Friday, October 19, 2012

Ia Mengangkatku … Bagian 3

1 Petrus 3:10, 12, “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik,ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.”


Bermodalkan kemaja yang terlihat lusuh dan kusam seharga Rp 5.000,- dan celana panjang yang warnanya telah pudar seharga Rp 10.000,-, sang pemimpin perusahaan memilih saya untuk menjadi salah satu timnya kelak.  “Robby, apa kamu sudah punya passport?” pertanyaan terakhir yang ia tanyakan di akhir wawancara dengan saya.  “Mohon maaf Pak”, sahutku, “Hingga setua ini usiaku saya belum pernah menginjakkan kaki jangankan ke Eropah, ke Negara tetangga terdekat Singapura atau Malaysia pun belum”, jawabku dengan lugu dan polos. “Ok, kalau begitu kamu harus urus passportmu segera, karena saya mau kamu bertemu dengan pemilik perusahaan ini yang berada di Jerman”, lanjut sang orang asing ini menegaskan.

Senang bercampur bingung pun melanda pikiranku. “Siapa sangka saya harus berangkat ke Jerman, sungguh hal yang tidak pernah saya impikan dari dahulu”, pikirku dalam hati sambil bingung untuk urus passport mau dapat uang dari mana? “Belum lagi rekening tabungan pun saya tidak punya.” Akhirnya, dengan berbagai mujizat yang saya alami selama pengurusan passport hingga tiba di Jerman, semua urusan saya berjalan dengan baik. Saya bertemu dengan pemilik perusahaan besar di dunia ini. Mobil Lamborgini, Ferrari, Bentley dan banyak mobil mewah lainnya, terparkir dengan rapi di garasi rumah sang pemilik perusahaan. Namun satu hal yang membuat diriku tersadar, pemilik perusahaan ini sungguh ramah dan lemah lembut, bersahaja dan rendah hati setiap kali berbicara dengan siapa pun termasuk saya yang tidak punya apa-apa ini. Bahkan ia mendayuh sepeda dari rumah menuju ke kantor setiap harinya.

Satu pelajaran berharga saya dapatkan dari pengalaman hidup yang awalnya pahit dan berakhir dengan bahagia buat saya dan keluarga, “Sungguh saya ini debu asalnya dan tiada berarti, hanya Allah yang sanggup mengangkatku untuk duduk di ketinggian yang Ia mau saya duduki, namun saya harus mencontoh sang pemilik perusahaan yang hidup rendah hati dan menghargai setiap orang walaupun ia bergelimang harta bahkan dapat memiliki apa saja yang ia mau miliki. Ketika Allah tidak berkenan atas apa yang kita miliki saat ini, Ia dapat mengijinkan kesusahan hidup dan penderitaan dalam sekejap melenyapkan segala apa yang kita miliki.” Hiduplah dalam doa dan permohonan kepada Allah yang dilihat Allah kita hidup sebagai orang yang benar, maka Ia akan memberikan pertolongan. Jadilah sahabat manusia yang dikenal rendah hati, bersahaja dan menghormati orang lain semiskin apapun dia, sebab untuk saudara dan saya bahkan untuk orang lain semiskin apapun dia Yesus telah mati dan tebus kita, sebab kita tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir, namun biarlah ketika nafas kita pun terhenti untuk menarik nafas, kita didapati sebagai ahli waris sorga dan dikenang sebagai orang yang benar, rendah hati, pemurah dan sahabat yang selalu dirindukan bagi siapa pun sesama manusia.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: