1 Samuel 2:8, “Ia
menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang
miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para
bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab Tuhan
mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.”
Pagi
hari libur nan cerah ditemani oleh udara segar pegunungan, membuat
hari-hari dalam hidup ini terasa sungguh berarti. Saya dan istri sedang
jalan santai menikmati pemandangan alam nan indah di sekitar penginapan
bersama dengan sepasang suami istri yang tidak asing bagi saya yang
telah mengenalnya sejak hamper 21 tahun yang lalu. Alam pegunungan nan
indah, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang serba hijau, lereng gunung
yang terhampar jauh di seberang daratan tempat kaki kami berpijak,
bahkan lembah-lembah yang telah dihiasi dengan berbagai tanam-tanaman
dan fasilitas menarik lainnya, membuat daya tarik istimewa bagi lokasi
yang kami kunjungi, tak tertandingi oleh penginapan lainnya yang
terletak di sekitar wilayah itu.
Kagum
atas karya ciptaan Allah, mengingatkan saya dan teman kuliah saya ini
akan hebat dan dahsyat-Nya kuasa Allah yang telah menjadikan segala
sesuatu bahkan yang telah mengangkat diri kami sendiri dari lumpur
kesusahan hidup, melakukan hal yang tidak mungkin untuk kami raih oleh
rahmat dan kasih-Nya. Robby, seorang yang bersahaja, berpenampilan
tenang dan memiliki suara yang lembut bercerita tentang pengalaman pahit
hidupnya. Ia yang telah menikah sambil berkuliah, berjuang hari demi
hari untuk mendapatkan biaya kuliah dan menghidupi keluarganya. “Tak
jarang kalau saya harus berjalan kaki untuk puluhan kilometer jauhnya
demi menghemat uang yang hanya bernilai puluhan ribu rupiah di saku
celana saya, asalkan saya dan keluarga dapat membeli beras dan lauk
makanan kami sehari-hari”, cerita sang bapak dari dua anak ini. “Aku
bekerja dan mengerjakan pekerjaan apapun asal halal, yang penting perut
kami sekeluarga dapat terisi makanan supaya dapat tidur tenang.
“Sungguh
Allah itu baik, Pak”, ia bersaksi tentang pengalaman hidupnya, “Seperti
yang bapak ketahui, saya pun akhirnya menyelesaikan kuliah dengan baik.
Sesungguhnya aku ini debu, namun Allah telah mengangkatku dari debu dan
lumpur kemiskinan bahkan melakukan berbagai perkara ajaib lainnya yang
tidak pernah aku pikirkan”, kata sang bapak bercerita sambil matanya
berkaca-kaca. Sesungguhnya, Allah itu baik, Ia sungguh baik bagi saudara
dan saya, sama seperti ayat roti pagi kita hari ini. Kita patut
berbangga sebab Allah yang kita sembah Dialah yang mempunyai alas bumi,
dan di atas bumi ini Ia menaruh daratan, tempat bagi seluruh mahkluk
ciptaan-Nya berpijak, bekerja dan beristirahat untuk sementara waktu
sampai Yesus datang kedua kali dan mengumpulkan kita di Yerusalem Baru,
sudahkan anda bersyukur kepada-Nya hari ini oleh sebab sesungguhnya kita
debu yang tidak berharga namun Ia menjadikan kita berharga? Adakah
kesombongan hati yang menguasai kita sehingga kita berlaku tidak adil,
tidak mengasihi dan menghormati sesama manusia yang secara kasat mata
kita melihat orang itu lebih rendah derajat hidupnya dari kita, bahkan
tidak setia kepada Allah? Berbaliklah dan jadilah rendah hati sebab
sesungguhnya kita ini bagaikan debu tanah yang tiada arti, jikalau bukan
karena Tuhan yang membuat hidup kita berharga.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: