sangka-sangka. "Masih kenal saya?" ibu yang selalu menebar senyum ketika saya berkhotbah, datang menghampiri dan duduk di samping saya. “Maaf, wajah ibu tidak asing buat saya, tapi saya lupa namanya, maaf, maaf….." Ada perasaan tidak nyaman, karena saya kesulitan mengingat nama ibu ini. Ibu itu tersenyum lalu berkata "Tidak apa, maklum sudah lebih dari 30 tahun tidak bertemu. Saya adalah........” si ibu menyebutkan namanya. “Masih ingat peristiwa waktu saya membawakan pengumuman dalam bahasa Inggris yang berantakan di jam 'worship.'?" Anak-anak asrama semua mentertawakan saya, tapi kamu membela saya, dan memberi semangat kepada saya untuk terus belajar Bahasa Inggris." "Oh begitu, … Ya.. ya.. saya jadi ingat sekarang ..." Sementara kalimat ini saya ucapkan, sebenarnya saya masih berusaha keras membuka file kenangan lama waktu di kampus, untuk mengingat kejadian yang disampaikan oleh ibu tadi. Di kampus memang ada program ‘English Day’. Pada waktu ‘English Day’, semua harus menggunakan bahasa Inggris, baik yang sudah fasih, maupun yang baru belajar. Kejadian serupa yang dialami oleh ibu tadi, sebenarnya adalah hal yang biasa terjadi pada jam worship di ‘English Day’. "Karena kejadian itu, dan karena saya dibela dan diberi semangat, saya jadi dipacu untuk belajar bahasa Inggris. Sekarang saya adalah guru bahasa Inggris." "Wow, Puji Tuhan!!”
Pena inspirasi menjelaskan, di antara banyak pelajaran yang dapat ditarik dari kehidupan Salomo, tidak ada yang lebih kuat ditekankan daripada kuasa pengaruh, perkara yang baik atau perkara yang buruk. Betapapun kecilnya lingkungan kita, kita tetap memberikan suatu pengaruh untuk kebahagiaan atau kesengsaraan. Di luar pengendalian atau sepengetahuan kita, hal itu menyatakan berkat atau kutuk bagi orang lain. Setiap perbuatan, setiap perkataan, adalah suatu benih yang akan mendatangkan buahnya. Raja Salomo mengatakan perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” Dengan pertolongan Tuhan, kiranya hanya kata-kata berkat yang akan terucap dari bibir kita yang akan membawa pengaruh kebahagiaan bagi orang lain. Tuhan memberkati.
Friday, September 23, 2016
Dunia ini bukan rumah kita
Siang itu cuaca sangat cerah. Kami sedang dalam perjalanan untuk mengantarkan anak kami ke tempatnya bertugas. Bahan bakar kendaraan yang kami kendarai sudah menunjukkan tanda-tanda harus segera diisi. Solar adalah barang yang langka di kota ini. Antrian panjang untuk mendapatkan solar adalah hal yang biasa terlihat di tempat penjualan bahan bakar. " Di mana kira-kira beli solar yang tidak antri?" Aku bertanya kepada saudaraku. "Coba kita ke pom bensin daerah ...." kata saudara kami yang mengenal dengan baik lokasi-lokasi tempat penjualan bahan bakar.
"Kerupuk-kerupuk ..." seorang ibu berusia lanjut menawarkan dagangannya kepadaku, sementara aku mengisi bahan bakar di mobil. "Tisue juga ada, aqua juga ada.." "Berapa harga kerupuk ini?" "Lima ribu rupiah satu bungkus." Aku mengambil 2 bungkus dan menyerahkan sejumlah uang. "Ibu, ambil saja kembaliannya." kataku kepada ibu tersebut. " Oh, jangan, ini saya tambah lagi kerupuknya. Kalau tidak mau kerupuk, tissue juga boleh." si ibu berusaha menawarkan alternatif pengganti uang kembalian dengan barang dagangan lainnya. Aku berpikir ibu ini agak berbeda dengan pedagang asongan lainnya, yang pada umumnya akan mengambil kembalian yang diberikan dan mengucapkan terima kasih. "Ehh.. ibu itu anggota gereja kita" kata saudara kami yang duduk di bagian belakang mobil, ketika mengenali wajah si ibu. Mendengar itu, kami semua tergerak untuk memberi lebih. "Ibu, ini ada berkat tambahan buat ibu. Kita bersaudara dalam Tuhan, ibu seiman dengan kami, ambil ya, tidak usah diganti dengan barang dagangan." Si ibu penjual kaget juga senang. Mungkin ada kedekatan mendengar kata seiman, diapun tidak menolak lagi. " Terima kasih, saya akan pakai uang ini untuk mempercantik diri (sambil tersenyum, memperlihatkan giginya yang sudah tidak lengkap ☺).” Kami juga tersenyum mendengar canda si ibu. “Baik-baik semua ya, tetap setia sampai Tuhan datang. Dunia ini bukan tempat tinggal kita." Si ibu memberi pesan. Setelah saling memberikan salam, kami melanjutkan perjalanan. Menurut keterangan saudara kami, rupanya si ibu adalah pensiunan penjual buku, oleh sebab itu hampir semua anggota gereja yang seiman di kota itu mengenal si ibu yang sekarang sudah beralih profesi menjadi penjual dagangan di pom bensin.
Puji Tuhan, pekerjaan apapun yang dia geluti, ibu itu telah menunjukkan sebuah sikap yang baik, yang patut ditiru. Ibu itupun setia bersaksi dan mengingatkan bahwa dunia ini bukan tempat tinggal kita yang sebenarnya. Mari, kita hidupkan kehidupan yang senantiasa setia kepada Tuhan dalam hal apapun yang kita lakukan sambil saling mengingatkan bahwa dunia ini bukanlah rumah kita.
Wednesday, September 21, 2016
Pakaian Yang Pantas
Matius 22 : 11,12 “Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.”
“Yuk, kita masuk ke kelas
sekarang… sebentar lagi dosen nya datang…” ajakku kepada teman-teman usai
makan siang. Kami bergegas menuju ke
ruang kelas. Sudah tiga minggu aku berada
di kampus ini dan menikmati suasana baru, menjadi seorang mahasiswa. “Besok kita akan berkunjung ke kantor KASKUS.
Kalian nanti bisa banyak belajar bagaimana bisnis di dunia maya seperti mereka
bisa sukses seperti sekarang ini,” ujar dosen mengakhiri kelas hari itu. “Wah, asik nih… Banyak yang aku mau
tanya-tanya nanti sama mereka. Siapa
tahu kita bisa ikutin jejak mereka nanti, iya nggak?” kataku bersemangat kepada teman di
sampingku. Sudah lama aku mengagumi situs jual-beli online ini yang diciptakan oleh orang-orang muda kreatif. “Iya, pasti dong! Aku juga
penasaran ingin lihat bagaimana mereka mengelola bisnis mereka…” timpal temanku
tidak kalah serunya. Teman-teman lain ikut berceloteh riang sambil berjalan keluar kampus untuk pulang. “Hmmm…papa juga
pasti senang nanti kalau aku beritahu kabar ini,” gumamku dalam hati sambil
menikmati kemacetan Jakarta di dalam bis menuju pulang ke rumah.
“Wah, asik tuh bang…kamu pasti bisa dapat banyak pengetahuan
di sana. Siapkan pertanyaan dari
sekarang. Kamu termasuk yang suka
memakai jasa mereka, kan?” kata papa menggoda aku sambil tersenyum lebar. Aku tersenyum simpul. “Oke pa…aku siapin semua buat besok ya,”
balasku sebelum pergi ke kamarku untuk berberes. Jam 5 pagi aku sudah rapih siap untuk
berangkat dengan mengenakan kaos Polo warna hitam. “Loh, abang kok pakai kaos Polo?” tanya papa sedikit heran. “Kan ini rapih, pa? Memangnya tidak boleh ya?” tanyaku tidak
kalah heran. “Abang kan mau berkunjung
ke kantor. Biasanya pakaian ke kantor harus formil
bang. Mereka biasa pakai baju
yang pantas untuk ke kantor. Jadi kita
sebagai tamu, sebaiknya juga pakai baju yang pantas kalau berkunjung ke kantor mereka,” papa menjelaskan sambil
tersenyum. “Oh oke, kalau gitu aku ganti
baju dulu ya pa…” dengan cepat aku masuk lagi ke rumah untuk berganti pakaian yang
pantas.
Kita harus memakai pakaian yang pantas ke tempat mana kita
pergi. Pakaian resmi dipakai di tempat yang resmi pula. Ayat Roti Pagi hari ini menggambarkan raja
yang terkejut dan marah karena seorang undangan datang tanpa pakaian yang
pantas. Orang itu akhirnya dicampakkan ke tempat yang gelap. Undangan masuk ke surga diberikan kepada
semua orang. Setiap yang menerima undangan patut mengenakan pakaian yang pantas. Yesus menawarkan pakaian
yang layak kita pakai. Tabiat yang baru
yang sesuai dengan tabiat Kristus dilambangkan oleh pakaian yang layak
itu. Maukah kita menerima tawaran Yesus,
mengenakan tabiat yang serupa dengan Dia?
Kita harus menerima tawaranNya sekarang agar kita disiapkan untuk turut dalam pesta
kerajaan Surga saat Yesus menjemput kita.
Have a wonderful day !
Tuesday, September 20, 2016
Berbagi kebahagiaan
Amsal 17:22 - "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."
"Selamat sore tante" seorang anak laki-laki berusia 10 tahun menyapa saya dan teman2 saat kami tiba di rumah itu. "Silahkan masuk dan langsung ke atas saja" lanjut seorang wanita setengah baya mempersilahkan kami masuk dan mengantarkan kami ke ruang atas tempat dimana anak-anak lainnya telah berkumpul. "Selamat datang Om dan Tante...", demikian anak-anak serentak menyambut kami. Wajah mereka tampak riang gembira, ceria, dan segar. Tak terlihat jika mereka adalah penderita penyakit berat. Kami sedang mengunjungi sebuah rumah tempat persinggahan anak-anak prasejahtera penderita sakit berat. Mereka tinggal disana sementara waktu menunggu tersedianya ruang perawatan di RS. Tujuan kunjungan kami adalah menghibur mereka dan memberikan kekuatan agar mereka mampu bertahan dan bersabar dalam menjalani penyakit mereka.
Kami menyanyi bersama, menggambar dan mewarnai, bermain games edukatif menggunakan laptop, dan mendengarkan cerita inspiratif yang mengajak mereka untuk selalu berpikir positif agar kembali sembuh seperti sediakala. Tampak anak-anak begitu antusias mengikuti aktifitas yang kami bawakan. Beberapa kali kami melihat anak-anak itu melompat kegirangan, bercanda dan tertawa terbahak-bahak seakan mereka lupa jika mereka adalah anak-anak penderita sakit berat seperti kanker, jantung, dll.
Kami sedang menikmati makan malam bersama ketika salah seorang dari anak-anak tersebut melontarkan guruan,"Hari ini kami tidak sakit, kami sangat senang atas kunjungan om dan tante. Tapi besok mungkini kami sakit lagi". Kami semua tertawa. Terdengar seperti gurauan, saya mencoba memahami isi kata-kata dari anak tersebut dan mengartikannya sebagai uji coba ilmiah. Sementara kami bermain, menyanyi bersama-sama bahkan mengobrol sambil bersenda gurau, saya memperhatikan wajah anak-anak itu terlihat sangat senang, gembira dan bahagia. Tak tampak gambaran kesedihan atau kesusahan terpancar di wajah mereka, seakan membuktikan kebenaran yang Alkitab katakan, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur".
Cerita diatas membuka mata hati saya bahwa memberikan waktu kita kepada orang yang tepat membutuhkannya adalah bagian dari membagi kebahagian. Kebahagiaan yang kita berikan akan menjadi obat yang paling mujarab dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Biarlah tangan Tuhan yang akan menuntun hati kita untuk menjadi saluran kebahagiaan bagi orang-orang yang membutuhkan hari ini.
"Bahagia itu berbuat sesuatu dengan ikhlas, dan membuat orang lain tersenyum, bahkan tertawa lepas".
Selamat berbagi kebahagiaan hari ini. Tuhan memberkati.
Friday, September 16, 2016
Maaf, saya bersalah!
Amsal 15:1, Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.
"Saya berangkat ke kantor ya Ma", saya pamit kepada istri saya pagi itu. "Mari kita berangkat" demikian saya mengajak abang saya yang kebetulan bekerja di daerah yang sama dengan saya, di kawasan Sudirman. Pagi itu saya tidak langsung menuju kantor tetapi saya harus mengikuti pengadilan Pajak mewakili kantor saya di Departemen Keuangan di daerah Lapangan Banteng. Maka saya berangkat ke gedung dept keuangan lapangan Banteng melalui toll dalam kota Tanjung Priok – Salemba.
"Priiittttt....". Tiba-tiba polisi memberhentikan kendaraan kami. "Selamat pagi", polisi tersebut menyapa kami. "Selamat pagi", saya membalas sapaan polisi tsb. Ternyata kami telah melakukan kesalahan, saya ambil arah belok kiri dan tidak melihat atau tidak awas bahwa saya sudah mengenai diatas garis putih yang tidak bisa dilalui kendaraan bermotor. Polisi langsung meminta SIM dan STNk
Abang saya langsung turun dari mobil dan saya tetap duduk dimobil, sehingga abang saya dan polisi yang berdiskusi. Saya melihat polisi memberikan form Tilang yang harus diisi. Abang saya menjawab "Iya pak polisi kami salah tapi janganlah langsung ditilang", tetapi polisi menjawab "Mobil anda ditilang". Abang saya agak marah dan berkata, "Bagaimana kami masyarakat bisa respek kepada polisi hanya kesalahan sekecil seperti ini saja dipersoalkan padahal kami sudah minta maaf". Polisi tersebut tampak marah juga dan memberikan argumentasi yang menekankan bahwa kami memang salah, melanggar aturan lalu lintas, bisa membahayakan pengendara lain dan harus ditilang. Demikianlah abang saya dan polisi berargumentasi cukup lama.
Saya mendengar dari mobil, abang saya dan polisi berrgumentasi dan masing-masing sudah emosional.
Lalu saya turun dari mobil dan langsung mendekati polisi, "Selamat pagi Pak Polisi, kenapa lama sekali pembicaraan kalian?". Begini saja pak Polisi, saya yang membawa mobil, saya yang bertanggung jawab, saya minta maaf sudah melakukan kesalahan, kebetulan pagi ini saya harus mengikuti pengadilan pajak di Kementerian Keuangan, saya buru-buru, tolong apa yang harus saya lakukan, kalau mau ditilang, apa yang harus saya isi dan harus saya lunaskan. Tiba-tiba polisi berubah raut wajahnya dan tampak wajahnya tidak marah lagi dan berkata, "Tidak perlu pak, bapak bisa pergi, saya tidak jadi tilang karna bapak sudah minta maaf dan tidak marah-marah".
Dengan tidak marah dan emosi kita bisa menyelesaikan setiap permasalahan, kiranya ini menolong kita untuk berpikir, berbicara dan bertindak dengan lebih sabar dalam menghadapi setiap permasalahan. Tuhan memberkati
Thursday, September 15, 2016
LAMPION
Matius 5:13, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
"Acara apa 'pelepasan Lampion' itu ya? tanya saya sedikit penasaran kepada salah seorang panitia setelah melihat daftar acara yang dibuat untuk malam itu. Seperti apa nanti acaranya, apakah tidak bahaya, pesertanya siapa saja yang diperbolehkan atau yang bisa melakukan pelepasan lampion itu dan tempat nya dimana?" Serentetan pertanyaan ini kemudian dijawab oleh nya; "Pasti akan seru sekali bang, tidak bahaya, dan semuanya bisa melepaskan lampion." Luar biasa memang ide orang muda gereja kami untuk acara yang menarik semacam ini pikirku.
Suasana keceriaan malam minggu dalam acara Retreat Jemaat di Gereja kami yang diadakan di salah satu penginapan nan sejuk diperbukitan yang indah belum berakhir dan bahkan berlanjut dengan acara puncak yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu pelepasan lampion."Waaah, seru sekali tentunya dan semakin penasaran seperti apa nanti pikir ku?"
Semua peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini, mulai dari anak-anak hingga para orang tua, masing- masing membawa lampion sambil berjalan menuju lapangan terbuka sesaat setelah gerimis turun. Masing-masing membentuk kelompoknya 4 orang untuk memegang di 4 sisi kertas lampion, membakar sumbu yang ada ditengahnya kemudian setelah menyala dengan sempurna, kertas lampion akan mengembang lalu perlahan dilepaskan keudara dan akan terbang melayang tertiup angin dengan pendar cahaya warna warni sesuai warna kertasnya menghiasi langit yang gelap dengan rupa warna cahaya lampu lampion.
Betapa indahnya terang itu bercahaya di tengah malam yang gelap gulita, Cahaya yang dipancarkan dapat terlihat dari kejauhan membuat hati merasa tenang, aman, senang, tentram dan nyaman bagi orang- orang disekelilingnya.
Demikian juga Tuhan inginkan kita menjadi “terang dunia." Terang tidak mungkin tidak diperlihatkan. Cahayanya haruslah terpancar untuk menerangi sekitarnya. Seperti halnya lampion yang sanggup menjadi terang dimalam gelap, cahaya terang kita haruslah terlihat, sanggup menerangi dan memberi manfaat bagi orang-orang disekitar kita. Tuhan akan menolong kita untuk menjadi lampion – lampion indah yang akan membawa terang ke seluruh dunia. Kiranya Tuhan memberkati kita!
Wednesday, September 14, 2016
Beratkah bebanmu?
Matius 11 : 28, “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
"Terima kasih Tuhan atas penyertaanMu......" adalah doa yang kulayangkan, segera setelah pesawat yang kutumpangi mendarat dengan mulus di bandara International Soekarno Hatta. Menurut statistik, pesawat adalah salah satu alat tranportasi yang teraman di dunia, namun setahuku, hanya pesawat yang menyiapkan “penuntun doa” dalam berbagai bahasa, untuk dilayangkan sebelum pesawat akan "take off" Rasanya kita semua setuju, ketika bepergian dengan pesawat, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menyerahkan perjalanan itu ke dalam tangan Tuhan.
Setelah mengambil bagasi, aku berjalan ke luar, membeli tiket bus Damri jurusan Bekasi. Selang beberapa saat, bus yang ditunggu tiba, aku segera naik diikuti beberapa penumpang lainnya. Koper bawaan kuletakkan di tempat yang disediakan di dalam bus. Di sampingku duduk seorang penumpang yang berbadan cukup besar. Sementara duduk, dia memangku barang bawaannya yang cukup besar pula. Aku merasa sedikit kurang nyaman, bukan saja karena badannya yang besar, tapi karena barang bawaannya sudah mengenai tubuhku. " Pak, di depan itu ada tempat untuk menaruh bawaan. Di atas kepala juga ada. Bapak taruh saja bawaan yang besar di depan, sedangkan yang kecil taruh di tempat di atas." Aku berusaha menganjurkan kepada bapak di sampingku agar dia meletakkan barang bawaannya pada tempat yang disediakan. Si Bapak menoleh, memandangku tanpa berkedip, tapi tidak ada tanda-tanda untuk bergerak. "Aman pak, daripada bapak memangku sepanjang perjalanan, Bekasi kan jauh." Kataku lebih lanjut untuk meyakinkan si bapak, kalau-kalau ada barang berharga yang dia kuatir akan hilang. Kembali, si bapak hanya menoleh kepadaku tanpa berucap sepatah katapun. Akupun jadi terdiam seribu basa, ada rasa kesal dan ingin marah, tapi aku berusaha menahan diri. Akhirnya, aku berusaha menikmati perjalanan panjang dari Cengkareng ke Bekasi dengan posisi duduk terhimpit oleh tubuh dan bawaan besar penumpang yang duduk di sampingku.
Pengalaman kurang nyaman yang aku alami dalam bus Damri sebenarnya memberikan pelajaran yang sangat berarti bagiku. Sering, ketika beban permasalahan rasanya begitu berat, gantinya kita menyerahkan kepada Tuhan, kita berusaha untuk menanggungnya sendiri, padahal Tuhan sudah meminta kita untuk menyerahkan kepadaNya segala beban kita. Yang lebih parah, ketika kita berusaha menanggungnya dengan kemampuan kita sendiri, tanpa kita sadari, kita sudah menyusahkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Oleh sebab itu, mari kita belajar menyerahkan semua beban2 kita kepada Yesus, maka Diapun akan memberikan kelegaan pada kita. Tuhan memberkati.
Tuesday, September 13, 2016
3S – Seyum, Sapa, Santun
Amsal 17:22, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”
Walaupun pada hari itu cuaca tidak bersahabat, hujan deras dan angin cukup kencang, menambah suasana hati kurang bersemangat untuk berangkat kantor, tetapi saya putuskan, “Ma brangkat dulu yaa “ dan saya pun berangkat ke kantor. Setelah beberapa menit berkendara, saya pun tiba di pintu Tol yang mengarah ke Jakarta, seperti biasa ketika saya membayar untuk masuk tol, Bapak penjaga Tol itu, menyambut saya dengan 3S – Seyum, Sapa, dan Santun…
Bapak penjaga pintu tol ini melempar seyuman dengan ramahnya dan menyapa “Selamat Pagi Pak !! “..dan kebetulan uang yang saya bayarkan ada kembaliannya, dan sambil terseyum kembali, Bapak penjaga tol itu berkata, “Ini kembaliannya pak……..”! “ terima kasih, hati – hati dijalan selamat sampai tujuan !” lanjut Bapak itu berkata kepada saya. ….Waaauw, Bapak yang luar biasa pikir saya… Saya langsung merasakan satu hal yang sedikit berbeda pagi itu atas keramahan bapak penjaga Tol ini.
Gardu pintu tol itu, hanya berukuran kira-kira 2 x 1m dan bapak ini berada didalamnya, bekerja sepanjang hari, sekitar 7 ~ 8jam, apakah dia tidak merasa jenuh? dan bahkan ia harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan tol, dengan sapaan dan keramahan. “Customer Satisfaction“ banget yaa…pikir saya! kemudian muncul banyak pertanyaan di benak saya, pada saat itu, apa bapak itu melakukan hal yang sama kepada semua orang saat bertransaksi di gardu tol tersebut?, apakah ia tidak capek?, apakah ada tambahan bonus bagi bapak itu dengan berlaku demikian?, apakah bapak itu melakukannya karena ada CCTV atau ada atasannya yang mengawasinya?, apa bapak itu sedang gembira hari itu? dan apakah bapak itu akan melakukannya setiap hari?
Terkadang didalam kehidupan ini, kita kurang peduli dengan orang sekitar kita dalam berinteraksi, kita menunggu orang lain untuk melayani kita dalam hal – hal yang terkecil sekalipun, kita berpikir dan mungkin mengharapkan orang lain memberikan sesuatu kepada kita lebih dulu agar kita dapat memberi. Atau mungkin kita akan melakukan sesuatu yang baik itu oleh karena sesuatu hal? ada imbalan yang besar dijanjikan ? atau karena merupakan tuntutan pekerjaan kita. Apapun itu kalau itu bukan menjadi kebiasaan kita, ketulusan hati kita, kesadaran kita. Maka itu tidak akan menjadi sesuatu hal yang besar yang dapat merubahan kehidupan kita yang memiliki hati yang gembira, malahan sebaliknya manjadikan kita beban.
Marilah dimanapun kita berada teristimewa didalam pelayanan kita di dalam keseharian kita, Kita memiliki sesuatu pengalaman yang berbeda, menjadi saluran berkat bagi orang disekitar sekaligus kita memiliki hati yang gembira karena itulah obat yang manjur.
Kiranya Tuhan memberkati kita sepanjang hari ini dalam aktivitas kita.
Friday, September 09, 2016
Sebuah Keputusan
Lukas 16:10, “Barangsiapa setia dalam perkara – perkara kecil, ia setia juga dalam perkara – perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara – perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara – perkara besar.”
“Pa, tadi ada surat edaran dari tempat ballet anak kita...” kata istriku di satu pagi. "Oh, ya ?" jawab ku. “Trus apa isinya?" lanjut saya bertanya kepada istri. "Ini, mengenai pemberitahuan akan ada konser besar di Gedung Kesenian Jakarta. Semua siswa musik dan ballet akan konser disana. Si kecil sudah senang banget, antusias banget pa. Tau akan ada konser itu, pengen banget dia ikutan pentas….seperti yang dia liat di mall tempo hari itu," sambung istri menjelaskan dengan semangat. “Ooh…bagus dong kapan itu konsernya? Boleh juga nanti kita nonton yaa," jawab saya. "Nah, itu dia masalahnya. Konsernya itu sayangnya dibuat di hari Sabat. Bagaimana ya menjelaskan ke si kecil, bahwa dia tidak bisa ambil bagian di konser itu, karena hari Sabat..” tanya istri saya sambil mengerutkan kening-nya. "Pasti dia akan kecewa karena tidak bisa ikut konser itu," lanjutnya. “Nggak lah, tidak apa-apa..." jawab saya. “ Mama coba aja pelan-pelan jelasin ke dia kenapa nggak bisa ikut konser itu, karena diadakan di hari Sabat. Pasti dia mau ngerti dan nggak bakalan kecewa. Yakin deh," jawab saya meyakinkan istri saya. “Oke deh, kalau begitu nanti coba mama bilangin yaa..” jawab istriku.
Keesokan harinya, “Pa, puji Tuhan !! Luar biasa, anak kita bisa putuskan sendiri pilihan dia, untuk tidak ikut konser itu. Dia lebih memilih ke gereja pada hari Sabat.!” kata istriku. “Oh ya?" jawab saya. "Bagaimana cara mama menjelaskan dan membujuk dia?" tanya saya. "Eheheheee.. ada deh," jawabnya sambil terseyum. "Jadi begini," lanjut istri menjelaskan, "Mama coba tes si kecil dan bertanya kepada dia langsung, dan mau tau pilihan dia bagaimana kalau konser ballet itu pentasnya di hari Sabat. Mama bilang, nak, konser ballet ini pada hari Sabat loh, gimana? Mau ikut konser ini atau ke gereja di hari Sabat ? Kemudian si kecil diam sesaat dan sedikit kecewa. Tapi, dia lantas menjawab dengan yakin : Nggak ma..., aku nggak ikut konser aja. Nggak apa-apa, aku pilih ke Gereja Hari Sabat.!" jelas istriku. Praise the Lord!!
Seperti ayat diatas, bahwa barang siapa setia dalam perkara kecil, ia akan setia juga dalam perkara-perkara besar. Pengalaman ini mengingatkan kita bahwa, setiap hari kita akan dihadapkan pada banyak pilihan, menentukan pilihan di dalam kehidupan kita. Mari kita belajar setia dalam perkara kecil dan berdoa kepada Tuhan agar dimampukan juga untuk setia dalam perkara besar. Pilihan ini bukan hanya bagi kita orang dewasa saja, tapi kepada anak-anak pun dapat diajarkan untuk bisa mengambil keputusan, pilihan yang baik bagi dirinya. Sehingga anak-anak akan bertumbuh semakin dewasa dan dengan pertolongan Tuhan mereka akan setia di dalam hal-hal yang baik di dalam keputusan hidupnya.
Tuhan memberkati.
Thursday, September 08, 2016
Satu Tahun Sudah Berlalu
Mazmur 34:19 “Tuhan itu
dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang
remuk jiwanya”
“Tut..tut..tut…!” suara pengingat untuk bangun berbunyi
keras membangunkan aku pagi ini. Semalam
aku tidur agak larut karena harus menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
dosen. “Hmmm…hari ini aku mau bikin
kejutan buat papa !” Aku tersenyum membayangkan wajah papa yang lucu nanti
melihat kejutan kecil dariku. Aku raih
telepon genggamku. “Papa masih ingat
nggak potongan film ini?” tulisku melalui pesan whatsapp sambil kukirim sebuah potongan video yang aku buat
sendiri, yang menyerupai adegan pembuka film rohani yang papa pernah buat. “Hai kak…wah tentu dong papa masih
ingat! Tapi yang kamu buat lebih bagus
dari yang papa pernah bikin… Kamu punya bakat yang bagus kak!” kalimat pujian dari
papa mengalir di layar telepon genggamku.
Aku tersenyum malu membacanya.
“Kak, hari ini mama genap satu tahun ya…” tulis papa lagi
mengingatkan aku. Ya, hari ini memang
satu tahun sudah mama beristirahat untuk sementara. Tentu saja aku mengingatnya. Minggu lalu aku berjalan melewati perhentian
bis dekat asrama dimana aku tinggal.
Aaahhh…aku teringat berjalan bersama mama di tempat itu tahun lalu. Aku dan mama berpelukan dan berjalan bersama
melintasi jalan menuju asrama, sambil berbagi banyak cerita. “Kamu harus sukses ya di tempat ini…”
terngiang ucapan mama memberi semangat kala itu. "Rrrrtt...! Rrrrttt...!" nada getar di telepon membuyarkan lamunanku. “Kita semua tetap setia ya kak, sampai Yesus
datang…Nanti kita bisa ketemu mama, peluk mama dan cerita-cerita lagi sama
mama. Papa juga punya banyak cerita yang papa
mau ceritakan saat ketemu mama nanti…” lanjut papa menuliskan kalimat-kalimat
yang memberi semangat. Aku tercekat
haru dan segera menulis lagi. “Iya pa,
hanya iman saja yang bisa membuat kita bisa terus berjalan sambil menantikan hari saat kita akan ketemu mama lagi nanti ya…” balasku cepat menghibur papa dan diriku juga.
Aku harus berpisah dengan mama yang aku cintai pada saat aku
sendiri belum merasa siap. Hari-hari
yang kulalui terasa berat. Tapi papa
selalu ajak aku dan adik-adikku untuk berpegang pada janji Tuhan. Ayat inti Roti Pagi hari ini mengatakan bahwa Tuhan
selalu dekat dengan orang-orang yang patah hati. Aku datang pada Tuhan dengan beban hatiku. Tuhan menepati janjiNya. Aku bisa merasakan kehadiran Tuhan setiap
hari. Dia memberi penghiburan dan
kekuatan bagiku. Dengan Tuhan di sampingku,
aku bisa melewati satu tahun yang berat ini dengan kepala tegak. Dengan Tuhan di sisiku, aku sanggup berjalan
sambil menatap ke depan. Satu saat nanti
aku akan kembali memeluk mama, berjalan bersama dan berbagi banyak cerita
dengan mama lagi. Terima kasih Tuhan
untuk selalu ada dekat di sampingku.
Be glad today, because Jesus cares !
Wednesday, September 07, 2016
SHARING IS CARING
Matius 25 : 40, "Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."
"Saya akan transfer hari ini, kalau masih kurang hubungi saya kembali", demikian saya mendengar teman saya berbicara kepada teman saya yang lain. Teman saya mengacungkan jempol dan mengangkat tangan keatas tanda ucapan terima kasih. Kami mulai berbincang tentang sahabat kami tersebut, dari hal kehidupan pribadi, rumah tangga, pekerjaan dan pelayanan di dalam gereja. Kami tiba pada kesimpulan sahabat kami yang dahulu biasa-biasa secara ekonomi ketika masih kuliah dan di tahun-tahun pertama mulai bekerja kini menjadi salah satu donatur rutin sebuah yayasan non profit dan selalu menjadi andalan saat teman2 membutuhkan bantuan finansial.
"Bagaimana persiapan kita untuk besok?", saya mendengar teman saya itu bertanya kepada teman saya yang lain. "So far so good, puji Tuhan", sambil mengacungkan jempolnya tanda beres. Saya kemudian tak tahan untuk tidak bertanya, "Apa kamu bisa hadir besok di kunjungan pelayanan angkatan kita?", saya mulai mendekatinya sambil menyodorkan draft run down acara untuk diketahuinya. "Ya, tentu saja saya bisa hadir", dia tersenyum penuh antusias. "Apa kamu tidak sibuk?"", saya bertanya lagi. "Saya memang sibuk, tapi saya selau ingin meluangkan waktu saya untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan disekitar saya," "Apa acara kita tidak mengganggu jadwal sibuk kamu?", saya mulai menggali lebih dalam setelah cukup lama tidak berkomunikasi dan saling memberi kabar oleh karena kesibukan masing-masing. "Saya sudah berkomitment meluangkan waktu saya untuk hal-hal positif dalam pelayanan dan sosial, saya merasa terberkati atas apa yang telah saya lakukan 5 tahun terakhir", demikian dia menjelaskan sambil mencoba meyakinkan saya bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah commitment penatalayanan, yang mencakup tenaga, waktu dan materi.
Kami sedang asyik berbincang di salah satu cafe di ibukota, saat teman kami yang sedang kami bicarakan tiba dan bergabung dengan kami. Kami mengobrol sambil memesan makanan dan minuman. "Saya pesan air mineral dan satu porsi soto ayam", demikian dia berbicara kepada teman saya yg lain. "Hanya itu?", teman saya bertanya heran. "Jangan memesan makanan terlalu banyak jika tidak dihabiskan, masih banyak orang-orang di sekitar kita yang kurang beruntung tidak bisa menikmati makanan seperti kita", sambil tersenyum bergurau dia merangkul teman saya itu.
Saya mendapatkan pelajaran berharga dari persahabatan kami, dalam keadaan sesibuk apapun sedapat mungkin kita diharapkan dapat memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar kita yang membutuhkan bantuan dan mau berbagi dengan mereka. Melakukan kebaikan dan kebajikan setiap hari adalah melatih hidup kita untuk menjalankan hidup yang berkemurahan. Teladan yang diberikan oleh Yesus Kristus, juruselamat hidup kita.
Selamat pagi, Tuhan memberkati.
Tuesday, September 06, 2016
PERTOLONGAN DARI TUHAN
Mazmur 121 : 1 – 2, “Nyanyian Ziarah. Aku melayangkan mataku kegunung gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.”
"Aduh …pak! Tolong!" Suamiku segera menemui saya yang sedang mencuci pakaian "Kenapa ma?" tanya suami saya. "Perut saya sangat sakit dan kaki saya keram... tidak bisa berdiri..." Suamiku membantu saya untuk berdiri dan dibawa masuk ke dalam rumah . Suami berusaha untuk memberikan pertolongan seadanya dengan mengoleskan minyak tawon. Tapi sakitnya tidak kunjung berkurang .Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu sore. Suami dan kedua anak kami berdoa memohon pertolongan dan petunjuk TUHAN. Pengobatan dari luar tidak dapat mengurangi sakit dan sore itu sebelum ke Perbaktian Rabu Malam kami ke dokter praktek yang dekat dengan Gereja. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa radang usus buntu dan dianjurkan untuk berpuasa malam itu dan segera ke rumah sakit. Setelah dari Dokter kami ke Perbaktian Rabu Malam , karena kebetulan malam itu suami yang melayani di acara perbaktian itu.
Di acara rabu malam Suami saya memberi kesaksian dan usulan untuk mendoakan saya, saya percaya bahwa Tuhan mendengar doa dari saudara- seiman malam itu, sehingga saya dapat bertahan untuk mengikuti kebaktian hingga selesai, seusai kebaktian kami segera pulang ke rumah mempersiapkan diri untuk masuk Rumah Sakit malam itu juga. Setelah tiba di R S dokter kembali memeriksa secara intensif dan dokter menyatakan bahwa tindakan operasi diadakan besok pagi jam 10 .00 Wita. Setelah itu suami mengantar saya kekamar dan malam itu saya sendiri, karena suami harus segera kembali untuk menemani kedua anak kami yang masih kecil dirumah. Malam itu saya terus berdoa kepada Tuhan memohon pertolongan-Nya, Pagi pun tiba, dan sekitar jam 08.00 perawat dan dokter kembali memeriksa kondisi saya dan diiangatkan lagi bahwa pada jam 10.00 akan diadakan tindakan operasi, hati saya agak kecut karena tidak seorangpun keluarga yang menemani saya. Saya tidak dapat berkomunikasi dengan siapapun karena saat itu belum ada alat komunikasi seperti sekarang, namun saya teringat sebuah syair lagu yang saya nyanyikan dalam hati saat itu, “ Telepon Kesurga Indah sentiasa ,hubunganNya baik ku rasa sungguh, Panggil pada Yesus dengan Telepon itu……”
Oh……. Tuhan saya percaya... Engkau selalu ada disisi saya, yang selalu siap memberikan semangat, kekuatan, dan pertolongan setiap saat itu doa dari hati saya. 2 Orang perawat datang mempersiapkan saya untuk dibawah ke kamar Operasi, sambil menunggu suami datang untuk menandatangani surat Operasi, jam sudah menunjukkan pukul 10,00 tepat tapi suami belum kunjung datang, sudah lewat 5 menit , 10 menit, lalu saya memohon kepada perawat agar saya saja yang menandatangani surat operasi itu, dengan alasan bahwa suami masih menunggu anak-anak keluar dari Sekolah. Dan akhirnya saya didorong ke kamar Operasi tanpa ditemani oleh keluarga. Tapi saya percaya bahwa Tuhan selalu menemani dan saya terus berdoa dalam hati, memohon pertolongan TUHAN buat saya, buat dokter dan bagi perawat agar diberikan hikmat oleh Tuhan dalam tindakan operasi , hingga saya tidak sadar lagi.
Sayup-sayup saya dengar ada suara –suara dan lama kelamaan saya pun sadar saya dapat melihat suami dan ke dua anak kami serta saudara – saudara seiman yang datang mengunjungi dan mendoakan saya. Setelah liwat 7 hari dirawat di Rumah Sakit, saya pun dapat kembali kerumah.
Saat itu saya teringat peristiwa 16 tahun yang lalu ketika saya mengalami sakit yang sama dan dokter pun menyatakan harus segera menjalani tindakan operasi, tapi TUHAN berkata lain melalui obat sederhana yang diberikan oleh orang tua dan campur tangan TUHAN menunda hingga 16 tahun kemudian baru tindakan operasi diadakan, dan ternyata usus buntu saya membiru dan membesar.
Semuanya ini terjadi hanya karena kemurahan TUHAN saja, dan apapun yang terjadi dalam kehidupan kita berada dalam sepengetahuan-Nya.
Subscribe to:
Posts (Atom)