Friday, January 25, 2013

Acara Kebaktian Tutup dan Buka Tahun 2012 - GMAHK Kemang Pratama


ACARA KEBAKTIAN TUTUP DAN BUKA TAHUN
GMAHK KEMANG PRATAMA
31 DESEMBER 2012
Thema : Kebangunan & Kehidupan Kristiani



Sekitar pukul 16.00 WIB sore pada tanggal 31 Desember 2012, 
tampak beberapa anggota jemaat  mulai berdatangan dan memasuki 
ruangan kebaktian. Lagu2  bernuansa natal mulai terdengar dari  
audio room gereja.  Lampu mulai dinyalakan, cuaca sedikit mendung 
efek hujan lebat malam sebelumnya.  Pohon natal mulai menyala, 
lampu2nya yang cantik bersinar terang benderang. Beberapa 
panitia tampak sibuk mempersiapkan hal2 yang berhubungan 
dengan teknis pelaksanaan acara kebaktian.  Dibantu 
beberapa pemuda yang dikoordinir oleh Fidella Tambunan ketua PA 
tahun 2013, Malvin & Joshua Simanjuntak, Junior Tampubolon, 
Timothy Purnama dll dengan sigap membantu menyempurnakan 
beberapa tugas penting lainnya sementara menunggu acara dimulai.

Para penerima tamu siap di depan pintu masuk menyambut 
para tamu dan anggota jemaat sambil membagikan daftar 
acara dan amplop2 kecil yang akan digunakan untuk 
persembahan penyangkalan diri.

Tepat pukul 16.30 WIB saat seluruh partisipan acara telah 
tiba di tempat, acara kebaktian buka dan tutup tahun pun di 
mulai.  Sebagai protokol adalah Bp. Mulana Simanjuntak, 
ketua jemaat yang membidangi Dept. Rumah Tangga, dimana 
dept RT selaku penanggung jawab acara kebaktian tutup dan 
buka tahun kali ini. Dimulai dengan kata sambutan singkat 
dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu pembuka dari LS 
No. 234 – “Dengar Malaikat Nyanyi”, dipandu oleh chorister 
Fidella Tambunan.

Bacaan ayat bersahutan di bawakan oleh ketua2 dan 
anggota jemaat secara bergantian.  Terdapat dalam 
Mazmur 26 : 1 – 12.   Dimulai dengan ketua Bp. Munas 
Tambunan, Bp. David Tampubolon dan Bp. Jeffry Eman, 
mereka membacarakn 3 ayat sekaligus kemudian satu ayat 
berikutnya dibacakan oleh seluruh jemaat.   
Demikian secara bergantian hingga selesai pada ayat ke 12.  
Doa buka dilayangkan oleh Bp. David Tampubolon

Bp. Mulana Simanjuntak dalam kata pengantarnya 
membuka pikirananggota yang hadir atas fenomena yang 
terjadi di sekitar kita saat menyambut hari Natal dan Tahun 
Baru. Perubahan terjadi dimana2. Di rumah, di kantor, di 
pusat2 pertokoan dan jalan2 protokol.  Semua 
merefleksikan kemeriahan, kegembiraan  dan sukacita.  
Akan tetapi apakah hal demikian yang menjadi fokus utama
kita sebagai seorang Kristen dalam menyambut hari kelahiran 
Yesus. Demikian sepenggal kata pengantar yang disampaikan 
oleh Bp. Mulana sebagai pembuka sekaligus pendahuluan 
acara malam itu.

Selanjutnya sebuah lagu pujian dibawakan oleh anak2 kelas 
Primary & Kindergarten, dengan judul lagu “Kasih” dan “Love”.  
Dikoordinir oleh Ibupendeta, Sitimey Kapitan, mereka 
membawakan lagu dengan begitu baiklengkap dengan alat 
peraga gambar2 yang bertuliskan buah2 roh : 
Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, Kemurahan, 
kebaikan, kelemah lembutan, dan penguasaan diri.  Kemudian 
mengangkat tinggi gambar “hati”  saat mereka  menyanyikan 
lagu berjudul LOVE.  Terima kasih kepada ibu pendeta yang 
telah mempersiapkan lagu dari kelas anak2. Selanjutnya 
Marcelino Pelaupessy membacakan sebuah puisi dengan 
begitu baik yang berjudul “Kasih Yesus”.

 

Pemuda Kemang Pratama yang di koordinir oleh Rerin 
Tampubolon mempersembahkan sebuah lagu berupa 
instrumentalia. Joshua dan Kimberly Simanjutak dengan 
biola, Dody Manurung. Junior dan Rerin Tampubolon dengan 
Saxophone, diiringi piano Felisya Tambunan, mereka 
membawakan Lagu “It is Well With My Soul” dengan begitu 
baik.


Ayat inti dibacakan oleh Bp. Jeffry Eman, terdapat di dalam 
Wahyu 22 : 14 mengawali renungan tutup tahun  yang akan 
disampaikanoleh gembala jemaat Pdt. Sonny Kapitan.
Lagu istimewa pengantar firman di bawakan secara duet oleh 
Rerin Tampubolon dan Kanya Karman dengan  judul lagu “The 
Prayer” diiringi oleh Felisya Tambunan sebagai pianist.  Adalah 
kerinduan dan harapan kita semua agar “Doa” menjadi 
Penuntun jalan kita menuju kehidupan yang kekal dan abadi 
bersama Dia.


Gembala Jemaat Pdt. Sonny Kapitan dalam renunganya 
mengajak jemaatuntuk “flash back” kebelakang bagaimana 
tuntunan dan pemeliharaan tanganTuhan sepanjang tahun 
yang telah lewat. Banyak hal yang telah terjadi di 
dalam kehidupan kita, suka dan duka, kebahagiaan dan 
kesulitan, jatuh dan bangun, serta pencapaian dan 
kemunduran. Tetapi tangan Tuhan tetap menopang 
hidup kita hingga kita dapat tiba di penghujung tahun 
2012 dalam keadaan sehat dan penuh sukacita.  Mengambil
waktu untuk satu komitment yang sungguh2 dalam hal 
kebangunan dan kehidupan Kristiani di tahun yang baru, 
tahun 2013.

Tepat pukul 18.00 WIB sebelum mengakhiri firman, Pdt 
Sonny dibantu protokol Bp. Mulana Simanjutak dan beberapa 
pemuda, Malvin, Joshua, Timothy dan Junior meniup terompet 
secara simbolis tanda telah memasuki tahun yang baru 2013. 
Dalam pada itu, Pdt Sonny Kapitan menyampaikan doa 
khusus bagi seluruh anggota jemaat. Selanjutnya dalam 
beberapa menit, tampak anggota jemaat saling bersalaman 
mengucapkan “Selamat Tahun Baru”.

Sebuah lagu istimewa di bawakan dengan begitu baik oleh 
Pemuda KPdengan judul lagu “He Leadeth Me” mengawali 
waktunya memberikan kesaksian.  




Dimulai dengan Bp. Jerry Manurung,  Bp. Jeffry Eman, 
dan selanjutnya Bp. David Tampubolon, kesaksian yang di 
sampaikan telah menyentuh hati jemaat dan menjadikan   
sebuah renungan bagaimana tangan Tuhan begitu berperan 
dan berkuasa di dalam kehidupan umat2 Nya.




Selanjutnya Protokol memberikan waktu untuk 
menyampaikan “kesan dan pesan”. Mewakili bapak2 di 
sampaikan oleh Bp. Chandra P, mewakili Ibu2 disampaikan 
oleh Ibu Lience Manurung, dan pemuda di wakilioleh Sdr. 
Ridwan Sihombing. Masing2 memberikan kesan dan pesan 
yang baik dan positif dalam hal membangun persatuan dan 
kesatuan di dalam jemaat. Kesan yang disampaikan 
kesemuanya menyatakan bahwa gereja Kemang Pratama 
selain tempat untuk beribadah, adalah juga tempat yang 
sangat nyaman untuk bersahabat dan bersosialisasi, penuh 
dengan kebersamaan dan persaudaraan dalam hal 
pelayanan.  Tuhan kiranya memberkati  gereja Kemang 
Pratama.






Beberapa saat kemudian tampak lampu mulai dipadamkan, 
beberapa pemuda membagikan lilin2 kecil yang siap 
dinyalakan. Protokol memandu jalannya acara penyalaan 
lilin dan pengumpulan persembahan penyangkalan diri. 
Pendeta dan ketua2 jemaat mulai menyalakan lilin mereka 
dan perlahan turun meneruskan nyala lilin kepada anggota 
jemaat sambil berjalan mendekati pohon natal dan 
menggantungkan amplop persembahan penyangkalan diri 
disana, diikuti oleh anggota jemaatlainnya  sambil diiringi 
lagu “Malam Kudus” yang dilantunkan oleh Fidella Tambunan. 
Setelah semua lilin menyala dan pohon natal telah 
penuh denganamplop2 persembahan penyangkalan diri, doa   
persembahan di layangkan oleh ketua Bp. Munas Tambunan.

Saat lampu kembali menyala, sebuah lagu istimewa di 
bawakan secara duet oleh Kimberly Simanjuntak dan Fidella 
Tambunan diiringi piano Felisya Tambunan, dengan judul 
“Silent Night”. Sementara itu ibu2 Kemang Pratama 
mempersiapkan diri untuk persembahan sebuah drama. 


Di ruang persiapan beberapa ibu2 terlihat sibuk 
menyiapakan kostum, alat peraga spt tongkat, miniatur 
kandang binatang, keranjang bayi, back drop sebagai 
ilustrasi hotel dan persiapan lainnya. Tampak Darrel Wuisan 
mulai menata LCD yang akan digunakan untuk mendukung 
drama ini dari sisi music dan gambar.  Ibu Yunita Wuisan 
mulai tampak berkeliling menghampiri para pemain dan 
mencoba   meng-encourage mereka agar siap dengan 
peran masing2 dan selanjutnya men-direct jalannya 
drama dari sisi podium. 


Thema Drama : Arti Natal yang sesungguhnya. Drama 
dibuka dengan menampilkan saat dimana beberapa ibu2 
berkumpul disebuah tempat untuk berlatih drama.  
Sambil menunggu latihan di mulai, mereka tampak 
mengobrol. Topik pembicaraan mereka berpusat kepada  
kemewahan, kemegahan dan kehebatan kehidupan 
disekitar mereka saat menanti dan merayakan hari 
kelahiran Yesus Kristus, hari Natal. 
Sementara LCD menampilkan hiruk pikuk keadaan di 
kota Metropolitan Jakarta di malam hari,  terlihat hotel2, 
mall2 dan kantor2 serta pusat perbelanjaan dan 
centra business tengah mempercantik diri dengan 
hiasan kilauan lampu2 yang terang benderang.  
Pusat2 perbelanjaan penuh dengan orang2 yang tengah 
memuaskan hasrat mereka dengan berbelanja, tampak 
tangan mereka penuh dengan tas dan kantong 
belanja dari berbagai merek2 “branded” dunia. 
Restaurant dan “food corner” penuh dengan orang2 
yang tengah menikmati aneka ragam  kuliner dengan cita
rasa kelas dunia. Ibu2 yang diperankan oleh Ibu Odoria 
Peaupessy, Ibu Ully Tambunan, Ibu Etty Sukaryati, Ibu 
Grace Karamoy, Ibu Sitimey Kapitan, Ibu Annie 
Simanjuntak, Meiske Tampubolon, Ibu Lies Purnama, 
Oma Tina, mereka tampak saling mendahului dalam 
menceritakan kemewahan dan kehebatan 
mereka dalam mempersiapkan diri menyambut hari 
bahagia itu. 






Setelah sekian lama menunggu dan saat salah satu Ibu 
menanyakan kelanjutan rencana latihan drama mereka, 
tiba2 sang sutradara yang diperankan oleh Ibu Sari Tobing 
muncul dengan tergesa2 sambil menyampaikan permohonan 
maaf atas keterlambatan nya tiba di acara latihan tsb. 
Dengan tegas kemudian sang sutradara meminta semua 
pemain siap dengan peran masing2 dan segera memulai 
latihan.

Scene pertama dimulai dengan peran Yusuf dan Maria 
berjalan dari Nazaret ke Betlehem.  Yusuf diperankan oleh 
Ibu Odoria Pelaupessy danMaria di perankan oleh Ibu 
Sitimey Kapitan. Diiringi dengan gambar danmusic dari LCD 
mereka berjalan perlahan dan mencoba mencari tempat   
untuk beristirahat.



 Bp. Dixon Simanjuntak yang berperan sebagai pemilik 
penginapan yang pertama, menolak kehadiran mereka 
karena penginapan mereka telah penuh. Pemilik penginapan 
kedua yang diperankan oleh Ibu Meiske Tampubolon tampak  
menolak pula.  Sambil tetap terus berjalan Yusuf dan Maria 
mencari tempat penginapan lainnya. 



Mereka berdua tampak begitu kelelahan dan mencoba 
mengetuk salah satu penginapan yang dihuni oleh 
sepasang suami istri dan seoarang anak yang diperankan 
oleh Bp. Sontani Purnama, Ibu Lies dan Dave Purnama 
lengkap dengan pakaian khas Timur Tengah. Ibu dan 
Bapak tsb juga menolak kehadiran Yusuf dan Maria 
dikarenakan penginapan merekapun telah penuh. Anak 
mereka yang diperankan oleh Dave mencoba menawarkan 
kamarnya kepada ibunya untuk mereka gunakan, tetapi
tampakibunya menolak dengan alasan mereka orang asing 
yang mereka tidak pernah kenal sebelumnya. Saat 
mereka masih berbincang, Maria merasakan tiba saatnya 
melahirkan. Dengan terpaksa keluarga ini merelakan 
kandang hewan di samping tempat tinggal mereka untuk 
digunakan oleh Yusuf dan Maria. 


Selanjutnya peran Maria yang menggendong bayi Yesus 
diiringi back sound music lagu “Mary Did You Know” yang 
berkumandang dari layar LCD.

Sutradara dan pemain lainnya bertepuk tangan saat 
scene pertama selesai. Sutradara kemudian meminta para 
gembala dan orang majus segera mengambil tempat untuk 
masuk pada scene kedua.Ibu Annie Simanjuntak, Ibu Grace 
Karamoy dan Ibu Ully Tambunan serta Ibu Etty Sukaryati 
tampak bersiap2 sambil membawa perlengkapan kostum, 
tongkat dan hadiah2.  Sang Sutradara, Ibu Sari Tobing 
memberikan aba2 untuk siap dan segera berjalan perlahan 
menuju kandang hewan dimana Yusuf dan Maria berada  
saat lagu “O Holy Night”diputar melalui LCD. Para pemain 
mengangguk2 tanda mengerti dan mengikuti instruksi sang 
sutradara.




Ok, latihan kita sudah selesai hari ini, semua pemain 
sudah berperan cukup baik”, demikian sang sutradara 
mengakhiri latihan sore itu.  “Jangan lupa besok 
mengenakan pakaian yang  bagus2 ya”, salah seorang 
ibu mengingatkan yang lainnya. “Oh tentu, karena besok 
adalah hari istimewa, jadi kita harus tampil special, semua 
harus baru”, ibu lainnya menimpali. “Pokoknya acara kita 
besok harus terkesan mewah dan megah, saya ingin para 
penonton berdecak kagum untuk drama yang kita 
pentaskan” sang sutradara menambahkan. “Jangan 
khawatir, kita akan tampak hebat besok” sahut ibu lainnya
sambil membereskan perlengkapan masing2.  
Sang sutradara mengingatkan para pemain untuk menjaga  
property yang akan digunakan besok sesaat sebelum 
mengucapkan selamat tinggal sampai bertemu besok.
Di kejauhan seorang janda yang diperankan oleh Ibu 
Lynda Karman tengah menangisi anaknya yang baru saja 
meninggal.  Dengan ditemani beberapa wanita2 janda 
lainnya, ibu ini menangis tersedu2 sambil meletakan 
jenasah bayinya di keranjang tempat bayi Yesus yang 
akan digunakan oleh ibu2 dalam acara drama hari itu. 
Tanpa dia ketahui sebelumnya, saat dia tengah mencari 
peti jenasah untuk anaknya, dia menemukan keranjang 
itu.  Tanpa meminta ijin dia mengambilnya dan 
membawanya pulang lalu meletakan bayinya di dalam 
keranjangtsb.  Dalam tangisannya, janda tsb meminta 
maaf atas kemiskinan yang dia hadapi setelah ditinggal 
mati oleh suaminya, hingga dia tidak dapat membeli peti 
jenasah bagi anaknya yang baru meninggal. Teman2 
janda lainnya mencoba menenangkan ibu tsb, tetapi dia 
tetap menangis tersedu2.


Para pemain drama telah siap, mereka berdatangan 
dengan pakaian yang indah2. Sebelum mereka 
mementaskan drama, sang sutradara meminta salah satu
ibu untuk mengecek property yang akan mereka gunakan.   
LCD, audio, kostum, tongkat, hadiah2, back drop hotel, 
kandang binatang semua ada…
“Keranjang bayi tidak ada!”, tiba2 seorang ibu yang 
diperankan oleh Oma Tina berteriak kesal. Semua pemain 
termasuk sutradara terkejut dan panik. “Apa?” Sang 
sutradara dengan setengah berteriak segera 
menginstruksikan seluruh pemain agar secepatnya 
mencari disekitar tempat itu.  Dengan kesal, semua 
pemain berpencar untuk mencarinya.  Sementara para 
pemain sibuk mencari, sayup2 mereka mendengar 
tangisan dari kejauhan.  Ibu2 saling berpandangan, dan 
mencoba mencari sumber suara tangisan itu. “Saya 
menemukannya”,demikian teriakan salah satu ibu sambil 
membawa janda tsb menemui ibu2 lainnya.   



Mengapa ibu mengambilnya, mengapa” tanya ibu tsb 
dengan nadaemosi. “Apa ibu tidak tahu kalau keranjang 
ini akan kami gunakan untukpentas drama kami hari ini?” 
demikian ibu lainnya bertanya kesal. “Maafkan saya, 
mafkan saya..” demikian janda tsb menjawab sambil terus
terisak. “Saya tidak memiliki uang untuk membeli peti 
jenasah,  anak saya baru saja meninggal, saya melihat 
keranjang ini dan saya mengambilnya untuk meletakan 
jenasah anak saya”  dengan tersedu2 janda itu mencoba 
untuk menjelaskan. Kembali ibu2 tsb saling berpandangan. 
Beberapa ibu tampak mulai hanyut dalam suasana haru.  


Tiba2 sang sutradara memecah keheningan dan berkata,
“Teman2, kita tidak mungkin untuk mengambil kembali 
keranjang itu dari ibu ini”. Tampak beberapa Ibu2 
keheranan, dalam pikiran mereka apakah artinya mereka 
tidak jadi mementaskan drama hari itu?. Sementara 
mereka masih keheranan, sang sutradara melanjutkan, 
“Baiknya kita tanyakan kepada ketua Panitia apa yang 
akan kita lakukan selanjutnya”.  Demikian sutradara 
bergegas dan segera menghampiri ketua Panitia yang
diperankan oleh Ibu Yunita Wuisan. 

Mendengar penjelasan sutradara, ketua panitia tampak 
terkejut dan gusar, dengan sedikit emosi dia minta 
dipertemukan dengan janda tsb. Sesaat setelah bertemu 
dengan janda tsb, reaksi ketua panitia  berubah menjadi
lebih tenang. Saat dia mendapati janda tsb terisak2 saat 
menyampaikan permohonan maaf. Sambil menatap wajah 
ibu tsb, seakan turut merasakan penderitaannya, ketua 
panitia menganggukan 
kepala tanda telah memberikan maafnya. Dia mencoba 
melingkarkan tangannya di pundak ibu tsb, dan berusaha 
menenangkannya. 


Selanjutnya ketua panitia mengarahkan pandangannya 
kepada para pemain dan mencoba membawa pikiran 
mereka untuk merenungkan bersama2 apa makna Natal 
yang sesungguhnya. Dengan mata berkaca2, ketua 
panitia itu berucap, “Natal, bukanlah sebuah kemewahan, 
kemegahan, dan sesuatu yang secara lahiriah terlihat 
hebat dan memukau. Bukan sesuatu yang harus tampak 
luar biasa dan menghebohkan dalam hal menyambut hari 
kelahiranNya. Tetapi lebih jauh, natal adalah bagaimana 
kita dapat menjadiberarti bagi sesama manusia terutama 
orang2 yang kurang beruntung yang ada di sekitar kita. 
Bagaimana kita dapat menjadi teman dalam suka dan duka
dan menjadi penolong bagi orang2 yang memerlukan 
bantuan. Kejadian hari ini menjadi pelajaran yang sangat 
berharga bagi kita semua, bagaimana kita menyikapi apa 
yang telah dilakukan oleh ibu ini terhadap rencana   
pentas kita.  Apa yang dialami ibu ini  danapa yang 
dia butuhkan saat ini jauh lebih penting untuk kita 
perhatikan daripada sebuah pentas drama. Saya akan 
bertanggung jawab kepada gereja atas pembatalan 
drama hari ini, semoga mereka bisa mengerti”, demikian 
ketua panita berkata penuh harap.

Tampak beberapa ibu2 mulai mendekati dan mencoba 
merangkul ibu tsb seakan turut meringankan beban yang 
dialaminya. Lebih lanjut ketua panita mengatakan 
kepada ibu tsb, “Ibu, kami tidak akan mengambil kembali 
keranjang itu dari ibu, dan kami tidak jadi mementaskan 
drama kami hari ini, tetapi kami berharap agar ibu bisa 
bersama kami malam ini untuk mengikuti acara 
kebaktian di gereja kami. Dan jangan ragu menghubungi 
kami jika memerlukan bantuan”. Sambil berlinang airmata, 
janda tsb mengangguk dan berucap “Terima kasih ibu, 
saya sampaikan banyak terima kasih atas segala perhatian 
dan bantuan yang sudah diberikan”, kemudian mengikuti 
langkah ibu2 lainnya menuju ke gereja.



Drama berakhir dengan lantunan lagu dan gambar dari 
LCD yang berjudul "We are the reason”. Selanjutnya Ibu 
Yunita menghimbau anggota jemaat untuk memaknai 
kelahiran Yesus bukan secara lahiriah. Kelahirannya 
yang penuh dengan kesederhanaan dan kemiskinan 
sampai kepada penderitaan dan kematiannya di kayu 
salib, telah memberikan teladan yang patut kita tiru. 
Kita dihimbau untuk turut merasakan penderitaan 
orang lain di sekeliling kita  dan menjadi penolong dan 
penghibur bagi orang2 yang memerlukan pertolongan.  
Kasih teladan Yesus memberikan pelajaran bagi kita 
untuk mengasihi sesama manusia seperti Yesus telah 
mengasihi kita terlebih dahulu. Seperti ayat yang tertulis 
dalam Lukas 10:27 – mengasihi Allah dengan segenap 
hati dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. 
Terima kasih kepada Ibu Yunita dan Ibu Sari Tobing yang
telah memprakarsai drama ini. Puji Tuhan.
Selanjutnya protokol memberikan waktu kepada pendeta
untuk acara serah terima pelayan jemaat tahun 2012 
kepada pelayan jemaat tahun 2013.  Tampak seluruh 
pelayan jemaat tahun 2012 dan 2013 maju ke depan, 
kemudian dilanjutkan dengan pembacaan janji pelayan 
jemaat dan seterusnya doa penyerahan bagi seluruh 
pelayan jemaat yang dilayangkan oleh gembala jemaat 
Pdt. Sonny Kapitan.









Gereja Kemang Pratama adalah gereja yang memperhatikan 
keberadaan orang2 tua lanjut usia di dalam jemaatnya. 
Melalui dept. rumah tangga, wujud perhatian tsb ditunjukan 
dengan memberikan bingkisan lansia. Penyerahan bingkisan 
dipandu oleh  pemimpin rumah tangga Bp. Karman AK, satu 
persatu nama anggota jemaat yang telah berusia 60 tahun
keatas maju kedepan untuk menerima bingkisan lansia tsb.  
Sebanyak 25 anggota jemaat lansia yang terdaftar telah 
menerima bingkisan pada malam itu, yang diserahkan oleh 
pendeta dan ketua2 jemaat secara bergantian. 



Demikian pula perhatian kepada gembala jemaat dan 
pelayan2 geraja sptkostor dan penjaga gereja. Masing2 
mendapatkan tali kasih yang juga diserahkan melalui dept.
rumah tangga.



Untuk menutup rangkaian acara kebaktian tutup dan 
buka tahun malam itu, menyanyikan lagu dari LS No. 100 – 
“Betapa teguh persatuannya”, sebagai lagu penutup yang 
disusul kemudian doa tutup yang dilayangkan oleh 
Bp. Willy Wuisan sambil seluruh jemaat berpegangan 
tangan dan membuat lingkaran yang dilanjutkan dengan 
mengucapakan “Selamat Tahun Baru, Tuhan memberkati”.

Acara terakhir adalah saatnya menikmati hidangan 
istimewa yang telah di siapkan, dimana sebelumnya doa 
makan di layangkan oleh Bp. Viertin Tobing.  Sementara 
sebagian anggota jemaat menikmati hidangan yang 
disajikan sambil mengobrol, tampak beberapa pemuda 
sibuk mengumpulkan hadiah2 dari para orang2 tua.  
Dalam waktu sekejap terkumpul hampir  tiga plastik besar 
ukuran tempat sampah makanan yang biasa digunakan 
restaurant cepat saji. Wow.. ternyata para orangtua 
cukup antusias dalam menyiapkan hadiah2 bagi anak2 
mereka. Setelah makan usai, saat anak2 dan beberapa 
orangtua telah siap dan berkumpul di ruang kelas ditemani  
beberapa pemuda/i, anak2 dikejutkan dengan kehadiran 3 
orang Santa Klaus yang membawa banyak hadiah2.  
Anak2 berteriak gembira dan bertepuk tangan. Sebagian 
bahkan mencoba mendekati mereka seakan mencari tahu 
siapa orang dibalik pakaian Santa Klaus itu. Dengan cepat 
Santa Klaus memanggil nama2 anak2 dan membagikan 
hadiah yang telah disiapkan oleh orang tua mereka.  
Tampak wajah anak2 gembira saat menerimanya. Tingkah 
polah anak2 yang lebih kecil terlihat sangat lucu dan 
membuat anak2 yang lebih besar dan juga orang2 tua yang 
bergabung tak dapat menahan tawa. Semua bergembira. 
Puji Tuhan.


Acara tutup tahun berakhir pukul 21.00 malam. Satu 
persatu mulai meninggalkan gereja. Beberapa keluarga 
masih terlihat berkumpul dan mengobrol hingga tiba 
saatnya masing2 mengundurkan diri dan berpamitan 
untuk pulang. Tak lama gereja tampak sepi. Hujan 
gerimis membasahi malam tahun baru kali itu. 
Kesunyian malam mulai terasa, sepi, hanya sesekali 
ditingkahi suara2 letusan kembang api disana-sini, bunyi 
dan cahaya yang dihasilkan mampu menghibur hati atas 
lelah phisik yang cukup terasa malam itu. Malam semakin 
hening. Sebait doa naik ke tahtaNya yang kudus. 
Terima kasih Tuhan atas tuntunan dan pertolongan 
tanganMu sepanjang  acara hari ini. 
Semoga menjadi berkati bagi kita semua. Tuhan 
memberkati.   

“Selamat Tahun Baru 2013, Wish We all a Happy and 
Prosperous New Year 2013”


Lynda Karman
Dept. Rumah Tangga