Mazmur 113:5-8, “Siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya.”
Kini, oleh rahmat dan kemurahan Allah, aku pun telah menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana dari kampus hijau nan sejuk di kota Lembang dan siap mencari pekerjaan. Suatu waktu, kami tidak memiliki uang untuk membayar cicilan kendaraan bermotor roda dua yang kami gunakan saat itu. Saya hanya mengantongi uang sebesar Rp 70.000,- di dalam saku celana saya. Sudah empat bulan lamanya kami tidak sanggup membayar cicilan motor sebesar Rp 400 ribuan per bulan itu. Aku pun hanya pasrah dan khawatir dalam hati, “Wah, bisa-bisa ditarik deh ini motor, pake apa kami ntar kalo bepergian, uang gak punya untuk bayar ongkos.”
Di tengah-tengah pikiran yang kacau, belum lagi perut saya, istri dan anak-anak yang harus diberi makan, juga keperluan lainnya sehari-hari yang harus terpenuhi, saya pun bertekuk lutut dan berdoa kepada Tuhan, “Ya, Allah .. hanya kepada-Mu aku berlindung dan memohon rahmat dan kemurahan-Mu. Tunjukkanlah kiranya jalan kehidupan yang pantas bagi hamba-Mu dan keluarga untuk menikmati kehidupan yang cukup dan sederhana saja.” Tidak lama sejak saya berdoa kepada Tuhan, tiba-tiba saya mendapat telepon dari seseorang yang tidak saya kenal dan meminta saya bertemu untuk wawancara. Sungguh di luar dugaan, pertanyaan yang diajukan hanya seputar keluarga tidak menyinggung tentang pengalaman pendidikan atau pekerjaan saya. Ahirnya, orang asing yang menginterview saya pun memberikan saya kesempatan untuk bekerja di perusahaan yang ia pimpin. Bahkan, tidak sampai di situ sang pimpinan yang berkebangsaan Eropah ini pun akan mengirim saya untuk bertemu dengan pemilik perusahaan yang berada di Jerman.
Saudaraku yang kekasih, siapakah seperti Tuhan, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, namun melihat, mengerti bahkan memberikan apa yang kita perlukan, ketika kita menyadari diri kita hampa, tak sanggup berbuat apa-apa bahkan tak mungkin akan menikmati dan memiliki segala harta benda, kekayaan dan kehormatan jikalau bukan atas seijin-Nya. Adakah satu perkara dalam hidup ini yang dapat kita klaim sebagai hasil jerih payah kita? Atau karna Allah memberikan kesempatan bagi kita untuk dapat menuai hasil yang baik atas pekerjaan kita? Adakah saudara dan saya memiliki alasan yang patut untuk menyombongkan diri di antara sesama manusia karena merasa memiliki kepintaran, kekayaan dan terhormat di kalangan masyarakat? Sesungguhnya tidak. Sebab apa pun yang saat ini berada di antara kita, baik kepintaran, kekayaan dan kehormatan dapat seketika lenyap dari hadapan kita diterbangkan seperti debu bahkan diri kita sendiri pun dapat sewaktu-waktu kembali menjadi debu ketika Allah mengijinkan hal itu terjadi kepada kita. Bersyukurlah kepada-Nya, jadilah rendah hati di antara manusia sebab hanya Allah yang mengangkat kita menjadi orang yang berharga di dunia ini.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: