Pagi ini, Selasa 25 Januari 2011, saya menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit Awal Bros, Bekasi. Puji Tuhan, menurut sdr. Chandra Perangin-angin, kondisi mamak sudah lebih baik. Sudah bisa merespon, walaupun hanya dalam bentuk kedipan mata dan genggaman yang erat. Mamak memang sedang menjalani pengobatan, karena ditemukan tumor di bagian kepalanya. Dan baru Minggu kemarin beliau menjalani terapi.
Masih menurut sdr. Chandra, kondisi mamak sebenarnya sudah lebih baik karena pengobatan yang dilakukan. Bahkan, hampir tidak pernah lagi mengeluh sakit. Namun, Senin pagi, kondisinya melemah, dan beliau ingin beristirahat. Barangkali karena terlalu lelah dalam perjalanan hari Minggu, karena pengobatannya dilakukan di daerah Soreang, Bandung.
Menjelang siang, sampai sore hari ketika sdr. Chandra kembali dari kantor, kondisi beliau masih dalam keadaan tidur. Bahkan mengorok. Dan, menurut bapak (suami dari mamak), mamak sempat muntah, namun tetap dalam keadaan yang setengah tidur. Biasanya, bila muntah, maka sebentar kemudian, tubuhnya akan segar dan dapat kembali beraktifitas seperti sedia kala. Kali ini, tidak. Sehingga, akhirnya kira-kira jam empat sore, disepakati untuk membawanya ke rumah sakit.
Di rumah sakit pertama, mamak diharuskan untuk langsung dioperasi, namun pihak keluarga masih menimbang-nimbang, sehingga diputuskan untuk memindahkan ke rumah sakit yang lain. Di rumah sakit Awal Bros ini, akhirnya mamak dimasukkan ke ruangan ICU.
Menurut dokter di sini pun, mamak harus dioperasi. Bahkan, operasi harus dilakukan 2 kali. Yang pertama untuk mengeringkan cairan yang ada di belakang kepala. Untuk itu perlu dibuat saluran yang akan mengalirkan cairan itu ke perut. Cairan ini memang ada pada setiap orang, dan cairan ini akan dibuang melalui saluran pembuangan sehingga tidak akan terjadi penumpukan. Pada kasus mamak, saluran pembuangan ini tidak berfungsi sehingga terjadi penumpukan cairan. Setelah 3 sampai 4 bulan, barulah tumor tersebut dapat diangkat. Namun, menurut paman dari saudara Chandra, yang juga seorang dokter, operasi ini sangat beresiko, sehingga dianjurkan untuk tidak dilakukan.
Kita doakan agar ibu Peranginangin boleh mendapatkan yang terbaik dari Tuhan. Tuhan adalah dokter segala dokter. Tidak ada satu penyakit pun yang tidak dapat disembuhkanNya.
Kurang lebih jam delapan tadi pagi, saat sdr. Chandra, Imelda dan Pdt. Sugiatno dari Jatinegara diperbolehkan masuk ke ruang ICU, kami mendengar berita yang menggembirakan. Mamak sudah membuka mata dan melihat, menggerakkan tangan dan kakinya dan bahkan menganggukkan kepala untuk merespon percakapan mereka. Memang mamak belum bisa berbicara, karena ada peralatan yang dipasang pada mulutnya.
Cepat sembuh ya, Nenek Karo...
(Nenek Karo, adalah sebutan Irel - anak dari keluarga Chandra - kepada neneknya).