1 Petrus 3:10, 12, “Siapa
yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik,ia harus
menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan
yang menipu. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar dan
telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah
Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.”
Bermodalkan
kemaja yang terlihat lusuh dan kusam seharga Rp 5.000,- dan celana
panjang yang warnanya telah pudar seharga Rp 10.000,-, sang pemimpin
perusahaan memilih saya untuk menjadi salah satu timnya kelak. “Robby,
apa kamu sudah punya passport?” pertanyaan terakhir yang ia tanyakan di
akhir wawancara dengan saya. “Mohon maaf Pak”, sahutku, “Hingga setua
ini usiaku saya belum pernah menginjakkan kaki jangankan ke Eropah, ke
Negara tetangga terdekat Singapura atau Malaysia pun belum”, jawabku
dengan lugu dan polos. “Ok, kalau begitu kamu harus urus passportmu
segera, karena saya mau kamu bertemu dengan pemilik perusahaan ini yang
berada di Jerman”, lanjut sang orang asing ini menegaskan.
Senang
bercampur bingung pun melanda pikiranku. “Siapa sangka saya harus
berangkat ke Jerman, sungguh hal yang tidak pernah saya impikan dari
dahulu”, pikirku dalam hati sambil bingung untuk urus passport mau dapat
uang dari mana? “Belum lagi rekening tabungan pun saya tidak punya.”
Akhirnya, dengan berbagai mujizat yang saya alami selama pengurusan
passport hingga tiba di Jerman, semua urusan saya berjalan dengan baik.
Saya bertemu dengan pemilik perusahaan besar di dunia ini. Mobil
Lamborgini, Ferrari, Bentley dan banyak mobil mewah lainnya, terparkir
dengan rapi di garasi rumah sang pemilik perusahaan. Namun satu hal yang
membuat diriku tersadar, pemilik perusahaan ini sungguh ramah dan lemah
lembut, bersahaja dan rendah hati setiap kali berbicara dengan siapa
pun termasuk saya yang tidak punya apa-apa ini. Bahkan ia mendayuh
sepeda dari rumah menuju ke kantor setiap harinya.
Satu
pelajaran berharga saya dapatkan dari pengalaman hidup yang awalnya
pahit dan berakhir dengan bahagia buat saya dan keluarga, “Sungguh saya
ini debu asalnya dan tiada berarti, hanya Allah yang sanggup
mengangkatku untuk duduk di ketinggian yang Ia mau saya duduki, namun
saya harus mencontoh sang pemilik perusahaan yang hidup rendah hati dan
menghargai setiap orang walaupun ia bergelimang harta bahkan dapat
memiliki apa saja yang ia mau miliki. Ketika Allah tidak berkenan atas
apa yang kita miliki saat ini, Ia dapat mengijinkan kesusahan hidup dan
penderitaan dalam sekejap melenyapkan segala apa yang kita miliki.”
Hiduplah dalam doa dan permohonan kepada Allah yang dilihat Allah kita
hidup sebagai orang yang benar, maka Ia akan memberikan pertolongan.
Jadilah sahabat manusia yang dikenal rendah hati, bersahaja dan
menghormati orang lain semiskin apapun dia, sebab untuk saudara dan saya
bahkan untuk orang lain semiskin apapun dia Yesus telah mati dan tebus
kita, sebab kita tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir, namun
biarlah ketika nafas kita pun terhenti untuk menarik nafas, kita
didapati sebagai ahli waris sorga dan dikenang sebagai orang yang benar,
rendah hati, pemurah dan sahabat yang selalu dirindukan bagi siapa pun
sesama manusia.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: