Matius 18 : “Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”
|
Seperti biasanya
sebelum tidur malam itu kami habiskan waktu untuk bercengkrama dengan anak-anak. Tiap anak akan meceritakan pengalaman mereka
sepanjang hari, apakah saat di sekolah ataupun ketika dalam perjalanan. Anak kami yang kecil, oleh karena dia setiap pagi
kami titipkan ke rumah orang tua kami, sehingga cerita yang dia sampaikan akan
berulang itu dan itu lagi, belajar dan
bermain bersama opung. Hal yang seringkali membuat kami tertawa. Anak kedua kami tidak bosan2nya menceritakan
kebaikan ibu gurunya. Setiap hari ada saja kebaikan sang ibu guru yang dia bawa
ke rumah untuk kami. Kami cukup mengerti
bahwa anak kedua kami ini sangat mencintai sekolah dan mengajar, dalam setiap
waktu luangnya dia akan bermain dan berperan sebagai guru di sekolah. Tetapi
tidak dengan anak kami yang tertua, malam itu dia tampak enggan menceritakan
pengalamannya hari itu. Dengan pendek
dia katakan tidak ada yang special hari itu, semua berjalan seperti biasanya.
Tetapi kemudian
adiknya mengingatkan dia dan berkata , “Kakak, bukankan si anu – dia sebutkan
nama salah satu teman kelas kakaknya,
hari ini membuat kakak kesal?”
Tampak si kakak acuh tak acuh dan menjawab, “Biasa saja, enggak ada apa2”!,
tetapi kemudian seperti teringat sesuatu
dia beranjak keluar kamar, membuka
tasnya dan segera membuangnya ke tempat sampah.
Saya penasaran dan bertanya lebih lanjut kepadanya untuk memastikan apa
yang terjadi di sekolah hari ini. Tetapi dia tetap menjawab dengan santai tidak
ada apa2. Pembicaraan dengan anak2
berkembang ke hal2 lain yang lebih umum dan relax seperti apa warna kesukaan mereka, makanan
favorit mereka , dll, tetapi dalam hati saya masih menyimpan penasaran saya
perihal anak saya yang pertama tadi.
Menyiapkan buku
untuk dibawa ke sekolah setiap hari adalah tugas terakhir mereka sebelum
beranjak tidur. Suatu malam, kantuk mereka seakan tak tertahankan lagi setelah
belajar cukup larut mengingat minggu itu
adalah minggu ujian mid-semester. Maka
sayalah yang kemudian mempersiapkan buku2 mereka malam itu. Tas dan buku anak
kedua saya telah rampung, kini beranjak ke tas anak pertama saya. Saat saya hendak
mengganti buku2 yang akan dibawa besok, saya melihat tas bagian depan anak saya
seperti menonjol keluar. Perlahan saya buka bagian depan tas itu, saya heran ketika melihat banyak sampah2 bekas kertas,
plastic dll menjadi satu disana. Segera saya keluarkan seluruh isi tasnya dan
mengganti dengan tas sekolah lainnya. Dalam hati saya berpikir kenapa anak saya
menyimpan sampah di dalam tasnya.
Pagi harinya saat
akan berangkat ke sekolah, dia bertanya kenapa dia menggunakan tas yang tidak
biasanya dia gunakan. Gantinya menjawab saya bertanya kepadanya perihal sampah2
yang ada di dalam tasnya. Dengan santai dia katakan itu ulah salah satu
temannya, dan itu bukan untuk kali yang pertama dia lakukan kepadanya. Saya
terhenyak atas jawaban yang dia berikan ketika
saya bertanya apakah dia marah atau kesal dan apakah sudah melaporkan kepada
guru di sekolah. “Mami, saya sudah laporkan satu kali kepada guru, tetapi dia
tetap lakukan itu kepada saya. Biarkan saja, kan Tuhan tahu apa yang dia
lakukan kepada saya. Saya tidak marah dan kesal koq.” Saya lantas mengingat
kejadian malam itu saat dia membuang sesuatu ke tempat sampah, saya baru
mengerti ternyata sampah2 itu baru dia
buang saat tiba di rumah.
Saudara2, terkadang
kita sebagai orang dewasa tidak dapat menerima perlakukan demikian dari teman2
atau saudara2 kita. Reaksi yang muncul
seperti marah, emosi, balas dendam, mengumpat dengan menggunakan kata2 kasar seringkali menjadi andalan kita saat
menghadapi hal2 yang tidak kita inginkan terjadi atas kita. Tetapi ayat kita
pagi ini mengingatkan kita agar merendahkan diri seperti anak kecil. Tidak
membalaskan kejahatan dengan kejahatan. Tidak kembali membenci orang yang telah
membenci kita. Tuhan ingin agar kita
selalu mengingat untuk kembali menjadi anak kecil saat orang lain memperlakukan
kita dengan kurang baik. Anak kecil tidak pernah mengingat2 hal yang pernah
menyakitkan hati mereka. Anak kecil
dengan cepat untuk melupakan kesalahan orang lain. Anak kecil Sangat mudah memberikan maaf. Jangan pernah khawatir untuk
berlaku seperti anak kecil, karena kita akan menjadi yang terbesar di dalam
kerajaan Sorga. Mari kita merendahkan diri seperti anak kecil, dan lihatlah,
Dia memberikan porsi yang besar kepada kita di dalam kerajaan Sorga.
Selamat
menjalankan aktifitas hari ini, Tuhan memberkati.
“No one has yet
fully realized the wealth of sympathy, kindness and generosity hidden in the
soul of a child. The effort of every true education should be to unlock that
treasure." – Emma Goldman.Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: