Thursday, October 11, 2012

Cepat Layu Bagaikan Rumput


Mazmur 103:15, 16, “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.”



Perawakannya sedang-sedang saja, tidak pendek namun juga tidak terlalu tinggi. Warna kulitnya yang berwarna sawo matang hampir hitam dan tubuhnya yang tidak gemuk, tidak menghalanginya untuk bergaul dengan semua kalangan baik kalangan masyarakat bawah maupun masyarakat menengah ke atas. Ia dikenal ramah, pintar bergaul dan rendah hati. Latar belakang ilmu hukum yang dimilikinya, membekalinya menjadi salah seorang pejabat eselon di pemerintahan kota Jakarta di bagian barat. Tidak berhenti sampai di situ, ia pun dipercayakan oleh masyarakat tempat ia berdomisili menjadi Ketua RW untuk beberapa tahun lamanya.

Hampir tidak pernah absen kami bertemu sekali dalam sebulan khususnya di setiap minggu ketiga dalam acara silaturahmi keluarga. Lelucon atau guyon yang selalu dihadirkannya membuat keberadaannya di komunitas pertemuan tali silaturahmi sangat dinantikan oleh kebanyakan orang. Tak disangka-sangka saya membaca pesan singkat melalui sms berbunyi, “Berita duka, telah meninggal dunia Waldwin pada pukul 2.00 WIB dinihari di RS …..” Tersentak saya membaca pesan yang masuk. Rupanya ia hampir sebulan lamanya ia dirawat di rumah sakit dan diketahui bahwa penyakitnya cukup serius dan sulit untuk diberikan pertolongan secara ilmu medis. Kini namanya hanya tinggal kenangan di antara semua orang yang mengenalnya, keluarga, sahabat dan handai taulan.

Pagi hari manusia boleh saja bangun dari tidur dan tersenyum namun sore hari ia telah tiada, tinggal nama seperti kebanyakan orang berkata, “Hidup manusia cepat layu bagaikan rumput di padang yang mekar di pagi hari dan layu pada sore hari.” Kenangan apa yang hendak kita tinggalkan kelak jikalau ternyata kekayaan, kepintaran, kehormatan dan pengaruh yang saudara dan saya miliki umurnya hanya bagaikan umur rumput di padang yang tidak melewati waktu terbit dan terbenamnya matahari. Adakah iman kita kepada Kristus tetap terpelihara, maka ketika nafas kita terhenti dan tubuh kita ini akan layu bagaikan rumput, maka kita sedang meninggalkan warisan rohani yang terindah bagi keluarga kita dan orang-orang lain. Buanglah tinggi hati, kecongkakan dan sifat mementingkan diri sendiri sebab semua sifat itu tidak memiliki tempat di sorga juga tidak dapat memperpanjang umur kita.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: