Tuesday, October 16, 2012

Ia Mengangkatku … Bagian 1

1 Samuel 2:8, “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab Tuhan mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan.”



Pagi hari libur nan cerah ditemani oleh udara segar pegunungan, membuat hari-hari dalam hidup ini terasa sungguh berarti. Saya dan istri sedang jalan santai menikmati pemandangan alam nan indah di sekitar penginapan bersama dengan sepasang suami istri yang tidak asing bagi saya yang telah mengenalnya sejak hamper 21 tahun yang lalu. Alam pegunungan nan indah, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang serba hijau, lereng gunung yang terhampar jauh di seberang daratan tempat kaki kami berpijak, bahkan lembah-lembah yang telah dihiasi dengan berbagai tanam-tanaman dan fasilitas menarik lainnya, membuat daya tarik istimewa bagi lokasi yang kami kunjungi, tak tertandingi oleh penginapan lainnya yang terletak di sekitar wilayah itu.

Kagum atas karya ciptaan Allah, mengingatkan saya dan teman kuliah saya ini akan hebat dan dahsyat-Nya kuasa Allah yang telah menjadikan segala sesuatu bahkan yang telah mengangkat diri kami sendiri dari lumpur kesusahan hidup, melakukan hal yang tidak mungkin untuk kami raih oleh rahmat dan kasih-Nya. Robby, seorang yang bersahaja, berpenampilan tenang dan memiliki suara yang lembut bercerita tentang pengalaman pahit hidupnya. Ia yang telah menikah sambil berkuliah, berjuang hari demi hari untuk mendapatkan biaya kuliah dan menghidupi keluarganya. “Tak jarang kalau saya harus berjalan kaki untuk puluhan kilometer jauhnya demi menghemat uang yang hanya bernilai puluhan ribu rupiah di saku celana saya, asalkan saya dan keluarga dapat membeli beras dan lauk makanan kami sehari-hari”, cerita sang bapak dari dua anak ini. “Aku bekerja dan mengerjakan pekerjaan apapun asal halal, yang penting perut kami sekeluarga dapat terisi makanan supaya dapat tidur tenang.

“Sungguh Allah itu baik, Pak”, ia bersaksi tentang pengalaman hidupnya, “Seperti yang bapak ketahui, saya pun akhirnya menyelesaikan kuliah dengan baik. Sesungguhnya aku ini debu, namun Allah telah mengangkatku dari debu dan lumpur kemiskinan bahkan melakukan berbagai perkara ajaib lainnya yang tidak pernah aku pikirkan”, kata sang bapak bercerita sambil matanya berkaca-kaca. Sesungguhnya, Allah itu baik, Ia sungguh baik bagi saudara dan saya, sama seperti ayat roti pagi kita hari ini. Kita patut berbangga sebab Allah yang kita sembah Dialah yang mempunyai alas bumi, dan di atas bumi ini Ia menaruh daratan, tempat bagi seluruh mahkluk ciptaan-Nya berpijak, bekerja dan beristirahat untuk sementara waktu sampai Yesus datang kedua kali dan mengumpulkan kita di Yerusalem Baru, sudahkan anda bersyukur kepada-Nya hari ini oleh sebab sesungguhnya kita debu yang tidak berharga namun Ia menjadikan kita berharga? Adakah kesombongan hati yang menguasai kita sehingga kita berlaku tidak adil, tidak mengasihi dan menghormati sesama manusia yang secara kasat mata kita melihat orang itu lebih rendah derajat hidupnya dari kita, bahkan tidak setia kepada Allah? Berbaliklah dan jadilah rendah hati sebab sesungguhnya kita ini bagaikan debu tanah yang tiada arti, jikalau bukan karena Tuhan yang membuat hidup kita berharga.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: