Friday, November 09, 2012

TIDAK MEMBALASKAN KEJAHATAN


Matius 18 : “Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”


Seperti biasanya sebelum tidur malam itu kami habiskan waktu untuk bercengkrama dengan anak-anak.   Tiap anak akan meceritakan pengalaman mereka sepanjang hari, apakah saat di sekolah ataupun ketika dalam perjalanan.  Anak kami yang kecil, oleh karena dia setiap pagi kami titipkan ke rumah orang tua kami, sehingga cerita yang dia sampaikan akan berulang  itu dan itu lagi, belajar dan bermain bersama opung. Hal yang seringkali membuat kami tertawa.  Anak kedua kami tidak bosan2nya menceritakan kebaikan ibu gurunya. Setiap hari ada saja kebaikan sang ibu guru yang dia bawa ke rumah untuk kami.  Kami cukup mengerti bahwa anak kedua kami ini sangat mencintai sekolah dan mengajar, dalam setiap waktu luangnya dia akan bermain dan berperan sebagai guru di sekolah. Tetapi tidak dengan anak kami yang tertua, malam itu dia tampak enggan menceritakan pengalamannya hari itu.  Dengan pendek dia katakan tidak ada yang special hari itu, semua berjalan seperti biasanya.

Tetapi kemudian adiknya mengingatkan dia dan berkata , “Kakak, bukankan si anu – dia sebutkan nama salah satu teman kelas kakaknya,  hari ini membuat kakak kesal?”  Tampak si kakak acuh tak acuh dan menjawab, “Biasa saja, enggak ada apa2”!, tetapi kemudian seperti  teringat sesuatu dia beranjak keluar kamar,  membuka tasnya dan segera membuangnya ke tempat sampah.  Saya penasaran dan bertanya lebih lanjut kepadanya untuk memastikan apa yang terjadi di sekolah hari ini. Tetapi dia tetap menjawab dengan santai tidak ada apa2.  Pembicaraan dengan anak2 berkembang ke hal2 lain yang lebih umum dan relax  seperti apa warna kesukaan mereka, makanan favorit mereka , dll, tetapi dalam hati saya masih menyimpan penasaran saya perihal anak saya yang pertama tadi.

Menyiapkan buku untuk dibawa ke sekolah setiap hari adalah tugas terakhir mereka sebelum beranjak tidur. Suatu malam, kantuk mereka seakan tak tertahankan lagi setelah belajar cukup larut  mengingat minggu itu adalah minggu ujian mid-semester.  Maka sayalah yang kemudian mempersiapkan buku2 mereka malam itu. Tas dan buku anak kedua saya telah rampung, kini beranjak ke tas anak pertama saya. Saat saya hendak mengganti buku2 yang akan dibawa besok, saya melihat tas bagian depan anak saya seperti menonjol keluar. Perlahan saya buka bagian depan tas itu, saya heran  ketika melihat banyak sampah2 bekas kertas, plastic dll menjadi satu disana. Segera saya keluarkan seluruh isi tasnya dan mengganti dengan tas sekolah lainnya. Dalam hati saya berpikir kenapa anak saya menyimpan sampah di dalam tasnya.

Pagi harinya saat akan berangkat ke sekolah, dia bertanya kenapa dia menggunakan tas yang tidak biasanya dia gunakan. Gantinya menjawab saya bertanya kepadanya perihal sampah2 yang ada di dalam tasnya. Dengan santai dia katakan itu ulah salah satu temannya, dan itu bukan untuk kali yang pertama dia lakukan kepadanya. Saya terhenyak  atas jawaban yang dia berikan ketika saya bertanya apakah dia marah atau kesal dan apakah sudah melaporkan kepada guru di sekolah. “Mami, saya sudah laporkan satu kali kepada guru, tetapi dia tetap lakukan itu kepada saya. Biarkan saja, kan Tuhan tahu apa yang dia lakukan kepada saya. Saya tidak marah dan kesal koq.” Saya lantas mengingat kejadian malam itu saat dia membuang sesuatu ke tempat sampah, saya baru mengerti  ternyata sampah2 itu baru dia buang saat tiba di rumah.
Saudara2, terkadang kita sebagai orang dewasa tidak dapat menerima perlakukan demikian dari teman2 atau saudara2 kita.  Reaksi yang muncul seperti marah, emosi, balas dendam, mengumpat dengan menggunakan kata2  kasar seringkali menjadi andalan kita saat menghadapi hal2 yang tidak kita inginkan terjadi atas kita. Tetapi ayat kita pagi ini mengingatkan kita agar merendahkan diri seperti anak kecil. Tidak membalaskan kejahatan dengan kejahatan. Tidak kembali membenci orang yang telah membenci  kita. Tuhan ingin agar kita selalu mengingat untuk kembali menjadi anak kecil saat orang lain memperlakukan kita dengan kurang baik. Anak kecil tidak pernah mengingat2 hal yang pernah menyakitkan hati mereka.  Anak kecil dengan cepat untuk melupakan kesalahan orang lain. Anak kecil Sangat mudah memberikan maaf. Jangan pernah khawatir untuk berlaku seperti anak kecil, karena kita akan menjadi yang terbesar di dalam kerajaan Sorga. Mari kita merendahkan diri seperti anak kecil, dan lihatlah, Dia memberikan porsi yang besar kepada kita di dalam kerajaan Sorga.

Selamat menjalankan aktifitas hari ini, Tuhan memberkati.
“No one has yet fully realized the wealth of sympathy, kindness and generosity hidden in the soul of a child. The effort of every true education should be to unlock that treasure." – Emma Goldman.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: