Matius
6 : 25 – “Karena itu Aku berkata kepadamu:
Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan
janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah
hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada
pakaian?”
Saya
tiba di rumah sedikit terlambat dari waktu biasanya. Setelah menghabiskan
beberapa waktu bersama ketiga anak dan suami saya, saya melanjutkan kegiatan
rutin malam itu. Menyiapkan keperluan
sekolah anak2 besok, pakaian kantor saya dan suami, memastikan masih tersedianya bahan makanan untuk esok hari,
dan tidak lupa membaca beberapa halaman buku, diakhiri beberapa fatsal ayat
Alkitab hingga tiba waktunya istirahat. Saya lalui sisa hari itu tanpa ada sesuatu
yang istimewa dan berkesan. Semua terasa datar dan hampa. Saya teringat hal2
yang menjengkelkan sepanjang hari itu, dimulai saat pertemuan dengan client
yang waktunya molor hingga dua jam dari waktu yang telah disepakati, pekerjaan
kantor yang tak kunjung selesai akibat migrasi system baru pengolahan data,
rekan2 kerja yang ‘sedikit’ memaksa untuk mempersiapkan acara tutup tahun
kantor, salah satu team kerja yang sangat sulit diatur sehingga menyebabkan ‘deadline’ penyerahan report mingguan
terganggu, sampai permintaan atasan untuk memajukan jadwal pertemuan dengan
‘supplier’ yang mestinya minggu depan menjadi esok harinya. Saya dapati effect “bad
mood” saya hari itu menjadi alasan kuat menjadi pemicu perasaan hampa saya.
Malam
itu saya tidak dapat memejamkan mata.
Rasa gelisah, resah dan galau menjadi satu. Saya arahkan pandangan saya ke jam dinding
yang terletak di sudut ruangan, waktu menunjukan pukul 02.00 dini hari. Ditengah
kesendirian saya, pikiran saya mulai melayang2, berangan2 bahkan berandai2. Tidak hanya terhadap hal2 yang akan datang
demikian pula atas hal2 penting lainnya
yang telah saya lewati. Akibatnya, saya merasakan kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan. Kembali, saya
akhiri malam itu dengan perasaan hampa dan kosong.
Pagi itu saya bangun
dengan kondisi tubuh kurang fit. Setelah menyiapkan sarapan dan bekal anak2 ke sekolah, sayapun bergegas mempersiapkan
diri untuk berangkat bekerja. Usai perbaktian keluarga kami berpisah. Perasaan
saya belum kembali normal. Pagi itu saya masih merasakan kegalauan yang sulit
untuk di terangkan dengan kata2. Sambil mengendarai kendaraan menuju tempat
bekerja, seperti biasa saya memutar salah satu stasiun radio yang secara rutin
menyiarkan satu program acara yang berisi motivasi. Bukan tanpa kebetulan pagi
itu saya memutarnya. Jadwal program tsb menjadi catatan penting bagi saya dan
seolah menjadi ritual saya setiap pagi. Saat nara sumber TDW, sang motivator
ternama negeri ini memulai pembahasan
pagi itu dengan kalimat “Jangan lihat
masa lalu dengan penyesalan, jangan pula
lihat masa depan dengan ketakutan, tetapi lihatlah orang2 di sekitar anda
dengan penuh kesadaran”, saya tertegun.
Kata2 itu memiliki makna yang cukup dalam. Saya coba mencerna kembali
isi kalimat itu, hingga menemukan arti yang sesungguhnya.
Saudara2,
seringkali kita merasa bahwa problema hidup kita adalah yang terbesar dan
terumit, terkadang kita melihat permasalahan
yang kita hadapi lebih sulit dibandingkan permasalahan orang lain, hidup kita
lebih merana dibandingkan orang lain, akan tetapi saat kita membuka mata kita
lebar2, membuka mata hati kita, dan memandang ke sekeliling kita dengan penuh
kesadaran, kita akan melihat begitu banyak orang yang jauh kurang beruntung dibandingkan
kita. Tanpa pekerjaan, tanpa tempat
tinggal, makan dan minum seadanya, tidak dapat mengenyam pendidikan dan sangat sulit
mencapai cita2 yang mereka impikan.
Mengapa ? taraf kehidupan mereka
yang sangat minim dalam kondisi yang kurang beruntung membawa mereka jauh dari
hal2 yang menyenangkan di dalam hidup mereka.
Bagaimana dengan kita? Allah menyediakan segala keperluan kita, pakaian,
makanan dan minuman, tempat tinggal, bahkan usaha tangan kita di
berkatiNya. Bukankah semuanya ini hal
yang patut kita syukuri? Mengapa kita harus khawatir, cemas dan tawar hati? Permasalahan
hidup adalah bagian dari berkat yang Dia janjikan kepada kita. Jika kita setia
dan menuruti segala perintahnya, Dia dapat merubah problema menjadi “sebuah
hadiah”. Siapkah kita menerima hadiah
kejutan dari padaNya? Ataukah kita
berusaha untuk menjauh dari “pohon problema hidup” itu ?
Gantinya memikirkan hal2
yang mengganggu pikiran kita, mari panjatkan ucapan syukur dan pujian2 hanya kepadaNya,
kasih setiaNya kekal untuk salama2nya. Dia yang akan menyempurnakan hidup kita,
memberikan makna dan arti kehidupan yang sesungguhnya bagi umat yang setia dan percaya
kepadaNya. Allah akan menyediakan. Selamat
menjalankan aktifitas hari ini. Tuhan
memberkati.
“Remember, GOD provides
the best camouflage several hours of
every 24..”—David M Shoup.
Mari
Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell
A Friend” dibawah ini: