PELAYANAN PERORANGAN
SABAT, 16
Juni 2012
Dorongan
Pelayanan Perorangan (PP) pada hari Sabat, 16 Juni 2012 dibawakan oleh bapak
Willy Wuisan, Pimpinan Departemen Penatalayanan, jemaat Kemang Pratama, Bekasi.
Pak
Willy mengawali dorongan PP dengan berkata: “Pada bulan ini yaitu Juni 2012
adalah merupakan bulan kebaktian bagi Agama Baru Umat Manusia, khususnya di
belahan Benua Eropa. Saat ini, mata seluruh umat manusia di berbagai belahan
dunia menikmati dari layar kaca sebuah event bergengsi di pentas dunia, yaitu
Perebutan Piala Eropa. Sudah tentu, pada saat ini, dimana-mana orang memperbincangkan
“si kulit bundar” yang digocek oleh kaki-kaki lincah di tempat berebutan Piala
Eropa yang diselenggarakan di kedua Negara Eropa Timur yaitu Polandia dan
Ukraina. Bola bukanlah benda asing bagi kita. Bola digilai oleh begitu banyak
orang. Seluruh dunia mengarah pada bola. Demam bola kaki menghantui jutaan
manusia termasuk anak bangsa.”
Kemudian
dilanjutkan: “Saya baca di salah satu koran ibukota, stadion bola kaki saat ini
menjadi gereja dan altar missa yang baru bagi umat Kristiani. Tengok saja, jika
ada pertandingan bola kaki pada hari Minggu. Gereja menjadi sepi. Sempat saya
berpikir andaikan kebaktian, missa atau ibadah dihadiri oleh begitu banyak umat
seperti di stadion-stadion bola kaki, gedung gereja pasti tidak cukup menampung
semuanya.”
Pak
Willy dengan ilustrasi di atas menarik makna dari bundarnya bola. Bundarnya
bola, mau menunjukkan pemberian dirinya yang utuh dan menyeluruh kepada para
pemainnya untuk digunakan sesuka hati di bagian mana pun. Andaikan bola itu
tajam maka mungkin saja tidak akan pernah dimainkan (tidak mungkin, karena
disebut bola karena bentuknya bundar). Sebagai manusia yang berdimensikan roh,
kita terpanggil untuk memberikan diri secara total untuk dipakai oleh Yang
Empunya Hidup sesuka hati-Nya. Artinya, seperti bola yang bisa ditendang dari
sisi mana pun, tidak ada sisi diri kita yang tersisa sedikit pun bagi diri kita
sendiri, tanpa dipakai oleh-Nya. Yang Empunya Hidup bebas memakai semuanya yang
ada padaku sesuka hati-Nya. Yang dibutuhkan hanya kerendahan hati untuk dipakai
sesuka hati-Nya.
Bola
menjadi tidak ada artinya ketika tidak dimainkan. Tetapi, ketika digiring,
ditendang, dan digocek dilapangan hijau, bola menjadi berarti. Karena
dimainkan, maka gol-gol pun dihasilkan. Gol yang dihasilkan ini membawa suka
cita yang mendalam bagi para pemain maupun para pendukungnya. Begitu pun kita
semestinya senantiasa sadar bahwa keberartian kita hanyalah karena Yang Empunya
Hidup mau memakai dan memainkan kita didalam hidup ini. Semua gol yang
dihasilkan dalam hidup (tugas, jabatan, atau karya) bukanlah usaha kita
sendiri. Tuhanlah yang berperan didalam-Nya karena Dia-lah pemain tunggalnya
dan kitalah bola-Nya. Tepukan tangan, teriakan histeris, atau nyanyian gembira
dari para penonton bukan ditujukan kepada bola tetapi kepada pemainnya.
Tuhanlah yang disorak-soraki, dielu-elukan, dipuja-puji didalam hidup dan karya
kita, karena Dia-lah pemainnya. Kita hanyalah alat yang dipakai-Nya untuk
menyatakan kemuliaan kerajaan-Nya.
Kemudian
pak Willy membaca Firman Allah dari 1 Korintus 9 : 25: “Tiap-tiap orang yang
turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal.
Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita
untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”
Dalam
kesimpulannya, pak Willy mengatakan bahwa semuanya, dari, oleh, dalam dan untuk
Yang Empunya Hidup semata. Dengan demikian, kiranya tidak ada alasan untuk
bermegah dan memegahkan diri, hidup dan karya. Biarlah kiranya kita mau
digunakan oleh Tuhan untuk kemuliaanNya. Amin.
Jamesson Silitonga,
Dept. PP (Pelayanan Perorangan)