Friday, August 19, 2016

Saudara di dalam Tuhan


Yohanes 11:51-52,  "Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai."

"Hallo, bapak bersiap-siap besok berangkat ke Afrika ya." Suara di telepon ini mengejutkan saya dari salah seorang pimpinan saya di negara seberang. "Saya belum punya surat-surat dan tiket pak?" Jawab saya keheranan. "Siapkan saja perlengkapan kamu, besok berangkat ke Denpasar-Bali bersama dua orang staff dan bapak ditunggu disana." Demikian pimpinan saya menjelaskan. "Surat-surat dan tiket sudah disiapkan." Ia menambahkan.  Dan saya makin bertambah kaget, dengan tugas yang belum jelas serta negara yang belum pernah samasekali saya kenal. "Baik pak", jawab saya kemudian sambil mengakhiri telepon, sementara saya dan keluarga sedang menikmati kebersamaan setelah melewati hari Sabat.

Sesuai jadwal, kami tiba di Denpasar keesokan harinya dan pesawat telah disiapkan untuk menuju Afrika, sementara saya belum pernah tahu berapa lama perjalanan yang akan ditempuh serta siapa orang yang akan ditemui disana. Setelah beberapa jam lamanya kami di udara, tepat tengah malam tibalah kami di Harare, Zimbabwe. Ketika menuruni anak tangga pesawat, seorang pria berbadan gelap menghampiri kemudian menyapa dan yang saya ketahui kemudian adalah dia yang mengantar kami ke hotel tempat menginap dan ia pula yang akan menjempt dan mengantar kami keesokan hari untuk melanjutkan perjalanan darat ke negara lain. Ditengah perjalanan hari itu saya mencoba bertanya kepadanya yang kebetulan duduk dibelakang kemudi tepat dismping saya. "Apakah disini ada orang kristen?." Sementara mobil melaju, sambil memegang kemudi ia menjawab "Mayoritas penduduk disini adalah orang kristen." "Apakah disini ada gereja Seventh-day Adventist?" Saya melanjutkan pertanyaan dengan antusias. "Oh ya disini ada gerejanya, saya tahu tempatnya." Jawabnya kemudian. Saya mengangguk dan terdiam sejenak, kemudian pemuda ini melanjutkan, "ayah, ibu, kakak dan saya adalah anggota Seventh-day Adventist."
"What..?! Kamu Adventist..?" Saya bertanya keheranan. "Ya, saya Adventist," ia menjawab dengan pasti. "Saya juga Adventist" kata saya kemudian. "Kalau begitu kita 'one family', kita bersaudara, kita bersahabat." Katanya menutup perbincangan kami.

Saya kemudian menyadari, bahwa dalam perjalanan tugas pekerjaan yang melelahkan ini, Tuhan ada bersama saya dan dengan cara-Nya yang ajaib, Ia mempertemukan kami anak-anak-Nya. Saya dari Indonesia dan pemuda ini dari Zimbabwe yang berbeda bangsa, suku, bahasa dan bahkan warna kulit menjadi satu keluarga Ilahi. Ia menunjukkan kepada saya dalam waktu yang singkat, bisa bertemu dengan sesama umatnya dari belahan dunia yang berbeda yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Sungguh, Tuhan maha ajaib. Dan Tuhan itu baik sampai selama-lamanya.
Tuhan kiranya memberkati kita sekalian, di akhir pekan menjelang hari sabat ini.