Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Matius 26 : 24 - 26.
Secara manusiawi setiap kita akan berusaha menghindarkan diri dari masalah, baik masalah ekonomi, sakit-penyakit, rumah tangga yang berantakan, dan sebagainya melalui usaha dan kerja keras yang bertanggung jawab. Namun apakah usaha itu ditujukan untuk menikmati damai kita sendiri dan bukannya untuk TUHAN? Banyak orang berkata, “Kami mau hidup damai-damai saja, pokoknya cari aman.” Pernyataan ini pasti berarti menginginkan suatu kehidupan yang tidak bermasalah. Segalanya berjalan lancar, sehingga kita bisa menikmati apa yang disangkakan sebagai kebahagiaan. Dalam hal ini, bahkan seseorang ber-TUHAN pun hanya dalam rangka menghindarkan diri dari masalah. Kalau kita menghindarkan diri dari masalah hanya untuk menikmati kebahagiaan bagi kita sendiri atau hanya untuk keluarga, orang dekat dan bukannya untuk TUHAN, maka kita menjadi orang yang egois. Kita tidak dapat membagi diri kita dengan orang lain. Maka sebenarnya kita tidak melayani TUHAN, bahkan sebaliknya kita memanfaatkan TUHAN untuk kesenangan kita sendiri. Inilah yang TUHAN Yesusjelaskan sebagai orang yang “menyelamatkan nyawanya” (ay. 25). TUHAN Yesus tegas mengatakan bahwa orang seperti ini akan kehilangan nyawanya.
Orang yang mencari kebahagiaan bagi dirinya sendiri tidak mungkin mengabdi kepada TUHAN. Baginya, TUHAN pun diharapkan dapat mengabdi kepadanya. Kalaupun ia mengambil bagian dalam pelayanan sosial atau kegiatan gereja, sebetulnya itu bukan karena dorongan kasih kepada TUHAN, tetapi usaha “menyuap” TUHAN agar hidupnya diberkati atau setidaknya agar terhindar dari api neraka. Pelayanan seperti ini tidak akan berkualitas, sebab yang diserahkannya kepada TUHAN bukan segalanya, melainkan sekadar “remah-remah” dalam rangka investasi, agar TUHAN memberikan lebih banyak berkat jasmani kepadanya. Orang-orang seperti ini bergereja tetapi tidak ber-TUHAN, tampak ber-TUHAN padahal tidak rohani. Kita harus selalu menguji, apakah kita berusaha untuk menghindar dari masalah semata, atau sudahkah kita menyadari bahwa bila ingin efektif bagi TUHAN, kita harus tidak bermasalah. Jika hidup kita tidak bermasalah, kita dapat melayani TUHAN tanpa gangguan. Ini semua adalah pelayanan bagi TUHAN secara tidak langsung. Seharusnya kita ber-TUHAN bukan dalam rangka menghindarkan diri dari masalah, tetapi karena TUHAN adalah satu-satunya ALLAH yang benar, yang dikenal dalam pribadi Yesus Kristus, Sang Juru Selamat. Kita menikmati damai sejahtera dari diri-NYA sendiri, dan bukan mencari berkat atau pertolongan-NYA semata.