Wednesday, June 20, 2012

BOLA KAKI = AGAMA BARU UMAT MANUSIA?


PELAYANAN PERORANGAN
SABAT, 16 Juni 2012



Dorongan Pelayanan Perorangan (PP) pada hari Sabat, 16 Juni 2012 dibawakan oleh bapak Willy Wuisan, Pimpinan Departemen Penatalayanan, jemaat Kemang Pratama, Bekasi.

Pak Willy mengawali dorongan PP dengan berkata: “Pada bulan ini yaitu Juni 2012 adalah merupakan bulan kebaktian bagi Agama Baru Umat Manusia, khususnya di belahan Benua Eropa. Saat ini, mata seluruh umat manusia di berbagai belahan dunia menikmati dari layar kaca sebuah event bergengsi di pentas dunia, yaitu Perebutan Piala Eropa. Sudah tentu, pada saat ini, dimana-mana orang memperbincangkan “si kulit bundar” yang digocek oleh kaki-kaki lincah di tempat berebutan Piala Eropa yang diselenggarakan di kedua Negara Eropa Timur yaitu Polandia dan Ukraina. Bola bukanlah benda asing bagi kita. Bola digilai oleh begitu banyak orang. Seluruh dunia mengarah pada bola. Demam bola kaki menghantui jutaan manusia termasuk anak bangsa.”

Kemudian dilanjutkan: “Saya baca di salah satu koran ibukota, stadion bola kaki saat ini menjadi gereja dan altar missa yang baru bagi umat Kristiani. Tengok saja, jika ada pertandingan bola kaki pada hari Minggu. Gereja menjadi sepi. Sempat saya berpikir andaikan kebaktian, missa atau ibadah dihadiri oleh begitu banyak umat seperti di stadion-stadion bola kaki, gedung gereja pasti tidak cukup menampung semuanya.”

Pak Willy dengan ilustrasi di atas menarik makna dari bundarnya bola. Bundarnya bola, mau menunjukkan pemberian dirinya yang utuh dan menyeluruh kepada para pemainnya untuk digunakan sesuka hati di bagian mana pun. Andaikan bola itu tajam maka mungkin saja tidak akan pernah dimainkan (tidak mungkin, karena disebut bola karena bentuknya bundar). Sebagai manusia yang berdimensikan roh, kita terpanggil untuk memberikan diri secara total untuk dipakai oleh Yang Empunya Hidup sesuka hati-Nya. Artinya, seperti bola yang bisa ditendang dari sisi mana pun, tidak ada sisi diri kita yang tersisa sedikit pun bagi diri kita sendiri, tanpa dipakai oleh-Nya. Yang Empunya Hidup bebas memakai semuanya yang ada padaku sesuka hati-Nya. Yang dibutuhkan hanya kerendahan hati untuk dipakai sesuka hati-Nya.

Bola menjadi tidak ada artinya ketika tidak dimainkan. Tetapi, ketika digiring, ditendang, dan digocek dilapangan hijau, bola menjadi berarti. Karena dimainkan, maka gol-gol pun dihasilkan. Gol yang dihasilkan ini membawa suka cita yang mendalam bagi para pemain maupun para pendukungnya. Begitu pun kita semestinya senantiasa sadar bahwa keberartian kita hanyalah karena Yang Empunya Hidup mau memakai dan memainkan kita didalam hidup ini. Semua gol yang dihasilkan dalam hidup (tugas, jabatan, atau karya) bukanlah usaha kita sendiri. Tuhanlah yang berperan didalam-Nya karena Dia-lah pemain tunggalnya dan kitalah bola-Nya. Tepukan tangan, teriakan histeris, atau nyanyian gembira dari para penonton bukan ditujukan kepada bola tetapi kepada pemainnya. Tuhanlah yang disorak-soraki, dielu-elukan, dipuja-puji didalam hidup dan karya kita, karena Dia-lah pemainnya. Kita hanyalah alat yang dipakai-Nya untuk menyatakan kemuliaan kerajaan-Nya.

Kemudian pak Willy membaca Firman Allah dari 1 Korintus 9 : 25: “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”

Dalam kesimpulannya, pak Willy mengatakan bahwa semuanya, dari, oleh, dalam dan untuk Yang Empunya Hidup semata. Dengan demikian, kiranya tidak ada alasan untuk bermegah dan memegahkan diri, hidup dan karya. Biarlah kiranya kita mau digunakan oleh Tuhan untuk kemuliaanNya. Amin.

Jamesson Silitonga,
Dept. PP (Pelayanan Perorangan)