Matius 5:16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Kami tiba pukul 9.15
WIB di pagi hari setelah menghabiskan waktu selama tiga jam perjalanan lamanya.
Saya dan rombongan yang berjumlah sebanyak 11 orang mendapatkan tugas untuk
mengunjungi lokasi tempat diadakannya retreat pada akhir bulan ini. Villa yang
kami kunjungi terlihat dipenuhi oleh banyak pengunjung yang berlibur akhir
pekan. Indahnya ombak laut di pagi hari disambut oleh banyak orang yang
berenang beramai-ramai. Banana boat yang tersedia pun ramai dinikmati oleh
beberapa grup yang berkeliling di seputaran pantai laut berwarna biru itu.
Segarnya udara pagi hari ditambah dengan cerahnya sinar
matahari pagi, menyambut hari libur akhir pekan itu terasa menggairahkan. Tak
terlalu lama kami berada di lokasi, pengunjung dari berbagai lokasi pun mulai
berdatangan. Banyak para pedagang lalu lalang sambil menjajakan barang dagangan
mereka mulai dari emping, ikan asin, petai, dan lain sebagainya. Sudah pasti
kami pun tak melupakan untuk menikmati manis dan segarnya kelapa muda yang
diambil dari pohon-pohon kelapa yang tumbuh di pinggir pantai. “Asyiik …..
sedaaap, segaarrr ….” tatkala air kelapa muda saya teguk sambil bercanda dengan
rombongan. Terlihat satu dengan yang lain sibuk dengan kegiatan kami
masing-masing. Tiba-tiba saya melihat seorang bapak menjinjing sebuah benda di
tangan kanannya. “Wow … beli di mana itu?” tanyaku. “Tadi ada seorang nenek
yang berdagang dan menjajakan dagangannya minta untuk dibeli, kasihanlah
makanya kami beli”, jelas sang bapak dari tiga anak ini.
Satu ikatan besar petai terlihat di tangan kanannya dan dimasukkan ke dalam mobil, yang dibeli dengan harga yang cukup murah. Bagi orang yang suka makan petai, tentu benda ini terasa sangat nikmat apalagi bila dipadukan dengan bumbu lainnya yang membuat makanan kita terasa lebih nikmat untuk dimakan. Walaupun petai ini dimasak dan dicampur dengan makanan lainnya, aroma khas petai tidak pernah sirna ketika kita memakannya. Aroma petai tetap terasa dan meninggalkan bau yang khas dimulut ketika kita memakannya. Sanggupkah kita hidup di muka bumi ini dan memberikan pengaruh seperti pengaruh petai? Kita boleh saja bergaul dengan masyarakat dan lingkungan seburuk apapun, namun identitas dan pengaruh positif sebagai umat Tuhan haruslah tetap nyata dan dikenal setiap orang sebagaimana aroma petai mendominasi rasa makanan yang kita makan, kehadiran kita tetap memberikan aroma harum yang istimewa sehingga Allah dikenal dan ditinggikan oleh setiap orang. Tuhan memberkati kita hari ini agar sanggup mengangkat tinggi aroma kekristenan kita.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan
tombol “Tell A Friend” dibawah ini: