Matius 5 : 16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga.”
Saya sering mendatangi salah satu toko baju/celana langganan saya ketika akhir pekan tiba. Ada satu kebiasaan yang saya lakukan pada saat membayar atau menerima kembalian dari pemilik ataupun karyawan yang berkerja pada tempat itu. Selain saya mengucapkan terima kasih saya juga selalu menambahkan dengan kata-kata “Tuhan memberkati." Karena sudah terbiasa pemilik atau pun karyawan yang bekerja di tempat itu jadi ikut membalas dengan kata-kata yang sama, padahal notabene mereka bukanlah orang kristen. Itu selalu terjadi setiap saya berkunjung dan sama sekali tidak pernah ada masalah yang terjadi di antara saya dan pemilik atau pun karyawan toko tersebut.
Suatu hari, ketika saya selesai membayar dan menerima kembalian, saya kembali mengucapkan hal yang sama : “Terima kasih banyak dan Tuhan memberkati.” Pemilik atau karyawan toko pun membalas hal yang sama. Sampai disitu tidak ada masalah apa-apa, namun tiba-tiba ada respon dari seorang ibu yang adalah salah satu dari pengunjung toko tersebut. Mungkin bisa dikatakan ibu ini kurang senang dengan ucapan yang saya sampaikan lalu ia berkata : “Tuhan yang mana mas? “ dengan wajah yang sedikit sinis, tetapi sambil memilih-milih pakaian. Saya kemudian menjawab nya dengan tenang : “Tuhan yang kita percaya” dengan sambil tersenyum ke arah ibu tersebut, tetapi tiba-tiba ia kembali berkata dan mengeluarkan sebuah pernyataan : “Tuhan kami tidak memakan binatang haram, bagaimana bisa kita percaya kepada Tuhan yang sama?” Belum sempat saya mencoba untuk menjawab pertanyaan Ibu tersebut, sang pemilik toko yang kebetulan berada dekat dengan kami langsung menjawab pertanyaan ibu tersebut. ”Mohon maaf bu, jangankan binatang haram, mas ini tidak minum kopi, teh, ataupun merokok, bahkan larangan untuk yang haram buat agama mereka lebih ketat bu. Saya tau karena mas ini termasuk langganan saya di sini, dan saya suka berbincang dengan mas ini bu, jadi saya tidak mengada-ada. Contohnya saya sendiri pernah menawarkan minuman kopi ataupun teh, sama seperti yang saya tawarkan ke pada ibu atau kepada langganan lain tetapi mas ini selalu menolaknya bahkan dia hanya minta air putih saja. "Ditolak bukan karena takut ada sianida loh bu.” Sang pemilik toko mengakhiri cerita itu dengan candaan. Singkat cerita, sementara terjadi percakapan di antara pemilik toko dan ibu pengunjung itu, saya hanya terdiam sambil tersenyum dan berkata dalam hati kecil saya : “Terima kasih Tuhan, semoga saya selalu bisa mejadi terang yang kecil di manapun saya berada, amin.” Wajah ibu itu yang tadinya tidak begitu senang dengan saya akhirnya berubah menjadi malu, atau bingung kepada saya. Yang pasti pada akhirnya saya senang karena dia sedikit tersenyum kepada saya.
Biarlah dalam setiap perbuatan dan perkataan kita selalu memantulkan atau merefleksikan Yesus. Semoga pengalaman sederhana saya ini bisa menguatkan dan mengangkat imam kerohanian kita. Tuhan memberkati kita selalu, Amin.