Monday, October 08, 2012

Petai


 Matius 5:16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”


Kami tiba pukul 9.15 WIB di pagi hari setelah menghabiskan waktu selama tiga jam perjalanan lamanya. Saya dan rombongan yang berjumlah sebanyak 11 orang mendapatkan tugas untuk mengunjungi lokasi tempat diadakannya retreat pada akhir bulan ini. Villa yang kami kunjungi terlihat dipenuhi oleh banyak pengunjung yang berlibur akhir pekan. Indahnya ombak laut di pagi hari disambut oleh banyak orang yang berenang beramai-ramai. Banana boat yang tersedia pun ramai dinikmati oleh beberapa grup yang berkeliling di seputaran pantai laut berwarna biru itu.

Segarnya udara pagi hari ditambah dengan cerahnya sinar matahari pagi, menyambut hari libur akhir pekan itu terasa menggairahkan. Tak terlalu lama kami berada di lokasi, pengunjung dari berbagai lokasi pun mulai berdatangan. Banyak para pedagang lalu lalang sambil menjajakan barang dagangan mereka mulai dari emping, ikan asin, petai, dan lain sebagainya. Sudah pasti kami pun tak melupakan untuk menikmati manis dan segarnya kelapa muda yang diambil dari pohon-pohon kelapa yang tumbuh di pinggir pantai. “Asyiik ….. sedaaap, segaarrr ….” tatkala air kelapa muda saya teguk sambil bercanda dengan rombongan.  Terlihat satu dengan yang lain sibuk dengan kegiatan kami masing-masing. Tiba-tiba saya melihat seorang bapak menjinjing sebuah benda di tangan kanannya. “Wow … beli di mana itu?” tanyaku. “Tadi ada seorang nenek yang berdagang dan menjajakan dagangannya minta untuk dibeli, kasihanlah makanya kami beli”, jelas sang bapak dari tiga anak ini.

Satu ikatan besar petai terlihat di tangan kanannya dan dimasukkan ke dalam mobil, yang dibeli dengan harga yang cukup murah. Bagi orang yang suka makan petai, tentu benda ini terasa sangat nikmat apalagi bila dipadukan dengan bumbu lainnya yang membuat makanan kita terasa lebih nikmat untuk dimakan. Walaupun petai ini dimasak dan dicampur dengan makanan lainnya, aroma khas petai tidak pernah sirna ketika kita memakannya. Aroma petai tetap terasa dan meninggalkan bau yang khas dimulut ketika kita memakannya. Sanggupkah kita hidup di muka bumi ini dan memberikan pengaruh seperti pengaruh petai? Kita boleh saja bergaul dengan masyarakat dan lingkungan seburuk apapun, namun identitas dan pengaruh positif sebagai umat Tuhan haruslah tetap nyata dan dikenal setiap orang sebagaimana aroma petai mendominasi rasa makanan yang kita makan, kehadiran kita tetap memberikan aroma harum yang istimewa sehingga Allah dikenal dan ditinggikan oleh setiap orang. Tuhan memberkati kita hari ini agar sanggup mengangkat tinggi aroma kekristenan kita.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: