Wednesday, July 14, 2010

MENANGGALKAN NALURI KEMANUSIAAN

Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 2 Korintus 5 : 14-15.



Kita telah belajar bahwa setiap orang percaya berutang kepada TUHAN, dan satu-satunya cara membalas kebaikan TUHAN adalah dengan hidup oleh Roh. Hidup oleh Roh artinya hidup dalam penurutan terhadap kehendak Roh TUHAN, bukan dalam kendali diri sendiri lagi. Orang yang hidup dalam kendali Roh TUHAN pasti hidup bagi kepentingan TUHAN. Dalam kesaksiannya yang lain, Paulus mengatakan bahwa orang yang sudah ditebus oleh darah TUHAN Yesus adalah orang yang mati bagi dirinya sendiri dan hidup bagi TUHAN (2Kor. 5:14–15). Tidak hidup menurut daging berarti tidak lagi hidup dalam naluri kemanusiaan. Naluri kemanusiaan adalah pola pikir dan cara hidup yang biasa dimiliki semua orang. Naluri kemanusiaan yang membelenggu manusia ini adalah bersekolah, lalu kuliah, mencari nafkah, menikah, memiliki berbagai fasilitas (rumah, mobil dan lain sebagainya), memiliki keturunan, membesarkan anak, mencarikan jodoh untuk anak, membesarkan cucu dan akhirnya mati. Bila cara hidup seperti ini membelenggu kehidupan seseorang maka ia menjadi korban lingkungan, kualitas hidupnya rendah. Apa bedanya dengan hewan? Ironisnya, justru inilah pola kehidupan yang dimiliki orang pada umumnya. Dorongan yang ada dalam kehidupan orang-orang seperti ini adalah bagaimana mempertahankan hidup dan bila cukup mampu adalah bagaimana meraih kehormatan.
Orang yang sungguh-sungguh mau membalas kebaikan TUHAN akan bersedia menanggalkan pola pikir dan cara hidup yang dianggap wajar oleh orang pada umumnya dan mengenakan cara hidup baru yaitu “hidup oleh Roh”. Hidup dalam penurutan yang mutlak kepada BAPA di Surga. Gerak hidupnya adalah melakukan kehendak BAPA dan menyelesaikan apa yang direncanakan BAPA untuk turut digenapi oleh kita. Jika kita mau membalas kebaikan TUHAN, kita tidak akan mengingini apa yang diingini anak-anak dunia. Cita rasa hidup kita telah berubah menjadi cita rasa hidup bangsawan Surgawi. Memang cara hidup ini akan tampak berbeda, sampai kelihatan agak aneh dalam pandangan orang pada umumnya. Orang yang mematikan naluri kemanusiaannya adalah orang yang tidak lagi memiliki cita-cita dan visi dari diri sendiri. Apa yang ingin dilakukannya selalu dikonfirmasikan dengan TUHAN. Ia tidak akan melangkah sebelum benar-benar mendapat komando dari TUHAN untuk melangkah. Dalam hal ini doa Bapa Kami terpenuhi, yaitu “Datanglah kerajaan-Mu dan jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga” (Mat. 6:10). Inilah yang dapat dikatakan sebagai “mengalir” dengan TUHAN.