Tuesday, July 12, 2016

HOTEL DI UJUNG JAGAT RAYA


1 Korintus 2 : 9,
“Namun seperti telah tersurat, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia, itulah yang telah disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang mengasihi Dia.”

Pada saat keluar dari lobby bandara  aku melihat seorang bapak muda yang berperawakan kecil mengangkat tinggi kertas yang mencantumkan nama suamiku.  Ketika kami melambai, orang tersebut balas melambai sambil menebar senyumnya  yang penuh simpatik. “Selamat datang di Negara kami.” katanya dengan penuh  sopan ketika kami bertemu. Dia segera mengangkat koper dan barang bawaan kami bersama-sama  dengan seorang supir  dan mengajak   kami menuju ke sebuah kendaraan.
“Malam ini keluarga bapak akan tinggal di sebuah hotel di luarkota. Tempat yang akan kita tuju berada di puncak sebuah pegunungan.” kata  bapak yang menjemput kami. “Semoga esok pagi cuaca cerah,  sehingga keluarga bapak akan bisa melihat pemandangan  yang  sangat indah dari hotel  tempat keluarga bapak bermalam.” pria itu melanjutkan.  Matahari mulai terbenam di ufuk barat, perjalanan kami berlanjut, sekarang mulai mengitari gunung,  semakin menanjak dan terus menanjak.  Di kejauhan, aku melihat ada banyak lampu, lalu aku bertanya kepada pak supir : “Apakah itu hotelnya?”   pak supir berpaling dan tersenyum seraya berkata : ”Bukan bu, masih agak jauh. Mohon maaf, saya mengendarai kendaraan agak lambat karena sudah malam.”           " Tidak masalah pak." kata suamiku. Puncak demi puncak kami lalui, setiap kali melihat cahaya lampu-lampu di tempat yang tinggi di kejauhan, aku berpikir itulah hotelnya, ternyata bukan.  Sampai suatu saat, akhirnya tiba jua kami di tempat tujuan.  Karena sudah malam, kami tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada disekeliling jalan yang kami lalui malam itu, juga keadaan sekitar tempat tinggal kami.  Kepada kami dipesankan untuk meminta dibangunkan oleh petugas hotel pada sekitar  jam lima pagi, khususnya bila tidak hujan, agar bisa menyaksikan matahari terbit. Akupun berdoa untuk cuaca yang baik di esok hari sebelum beristirahat pada malam itu.

“Kringgggg!” dering telepon membangunkan kami tepat jam  lima pagi. Kami bersiap dan bergegas menuju teras dan segera menjadi takjub dengan pemandangan indah pegunungan yang terhampar di hadapan kami.  Dari teras setiap kamar hotel, kami melihat banyak wisatawan  dengan camera-camera yang canggih, dengan lensa  yang besar dan panjang, mereka mengabadikan detik demi detik perubahan pemandangan indah yang terbentang oleh pergerakan awan yang begitu cepat. Sementara orang lain sibuk dengan cameranya, tak henti-hentinya nya bibirku berucap: “Sungguh ajaib dan indah  alam ciptaanMu Tuhan,  di dunia saja ada pemandangan seindah ini,  bagaimana dengan di surga."  Ketika tiba waktunya meninggalkan tempat itu, dalam perjalanan menuju ke kota, mataku tertuju ke papan nama sebuah hotel yang berbunyi “Hotel at the end of  Universe”  “Wow...  keren sekali namanya!  apakah tempat ini memang sudah bisa disebut ujung jagad raya?“ tanyaku.   “Ach, itu sich pintar-pintar yang punya hotel saja memberi nama hotelnya.” kata suamiku.

Ayat kita pagi ini mengatakan bahwa apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia, itulah yang telah disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang mengasihi Dia.  Marilah dengan pertolongan Tuhan, sementara kita menjalani hidup dalam dunia ini maka ;   mata, telinga dan hati kita tetap senantiasa tertuju dan rindu kepada tempat yang sudah disediakan oleh Bapa kita di Surga  yaitu bagi orang-orang yang mengasihi-Nya.