If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Friday, August 05, 2016
Selamat di lengan-Nya
YEREMIA 29 : 11, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
"Saya masih di rumah sakit," suaranya terdengar perlahan di ujung sana. "Ok, saya jenguk ke rumah sakit hari ini." Jawab saya mengakhiri pembicaraan kami lewat telepon sebelum saya berangkat.
Saya mengendarai sepeda motor dan berencana untuk besuk seorang teman di Rumah Sakit dan soerang teman lagi yang akan bertemu di rumahnya. Perjalanan dari rumah menuju rumah sakit saya tempuh dalam beberapa menit dengan kecepatan 70km/jam oleh karena situasi lalu lintasnya ramai lancar.
Tiba di rumah sakit saya pun langsung menuju kamar perawatan sambil membawakan sedikit makanan buah untuknya. Kami berbicang-bincang sejenak lalu saya mendoakannya dan kemudian permisi untuk pulang. Tetapi situasi jalanan saat ini tidak sama seperti ketika saya berangkat menuju rumah sakit. Kondisinya berubah yang tadinya lancar menjadi lautan kendaraan baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat. Siang itu cuacanya sangat terik dengan pancaran sinar matahari yang tembus hingga kulit terasa menyengat. Saya masih sabar memacu motor saya, saya berusaha untuk menyalip dari segala sisi agar bisa cepat tiba di tujuan. Hingga sampai pada satu persimpangan jalan dimana semua kendaran tidak bisa bergerak sama sekali, dengan kondisi terjebak dia antara semua kendaraan dan tidak bisa bergerak kemana-mana ditengah2 panas teriknya matahari.
Dalam hati, saya mulai menggerutu kepada Tuhan "aduh Tuhan kenapa harus begini, begitu, dan segalanya." Saya mulai menyalahkan Tuhan untuk kondisi jalanan yang seperti ini. Saya mulai keluar dari kepadatan dan saat itu motor hanya bisa dipacu dengan kecepatan antara 5-10Km/jam, sangat pelan saya bisa membawa motor saya di antara kendaraan lain. Lalu ketika motor saya sedang berjalan di antara kepadatan, terjadi masalah pada bagian mesin motor saya yang secara mendadak berhenti kemudian mesin mati seketika sehingga itu semakin menambah kekesalan saya. Saya semakin menggerutu kepada Tuhan.
"Tuhan hari ini saya berniat baik membesuk teman saya yang sakit tetapi mengapa Engkau biarkan hal ini terjadi kepada saya." Gumam saya dalam hati lagi. Lalu saya pinggirkan motor tepat di depan sebuah toko kemudian istirahat sejenak dengan membeli minuman dingin sekaligus untuk menenangkan dan mendinginkan pikiran. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran, seandainya kondisi jalanan yang baru saja saya lewati tadi lancar seperti pada saat saya pergi menuju rumah sakit dengan kecepatan sekitar 70Km/jam, tak terbayangkan apa yang akan terjadi jika dalam kecepatan tinggi motor saya berhenti mendadak karena kerusakan mesin? bukan tidak mungkin saya akan terlempar dari motor dan bahkan lebih parahnya bisa di tabrak oleh kendaraan lain dari arah berlawanan. Seketika saya kemudian berdoa dalam hati mohon ampunan atas apa yang telah saya pikirkan dan umpatan yang buruk dalam hati dan itu telah menyakiti hati Tuhan dan mengucap syukur karena penyertaan Tuhan kepada saya.
Terkadang kita sering terlalu cepat mempersalahkan Tuhan atas apa yang terjadi dan kemudian menyesal setelah mengetahui bahwa Tuhan sudah rencanakan yang terbaik bagi kita. Biarlah ini bisa menjadi pelajaran yang baik bagi kita hari ini, menguatkan dan mengangkat iman kerohanian kita. Tuhan memberkati kita selalu, Amin.