Saturday, June 09, 2012

Kacang Lupa Akan Kulitnya


 
Lukas 6:35, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”

“Hei Pak Syawal, apa kabar nih? Gak nyangka kita masih bisa ketemu lagi. Wah! Salut saya lihat Pak Syawal masih tetap kelihatan segar dan sehat seperti dulu.” Sore hari itu, saya berkesempatan pulang kerja lebih awal dari biasanya. Saya singgah ke salah satu pusat perbelanjaan yang favorit dikunjungi banyak orang penduduk pada umumnya yang tinggal di kota Bekasi. Kaget dan tidak menyangka dalam perjalanan hendak meninggalkan lokasi pusat perbelanjaan, saya dihadang oleh seorang bapak, ayah dari tiga anak yang berperawakan kecil, berkulit hitam. Beliau adalah salah seorang sesepuh di salah satu perusahaan industri minuman, yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha dalam negeri di wilayah kota Jakarta ini, bahkan telah mengabdi untuk perusahaan tersebut paling tidak tiga puluh tahun lamanya.

“Saya sudah pensiun sejak enam tahun yang lalu”, ungkapnya mulai bercerita. “Namun saya sangat dikecewakan oleh perilaku anak-anak pemilik perusahaan”, lanjutnya bercerita. “Oh, ya? Kenapa emangnya kok bapak sampai merasa dikecewakan?” tanyaku kepada bapak, yang gemar membuat lelucon di tengah-tengah pembicaraan yang serius. “Kalo gak karna perjuangan saya untuk perusahaan bapaknya, gak mungkin Kenneth bisa tamat sekolah dari Amerika. Saya adalah satu-satunya orang yang bertahan mengamankan perusahaan dari serangan warga pada bulan Mei 1998 ketika kerusuhan terjadi di mana-mana, sementara pemilik perusahaan dan keluarganya telah melarikan diri ke Singapura. Giliran mereka sudah tamat sekolah, jadi bos di perusahaan ini, terus memperlakukan saya semena-mena, sampai-sampai saya langsung mengajukan mengundurkan diri esok harinya”, cukup panjang Pak Syawal menceritakan seluruh kekecewaan hatinya sementara saya menjadi pendengar yang setia baginya.

“Dasar kacang lupa akan kulitnya”, kata Pak Syawal melanjutkan. “Pak, apapun semua yang bapak ceritakan, biarlah itu menjadi sebuah pengalaman hidup yang bermanfaat untuk bapak. Satu hal yang pasti dan saya saksikan sore ini, Pak Syawal masih tetap sehat hingga saat ini walaupun mereka tidak mengenang seluruh jasa-jasa bapak. Bukankah bapak harus bersyukur kepada Allah?” jawabku sambil berusaha mengajak dia untuk melihat hal-hal positif atas kejadian yang dia rasakan. “Gak apa-apa mereka lupa sama jasa bapak, tapi Allah tidak lupa kepada bapak, makanya bapak masih tetap sehat dan bisa berpenghasilan di usia pensiun seperti ini”, kembali saya menenangkan hatinya. Ayat roti pagi hari ini menantang kita yang mengaku diri sebagai umat percaya, untuk tetap bersikap mengasihi terhadap musuh bahkan terhadap orang-orang yang menerima pertolongan kita walaupun mereka tidak tahu berterima kasih kepada kita, sebab kasih Allah akan lebih nyata kita nikmati dan miliki dari Allah ketika kita sanggup bersikap berbeda dari sikap manusia dunia pada umumnya. Allah kiranya memberi pertolongan kepada kita untuk dapat membuahkan buah-buah yang baik dalam kehidupan kita bahkan ketika orang lain membalas buah kebaikan kita dengan pahitnya empedu atau asamnya cuka.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: