Sunday, October 14, 2012

Mirip Ibu

Matius 7:16, “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri.”


Hari ini adalah hari ketiga saya berada di kota yang letaknya berada hanya beberapa ratus meter dari tepi pantai. Tidak heran cuaca di kota ini cukup panas dipengaruhi oleh udara laut. Bahkan jalan raya utama yang persis berada di depan hotel tempat kami menginap adalah hasil reklamasi mengingat luas kota yang cukup terbatas sementara jumlah penduduk dan kendaraan kian bertambah dari hari ke hari. Memang terlihat cukup menarik pusat kota berada di tepi pantai.

Keberadaan saya bersama teman-teman lainnya dari kota yang sama dengan tempat saya tinggal yakni untuk menghadiri sebuah simposium rohani. Sangat menarik karena pertemuan ini dihadiri oleh berbagai suku dari seluruh wilayah tanah air Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Jadwal kegiatan yang padat sepanjang hari membuat saya bangun pagi seperti biasa karena acara simposium dimulai tepat pukul delapan waktu setempat di pagi hari. “Selamat pagi … selamat pagi dan selamat pagi”, sapaan yang berulang-ulang saya sampaikan ketika melewati meja demi meja peserta yang terlebih dahulu tiba di restoran untuk sarapan. Dari antara meja-meja yang terisi oleh peserta, mata saya tertuju kepada salah satu meja yang diduduki oleh salah seorang saudara saya. Segera saya menghampiri mereka dan berjabatan tangan satu dengan yang lain.

“Semua keturunan bibi, saya kenal semua dari yang tertua sampai yang bungsu”, ujar salah seorang peserta di meja bundar itu yang taka sing adalah seseorang yang berprofesi sebagai Gembala di gereja. “Sepupu saya inilah yang mukanya persis banget dengan bibi saya”, lanjutnya berkomentar menegaskan kepada teman-teman makan pagi yang berada satu meja dengannya. Beberapa kali saya bepergian ke beberapa kota, omongan seperti ini sering saya terima acapkali bertemu dengan orang yang mengenal saya dan ibu saya. Terpikir dalam hati, “Mirip siapakah saya dikenal oleh orang lain melalui tingkah laku saya dalam perkara-perkara rohani? Akankah orang berkata bahwa saya mirip dengan teladan Yesus, Sahabat Agung atau Lusifer, guru yang sesat itu?”  Kiranya saudara dan saya dikenal sebagai sahabat Sang Juruselamat melalui buah kehidupan yang muncul dari kehidupan kita sehari-hari.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: